Jangan Mengandalkan SNMPTN! Ini Alasannya

Sering terdengar tip agar kamu jangan mengandalkan SNMPTN sebagai jalur masuk ke kampus negeri idaman. Inilah alasannya.

1. Kuota SNMPTN tidak besar, dan terus berkurang.

Kita memang belum mengetahui berapa kuota minimal untuk SNMPTN 2020. Namun dilihat dari beberapa tahun belakangan, kecenderungannya semakin sedikt. Dengan kata lain kesempatan masuknya relatif kecil.

Pada SNMPTN 2019 lalu misalnya, kuota minimal SNMPTN hanya 20 persen. Banyak PTN yang menerapkan batas minimum tersebut, alias hanya memberikan 20 persen kursi untuk jalur SNMPTN. Artinya peluangnya kecil.

2. Lebih sulit diprediksi

Proses seleksi mandiri serta SBMPTN jauh lebih simpel dibandingkan dengan SNMPTN. Pada SBMPTN atau Ujian Mandiri, kamu tinggal menjalani ujian atau UTBK. Skor UTBK itulah yang akan menentukan. Sedangkan penilaian SNMPTN lebih kompleks dan berjenjang.

Pertama, ada kuota tertentu di sekolah, berdasarkan akreditasinya. Yaitu:

a. Akreditasi A: 40 persen siswa terbaik kelas 12.

b. Akreditasi B: 25 persen siswa terbaik kelas 12

c. Akreditasi C dan lainnya: 5 persen siswa terbaik kelas 12.

Setelah tersaring dari sekolah, siswa peserta SNMPTN juga harus bersaing dengan siswa dari berbagai sekolah se Indonesia. Faktor yang menjadi penilaian antara lain:

a. Nilai rapor semester 1 hingga 5, dan bisa pula nilai pelajaran tertentu yang sejalan dengan prodi mendapatkan perhatian lebih. Selain angkanya, kestabilan nilai juga menjadi penilaian.

b. Prestasi.

c. Portofolio keterampilan (khusus untuk prodi olahraga dan seni)

d. Faktor sekolah dan alumni juga bisa menjadi penilaian.

Penilaian poin di atas tergantung kampus dan prodi yang dituju. Misalnya, di PTN X asal sekolah tidak terlalu berpengaruh. Sementara di PTN Z asal sekolah menjadi poin tersendiri.

Anyway, belum ada sistem transparan untuk menunjukkan penilaian SNMPTN tersebut. Jadi sering banget ada peserta SNMPTN yang pede lantaran nilai rapornya selama sepanjang sangat baik, bahkan jadi juara kelas. Tapi ternyata ia nggak terpilih karena kalah saing. Bisa jadi ada peserta yang nilainya lebih baik, memiliki prestasi yang diakui (misalnya olimpiade sains tingkat provinsi), hingga poin sekolah plus alumni yang lebih tinggi. You’ll never know.

4. Persiapan SBMPTN kurang maksimal

Kekhawatiran lain akibat terlalu mengandalkan SNMPTN adalah persiapan SBMPTN yang kurang maksimal. Bayangkan saja, di saat teman lain sudah sibuk cari informasi skor SBMPTN, latihan soal UTBK dan ikutan try out, kamu malah santai atau belum kepikiran SBMPTN.

Biasanya yang tipe pelajar seperti ini baru "mendadak sibuk" setelah pengumuman SNMPTN. Serba telat deh, jadinya. Idealnya, walaupun ikutan SNMPTN, kamu harus tetap maksimal mempersiapkan SBMPTN. Do your best! Toh, kalaupun kamu lulus SNMPTN, usaha persiapan SBMPTN tetap akan bermanfaat. Kamu akan mendapatkan ilmu. Trus, materi yang dipelajari juga membantumu dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah.

5. Down saat nggak lulus

Karena terlalu mengandalkan SNMPTN, kadang jadi kecewa berlebihan dan down saat hasilnya nggak sesuai harapan.

Makanya, manage your expectation. Optimis harus, tapi kamu juga harus siap dengan realita. Kecewa, sedih, merasa “jatuh” merupakan hal yang sangat wajar. Namun, kamu perlu segera bangkit lagi. Perjalanan masih panjang, gaes. Kamu masih harus berusaha di berbagai jalur masuk PTN. Jangan sampai satu kegagalan menjadi penghalangmu.

Berjuang dari Awal Masuk SMA dan “Lupakan”  

Apakah sebaiknya kita nggak usah mengambil SNMPTN?

Nope, jika ingin masuk PTN kamu harus berusaha di semua jalur. Dan justru persiapan pertama yang kamu lakukan adalah SNMPTN. Usaha lolos SNMPTN dilakukan sejak awal banget masuk SMA, alias kelas 10 semester awal. Sebab elemen utama seleksinya adalah rekam jejak akademik selama di SMA, dari semester 1 hingga semester 5.

Di semester 6, kamu cuma tinggal mendaftar, menentukan pilihan, dan berdoa. Nggak ada lagi yang bisa dilakukan. So, belajar lah dengan giat dari semester 10, asah pengetahuan dan keterampilan, serta ikuti kompetisi yang sesuai. Lakukan terus hingga semester 5, agar prestasimu stabil bahkan meningkat.

Setelah berusaha mati-matian untuk SNMPTN, “lupakan” saja. Dalam artian, berusaha juga untuk SBMPTN dan seleksi mandiri. Karena di SNMPTN ada kemungkinan kamu diterima, ada pula kemungkinan tidak diterima.

Image by Mediamodifier from Pixabay

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 9 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 19 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1