Stereotip IPA dan IPS: Benar atau Salah, Ya?

“Aku nggak mau masuk jurusan IPS, ah. Jurusan IPS anaknya kebanyakan anak-anak gaul yang lebih suka main gitu daripada belajar”, “Anak IPA kan anak-anak pintar dan rajin, ya?”, “anak IPS itu sebenarnya anak IPA yang terbuang”, “Anak IPA itu anak-anak pilihan”, “anak IPA, tuh, masa depannya lebih bagus dibandingkan anak IPS”, “Anak IPS susah dapet PTN”, “Anak IPS susah dapet kerjanya”.

Seringkah kamu mendengar hal-hal seperti di atas? Apakah kamu setuju dengan pemikiran-pemikiran di atas? Atau malah sebaliknya? Well, terlepas dari setuju atau tidak setuju, sesungguhnya stereotip seperti di atas merupakan suatu hal yang masih sering terjadi di masyarakat.

Stereotip tuh apa, sih? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, stereotip adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Yap, ketika kamu masuk IPA atau IPS, stereotip bahwa anak IPA adalah anak-anak yang rajin dan anak IPS adalah anak-anak yang pemalas, sesungguh tidaklah benar. Stereotip tersebut hanyalah sebuah pendapat dari orang-orang yang berdasarkan dari prasangka atau penilaian secara pribadi yang belum tentu kebenarannya.

ipa vs ips

Jujur saja, ketika saya masih duduk di bangku SMA kelas satu, saya ingin sekali masuk ke jurusan IPA. Saya selalu berpikir bahwa jurusan IPA merupakan jurusan anak-anak pintar, mudah dapat PTN, tidak dipandang sebelah mata dan tentunya banyak dari anggota keluarga saya yang menyarankan untuk masuk jurusan IPA.

Namun, dengan berjalannya waktu, ketika saya belajar fisika, kimia dan matematika, saya selalu kesulitan dalam memahami pelajaran-pelajaran tersebut. Saya pun nggak pernah dapat nilai bagus dalam pelajaran fisika, kimia dan matematika. Berbeda ketika saya belajar geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi. Saya mudah mengerti dan mendapatkan nilai yang cukup baik dipelajaran-pelajaran tersebut. Akhirnya, saya pun memutuskan untuk memasuki jurusan IPS.

Lalu, ketika saya masuk jurusan IPS apakah hal-hal yang dilekatkan pada anak IPS itu benar? Wah, ternyata nggak seratus persen benar, gaes, dan saya rasa hal ini pun berlaku di jurusan IPA. Ketika saya masuk di jurusan IPS, saya menemukan banyak teman-teman saya yang ambisius untuk mendapatkan nilai yang bagus, namun, ada pula yang biasa-biasa saja. Selain itu, ada juga teman-teman saya yang rajin belajar dan mencatat namun ada juga teman-teman saya yang sebaliknya. Apakah semua anak IPS adalah anak gaul yang sukanya main-main? Well, nggak juga, tuh.

ipa vs ips

“Tapi, kan, anak IPS sulit dapat PTN”. Kalau kamu percaya dengan anggapan seperti ini, kamu salah besar, gaes! Kata siapa anak IPS sulit dapat PTN? Ketika saya lulus dari SMA, setengah lebih siswa di kelas saya berhasil masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Ada yang masuk Sastra Inggris Universitas Dipenegoro, Ilmu Politik Universitas Indonesia, Sastra Jepang Univesitas Airlangga, Antropologi Universitas Indonesia, Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ilmu Perpajakan Universitas Brawijaya dan masih banyak lagi! Masih mau bilang kalau anak IPS madesu alias masa depan suram? Jangan salah! Hehe.

“Oke deh, anak IPS bisa masuk PTN, tapi pasti susah, deh, dapet kerjanya”. Kata siapa, gaes? Banyak teman-teman saya yang lulusan IPS dan sekarang sudah bekerja. Ada yang bekerja di perusahaan start up, ada yang bekerja di bank, ada yang memilih untuk bekerja sebagai penulis, ada pula yang memilih bekerja sebagai photographer dan masih banyak lagi. Jadi, nggak bisa dibilang kalau anak IPS sulit mendapatkan kerja.

Well, gaes jurusan IPA atau IPS bukan permasalahan tentang anak buangan atau anak pilihan. Bukan juga karena anak pintar atau nggak pintar. Anak IPA atau IPS nggak selamanya tentang si anak rajin dan si anak pemalas. Anak IPA atau IPS nggak selamanya juga tentang anak yang masa depannya cerah ataupun yang masa depannya suram.

Berdasarkan dari pengalaman, IPA atau IPS itu adalah penjurusan yang kamu pilih, bukan penjurusan yang mencap kamu sebagai anak buangan atau pilihan. Ketika kamu memilih IPA sebagai jurusanmu, ya, kamu akan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan alam seperti fisika, kimia dan biologi. Namun, ketika kamu memilih IPS sebagai jurusanmu, berarti kamu akan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan ilmu sosial seperti ekonomi, geografi dan sosiologi.

Sulit atau nggak sulitnya, semuanya tergantung dari kemampuanmu masing-masing. Ada dari beberapa teman IPA saya mengaku kesulitan untuk memahami pelajaran-pelajaran IPS karena penuh dengan teori dan juga hafalan, begitu pun sebaliknya.

Saya jadi teringat salah satu cerita teman kuliah saya. Di sekolah teman saya, seorang siswa masuk ke IPA atau IPS ditentukan oleh para guru-guru. Kalau seseorang dirasa mampu masuk ke jurusan IPA, maka ia akan masuk ke jurusan IPA. Kalau seseorang mampu masuk ke jurusan IPS, maka ia akan masuk ke jurusan IPS. Nah, lucunya, teman saya yang satu ini telah dimasukkan ke jurusan IPA, namun ia lebih berminat ke jurusan IPS. Pada akhirnya, ia dengan nekatnya selalu masuk ke kelas jurusan IPS dan sempat membuat para guru kebingungan untuk mentransfer teman saya dari IPA ke IPS.

Nah, hal yang harus digarisbawahi bukanlah kenekatan teman saya, melainkan minatnya. Ketika kamu memiliki minat di IPS maka, janganlah memilih IPA hanya karena takut dianggap anak buangan. Begitupun dengan cita-cita. Kalau kamu memiliki cita-cita yang dapat diraih kalau kamu masuk jurusan IPA, maka masuklah kejurusan tersebut dan begitu pun sebaliknya.

Jadi, sekali lagi, IPA atau IPS bukanlah suatu jelek atau bagus, anak buangan atau anak pilihan, masa depan suram atau masa depan cerah dan sebagainya. IPA atau IPS merupakan konsentrasi pendidikan yang berlandaskan dari kemampuanmu, minat, bakat dan juga cita-citamu. Maka dari itu, yuk, mulai dari sekarang kita coba untuk menghilangkan stereotip antara IPA dan IPS ini!

Baca juga:

Kurangi Stereotip Terhadap Perguruan Tinggi dengan Memerhatikan 7 Hal Berikut Ini!

Kuis Buat Jurusan IPA: Kamu Bisa, nggak, menjawab pertanyaan murid kelas 5 SD ini?

10 Tanda Kamu Anak IPA, Tapi Hatinya IPS. Ejiyeeee!

(Sumber gambar: yukepo.com, wordpress.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 18 jam yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1