5 Hal yang Bikin Kita Makin Kagum sama Pak Raden

Hayooo, kamu kenal Pak Raden, nggak? Anak-anak Indonesia generasi 80-90an, sih, harusnya kenal banget dengan salah satu tokoh dalam serial boneka Si Unyil yang legendaris ini, ya. Kalau nggak kenal, kebangetan!

Sosok Pak Raden bukanlah sosok fiktif. Ia berdasarkan orang sungguhan bernama Raden Soejadi. Nah, Pak Raden Soejadi inilah yang menciptakan tayangan si Unyil. Nggak cuma pintar membuat tokoh boneka, Pak Raden juga jago mendongeng dan menggambar. Betul-betul seniman sejati!

Dan sang maestro dongeng—begitu sebagian orang menyebutnya—menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Pelni Petamburan, Jakarta Barat, tanggal 30 Oktober 2015 kemarin, dalam usia 82 tahun.

Si Unyil, film serial boneka ciptaan Pak Raden, menceritakan tentang seorang anak Sekolah Dasar (yang lalu akhirnya, setelah bertahun-tahun lamanya, naik kelas ke Sekolah Menengah Pertama) bernama Unyil dan petualangannya bersama teman-teman. Kata "Unyil" berasal dari kata "mungil" alias "kecil".

Saking legendarisnya, Si Unyil pun jadi bagian dari budaya Indonesia. Theme song Unyil, tokoh Unyil, Usro, Menik, Bu Bariah, Pak Raden, Pak Ogah, dan jargon-jargon khas seperti, "Hom-pim-pah alaiyum gambreng!" sampai "Cepek dulu, dong!" masih lekat di hati dan pikiran masyarakat sampai sekarang.

Tapi geng, ternyata royalti dari karakter dan film Si Unyil baru didapat pada April 2014 lalu, lho! Sebelumnya, Pak Raden—yang memutuskan untuk nggak menikah sampai akhir hayatnya—berjuang seorang diri, dibantu kedua asistennya. Kebayang nggak? Lebih dari 30 tahun, Pak Raden sama sekali nggak mendapatkan royalti untuk setiap penggunaan karakter dalam serial Unyil. Ia hanya dibayar untuk mengisi suara. Hiks :(

Supaya kamu lebih menghargai tokoh yang sangat peduli dengan pendidikan anak ini, simak lima hal keren tentang Pak Raden berikut!

Pak Raden adalah lulusan Institut Teknologi Bandung

Lahir di Jember, Jawa Timur pada tahun 1932, Pak Raden adalah sarjana di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat.

Menurut akun Facebooknya, Pak Raden lulus pada tahun 1955. Setelah lulus kuliah, ia berangkat ke Paris, Prancis, dan menetap di sana pada tahun 1961-1964 untuk mengikuti sebuah program beasiswa. Selama Paris, ia bekerja sebagai tenaga animator di Les Cineast Associest dan pelukis animasi di Les Film Martin Boschet.

Pak Raden kemudian memutuskan keluar dari pekerjaannya demi bekerja penuh sebagai seniman perupa. Tepatnya, ilustrator atau senirupa aplikasi.

Pak Raden menguasai empat bahasa asing

Selain dapat berbahasa Indonesia dengan baik, Pak Raden juga menguasai bahasa Inggris, Belanda, Perancis, dan Italia. Warbiyasak! Pantes aja beliau kadang menggunakan bahasa Inggris dan Belanda ketika mendongeng di acara-acara off air.

Pak Raden aslinya nggak berkumis

Kumis dan alis palsu yang selalu dikenakan Pak Raden Soejadi ketika pentas tentu saja palsu lah, yaaa. Kumis dan alis palsu ini dipakai supaya karakternya sebagai seorang Pak Raden yang galak, sombong dan tukang marah-marah lebih terasa. Kumis dan alis tersebut selalu dipasang sendiri oleh Pak Raden, lengkap dengan kain batik dan beskap Jawanya.

Pak Raden adalah seseorang yang sangat menyukai kucing

Menurut orang-orang di sekitarnya, Pak Raden terkenal sebagai pecinta kucing.

Madun, pengasuh Pak Raden, menjelaskan kecintaan Pak Raden terhadap kucing-kucing yang mampir ke rumahnya.

“Bapak itu bisa bela-belain naik ojek ke pasar untuk beli makan kucing. Beliau nggak memberi makan kucing dengan sembarangan, nggak mau memberikan makanan ‘sampah’,” kata Madun.

Pak Raden terus mendedikasikan hidupnya untuk anak-anak

Dalam sebuah film dokumenter tentang beliau, Pak Raden mengaku bahwa ia sangat bahagia jika dapat terus melakukan sesuatu untuk anak-anak, entah itu menggambar, mendongeng, membuat film, melukis, atau menulis buku anak-anak.

Sadar nggak, sih, tokoh Pak Raden mirip siapa? Geppeto dari dongeng Pinokio! Pak Raden, yang juga bisa membuat boneka tangan dari kayu, juga nggak memiliki anak kandung. Meskipun begitu, beliau nggak berhenti berkarya demi anak-anak Indonesia hingga akhir hayatnya.

:’)

“Anak-anak Indonesia itu harus kreatif, dan satu… mereka harus gembira. Anak Indonesia harus bahagia.”

 

 

(Sumber gambar: Deviantart, Media Indonesia, Blogspot, Tribun News, Beranda

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 22 jam yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1