6 Miskonsepsi Paling Umum Terhadap Mahasiswa Psikologi

1. Dikira Menguasai Ilmu Dukun

youthmanual Mahasiswa Psikologi

Anak Psikologi nggak bisa baca pikiran, gaes!

Setiap kali memperkenalkan diri sebagai anak jurusan Psikologi kepada orang baru, pasti langsung ditanggapi dengan, “Eh, lo bisa baca pikiran gue, dong?” atau, “Bisa baca karakter gue, dong? Karakter gue kek gimana, hayo!”

Gaes, plis jangan samain ilmu Psikologi dengan ilmu dukun, ya. Yang pasti, anak Psikologi nggak menguasai ilmu-ilmu supranatural seperti baca pikiran atau bikin benda mati melayang. Apalagi melet hati orang.

Trus, untuk membaca karakter seseorang, anak Psikologi harus memperhatikan banyak hal dari orang tersebut. Ada ilmunya, lho. Selain dengan memperhatikan pola tingkah laku si subjek, analisanya juga harus berdasarkan beberapa tes kepribadian, wawancara, dan observasi. Kalau caranya nggak begitu, analisanya nanti nggak valid, dong.

Intinya, ngebaca karakter, tuh, nggak segampang itu. Nggak mungkin dengan sekali lirik, langsung bisa paham karakter seseorang. Apalagi kalau dengan sekali lirik, dompet seseorang ilang. Maling, dong?!

2. Dikira Bisa Memecahkan Berbagai Persoalan Hidup

youthmanual psikologi

Anak jurusan Psikologi juga sering dianggap bisa jadi pemecah persoalan hidup siapapun. Alhasil pertanyaan-pertanyaan seperti, “Gimana, sih, cara ngadepin orang kayak gitu? Apa, ya, solusinya?” sering sekali dilontarkan ke mahasiswa Psikologi.

Padahal memecahkan masalah ‘kan tergantung banyak faktor, ya, seperti faktor situasi, faktor kondisi dan sebagainya. Dan hal-hal tersebut nggak bisa langsung dicerna oleh mahasiswa Psikologi kalau cuma diceritakan. Misalnya, kalau ditanya bagaimana cara menghadapi orang seperti X, ya harus ketemu langsung sama si X dulu, dong.

3. Dikira Selalu Mau Diajak Curhat atau “Konsultasi”

Mahasiswa Psikologi youthmanual

Nggak juga, sob. Sumpah, enggak juga.

4. Dikira Bisa Menghipnotis, Baca Garis Tangan, dan Baca Tanda Tangan

Sebenarnya, nggak mustahil bagi mahasiswa Psikologi untuk mempelajari hal-hal ini, tapi ilmu ini baru bisa didapat kalau kita mengambil kuliah spesialisasinya. Jadi kalau anak S1 ujug-ujug diminta menganalisa garis tangan atau tanda tangan, ya mana paham?

5. Dikira Pasti Tahu Kunci Jawaban Psikotes (Sehingga Selalu Dimintain Bocoran, ATAU Dianggap Pasti Selalu Lulus)

Mahasiswa Psikologi youthmanual

Psikotes tuh banyak macamnya, lho. Jadi, pada tes masuk institusi A, mungkin yang dipakai adalah psikotes jenis B, sementara pada tes masuk institusi B, mungkin yang dipakai adalah psikotes jenis C. Selain lembaga penguji, nggak ada orang lain yang tahu, psikotes jenis apa yang akan keluar di tes masuk tertentu.

Trus, di kebanyakan psikotes, nggak ada jawaban yang benar ataupun salah. Contohnya adalah psikotes seleksi karyawan suatu perusahaan, dimana pesertanya bakal diminta mengerjakan soal psikotes apa adanya.

Nanti hasil tes mereka akan mencerminkan karakter masing-masing calon pegawai, trus, perusahaan tinggal pilih, deh, calon pegawai seperti apa yang mereka mau. Yang aktif dan banyak inisiatif? Yang kreatif? Yang mistis? Hiii…

Ngerti, ya, maksud dari “nggak ada jawaban benar atau salah dalam psikotes”?

Jadi, anggapan bahwa anak Psikologi selalu jagoan psikotes itu salah konsep, dan minta “bocoran” psikotes kepada anak Psikologi itu percuuu…? Maaaa.

6. (Nanti) Dikira Akan Jadi Orangtua Yang Sempurna

Dalam perkuliahan jurusan Psikologi, ‘kan ada materi tahapan perkembangan anak tuh. Maka, kalau sudah jadi orangtua, lulusan Psikologi biasanya dituntut menjadi orangtua sempurna, karena dianggap lancar menghadapi fase-fase perkembangan anak. Ini curhat nyata kakak-kakak lulusan jurusan Psikologi yang sudah berkeluarga, lho.

Padahal kalau anak kecil bawel-rewel-nakal, bawaannya tetep pengen dikunciin di kamar mandi, ya, Kak? *diulek Komisi Perlindungan Anak*

(sumber gambar: ABC, Study, Jilly, SMAN 1 Glagah, Czarski)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 11 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 22 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1