Dunia Kuliah

Panduan ini akan mengajak kamu untuk menyelami dunia kuliah mulai dari berkenalan dengan berbagai istilah yang ada di dalam dunia perkuliahan, serba-serbi merantau dan kost, kegiatan dan organisasi kemahasiswaan, hingga panduan lengkap akademik perkuliahan.

Ada perbedaan mendasar yang akan kamu temukan antara kurikulum ajar SMA dengan kuliah: sistem SKS dan KRS.

Di masa SMA, mata pelajaran yang akan kamu dapatkan akan otomatis menyesuaikan dengan rumpun ilmu yang kamu dalami. Misalnya, anak IPA pasti akan belajar Fisika Kimia Biologi, dan anak IPS pasti akan belajar Geografi Ekonomi Sosiologi. Dan mata pelajarannya pun bakal itu-itu aja sampai tiga tahun, nggak ada yang namanya pengantar atau lanjutan. kamu dan teman-teman seangkatan pasti mempelajari hal yang sama dan dalam waktu yang sama.

Di dunia kuliah, beda cerita. Kamu bisa pilih sendiri apa yang ingin kamu pelajari selama satu semester, kapan kamu ingin mempelajarinya, dan berapa banyak mata kuliah yang ingin kamu pelajari selama periode tersebut. Wah, gimana tuh caranya?

Itulah mengapa kamu harus paham apa itu SKS dan KRS yang merupakan komponen utama dalam kurikulum ajar perkuliahan. Singkatnya, SKS adalah jumlah periode yang bisa kamu gunakan untuk mempelajari suatu mata kuliah dalam satu semester, dan sistem yang menyusunnya disebut dengan KRS.

Oya, berhubung nggak semua program studi kuliah punya kurikulum yang sama, cara menyusun rencana studi masing-masing mahasiswa pun nggak bisa diseragamkan. Belum lagi kalau kamu berkuliah di kampus yang mengadopsi kurikulum ajar dari negara lain. Jadi, bisa aja ada skenario pengecualian seperti:

  • Kalau kamu mahasiswa program studi Ilmu Kedokteran sistem blok. Sistem blok sangat kaku dan harus diikuti secara berurutan, dan tentunya nggak ada keleluasaan bagi kamu untuk memilih mata kuliah anu-itu sesuka hati. Kalau di tahun ini diharuskan untuk ambil sekian blok, ya mau nggak mau harus patuh.
  • Kalau kurikulum kamu "dipaketin" tiap semesternya. Nah, perkuliahan dengan sistem paket ini rasanya sama aja kayak belajar di sekolah—dalam satu semester kamu harus mempelajari mata kuliah pasti yang sudah disusun dari semester 1 sampai 8. Jadi, kamu pun nggak akan bisa leluasa memilih mata kuliah, jadwal, jumlah SKS, ataupun kelas (dimana sampai lulus pun kamu pasti sekelas sama yang itu-itu lagi). Semua sudah diatur oleh yang berwenang!

 

Apa Itu Kartu/Isian Rencana Studi?

Kartu Rencana Studi (atau Isian Rencana Studi—disingkat KRS/IRS) adalah dokumen berisi daftar mata kuliah yang bakalan kamu jalani selama satu semester ke depan. Di KRS, tercantum data-data mahasiswa, seperti nama dan nomor mahasiswa, angkatan, fakultas, jurusan, mata kuliah apa saja yang diambil dalam semester tersebut, serta jumlah Satuan Kredit Semester (SKS).

Nah, untuk mahasiswa di atas tahun pertama, sebelum masuk semester baru perkuliahan biasanya ada tahap “belanja” mata kuliah untuk mengisi KRS. Maksudnya, memilih dan menentukan mana saja mata kuliah yang akan diambil beserta jumlah SKS-nya.

Idealnya, dalam program sarjana (S1), kamu diwajibkan untuk menyelesaikan 144 SKS selama berkuliah 4 tahun. Setiap perguruan tinggi punya ketentuan total SKS yang berbeda-beda, sih, namun untuk program S1, ketentuannya biasanya seperti itu. Dengan jumlah tersebut, rata-rata mahasiswa S1 perlu mengambil 24 SKS setiap semester, kalau mau lulus dalam delapan semester atau empat tahun.

Total SKS yang dapat diambil mahasiswa ditentukan oleh prestasinya sepanjang semester. Misalnya, kalau Indeks Prestasi (IP) kamu pada semester 1 bagus, maka kamu bisa mengambil mata kuliah-mata kuliah dengan SKS tinggi pada semester 2 (maksimal 24 SKS). Artinya, kemungkinan kamu untuk lulus lebih cepat pun semakin besar. Sementara kalau IP kamu nggak bagus, kamu nggak bisa mengambil mata kuliah sampai 24 SKS. Tiap program studi pun mematok batasan minimum IP yang berbeda dalam menentukan jumlah SKS yang dapat diambil mahasiswa tiap semesternya.

Trus, kalau mau ambil kurang dari 24 SKS dalam satu semester gimana? Ya boleh aja, tapi masa studi kamu juga akan jadi lebih lama.

Balik lagi ke KRS. Pada setiap awal semester baru (tepatnya sebelum perkuliahan dimulai), mahasiswa wajib mengisi KRS dengan mata kuliah wajib serta mata kuliah pilihan yang akan diambil. Kalau kamu galau mau mengambil mata kuliah apa, kamu bisa berkonsultasi dengan dosen pembimbing dulu, kok.

Tapi galau dan bingungnya jangan kelamaan, ya, sob. Prinsipnya, jangan berlama-lama menunda mengisi dan men-submit KRS, karena kalau terlalu lama, bisa jadi kamu nggak kebagian tempat di kelas yang kamu inginkan, lantaran sudah penuh.

KRS juga merupakan bukti bahwa mahasiswa yang bersangkutan masih aktif berkuliah. Bahkan, kartu ini menjadi syarat untuk mengikuti ujian di akhir semester nanti.

Saat ini, setiap kampus punya istilah masing-masing dalam menyebut KRS. Misalnya, di Universitas Indonesia, KRS disebut sebagai SIAK (Sistem Akademik). Sekarang ini, kebanyakan kampus menggunakan KRS online. Jadi, setiap semester baru, pengisian KRS dilakukan secara online.

Meskipun tampak praktis, mengisi KRS secara online juga butuh perjuangan. Soalnya, setiap awal semester, ribuan mahasiswa “berebutan” mengakses KRS online fakultas masing-masing, dalam waktu yang hampir bersamaan. Nggak heran kalau laman KRS online jadi susah banget diakses.

Wajar, sih, kalau pada rebutan. Soalnya seperti yang sudah ditulis di atas, kalau kamu berlama-lama mengisi KRS, bisa jadi kamu nggak kebagian tempat di kelas yang kamu inginkan, lantaran sudah penuh.

Untuk menghindari sulit akses KRS online, usahakan kamu sudah siap-siap di depan laptop atau komputer sebelum akses KRS resmi dibuka di tiap awal semester. Pastikan juga kamu terhubung dengan koneksi internet yang stabil, dan—ini paling penting, nih—sudah menentukan mata kuliah atau kelas mana aja yang akan kamu ambil. At least, sudah punya gambaran besarnya, deh.

Jangka waktu pengisian KRS online di setiap kampus berbeda-beda, tetapi biasanya nggak lebih dari seminggu. Kalau mahasiswa merasa salah ambil mata kuliah atau kelas, biasanya kampus memberi kesempatan untuk memberbaiki KRS online setelah minggu pertama perkuliahan.

Oya, jangan lupa kalau ketentuan detil SKS dan KRS bisa berbeda-beda di setiap kampus. Agar nggak terjadi miskomunikasi, jangan lupa konfirmasikan dengan kampus kamu masing-masing sebelum mengisi KRS, ya.

 

Panduan Mengisi KRS dan Menyusun Rencana Studi Akademik Untuk Mahasiswa Semester Pertama, Semester Pertengahan, dan Semester Akhir

Dalam menyusun rencana studi, kamu pun nggak boleh sembarangan atur strategi. Begitu pula dengan strategi yang kamu susun di semester tertentu—bisa aja strategi tersebut nggak akan cocok jika kamu terapkan di semester berikutnya. Kudu hati-hati, pastinya.

Beda tingkat semester, kesibukan dan prioritasmu pasti akan selalu bergeser. Karena pada dasarnya rencana studi adalah gabungan dari rencana akademik dan rencana akademik, kamu harus bisa mengimbangi keduanya sesuai dengan prioritas studimu yang sudah kamu tetapkan sejak masuk kuliah. Nah, di bawah ini kamu bisa intip bagaimana cara menyusun rencana studi akademikmu untuk tiap-tiap semester kuliahmu.

Semester Pertama

Di semester pertama masuk kuliah, kamu nggak usah khawatir untuk menyusun rencana studimu atau ribet-ribet ngisi KRS. Secara otomatis, kamu akan mendapatkan beberapa mata kuliah dasar/mata kuliah pengantar masing-masing program studi dengan jumlah 24 SKS penuh.

Di beberapa kampus (seperti ITB, misalnya), mahasiswa baru di beberapa fakultas bahkan masih harus melewati masa Tahap Persiapan Bersama (TPB) di satu tahun pertama kuliah agar bisa masuk ke program studi yang diinginkan. Jadi, nggak ada cara lain selain belajar dengan tekun sesuai rencana studi yang sudah ditentukan. 

Semester Kedua dan Seterusnya

Kalau di semester pertama kamu masih "disuapi", semester ke dua dan seterusnya udah beda cerita, nih, gaes. Untuk semester-semester selanjutnya, kamu memiliki otoritas untuk menyusun rencana studimu agar satu semester ke depan bisa berjalan dengan lancar.

Beidewei, mengisi KRS dan membuat rencana stusi di semester-semester pertengahan ini juga ada seninya, lho, gaes. Kamu nggak boleh asal pilih-pilih mata kuliah cuma untuk menuh-menuhi kuota SKS yang bisa kamu ambil di semester itu. Ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan, seperti...

1. Evaluasi pencapaian akademikmu di semester lalu

Di penghujung semester, kamu akan mendapatkan secarik kertas yang dikeal sebagai Kartu Hasil Studi (KHS). KHS ini adalah rapormu ketika kuliah, yang menyajikan pencapaian akademikmu selama satu semester lalu.

Nah, KHS ini gunanya nggak cuma kamu pandangi atau ratapi aja, lho, gaes. KHS ini berguna untuk membantu untuk mengevaluasi pencapaian akademikmu di semester lalu dan menjadikannya sebagai panduan untuk menyusun rencana studi akademikmu di semester berikutnya.

Jadi, apa aja yang harus kamu "ilhami" dari lembaran KHS-mu?

  • Besaran IP-mu di semester tersebut. Semakin tinggi IP yang kamu dapat, semakin banyak SKS yang bisa kamu ambil di semester depan.
  • Nilai mutu tiap-tiap mata kuliahmu. Jika kamu punya mata kuliah dengan nilai mutu  C/lebih rendah, kamu harus mengulang mata kuliah tersebut di semester berikutnya. Ketentuan mengulang mata kuliah ini pun bisa berbeda-beda di tiap fakultas dan kampus, jadi pastikan kamu mengetahui aturannya sejak awal, ya.

2. Susun prioritas dan lihat ketersediaan

Setelah kamu membaca dan mengilhami KRS-mu semester lalu, kamu bisa tahu seberapa banyak SKS yang bisa kamu ambil dan mata kuliah apa saja yang boleh kamu ambil di semester depan. Baru, deh, kamu bisa cek KRS-mu untuk melihat mata kuliah apa saja yang tersedia dan jumlah yang boleh kamu ambil.

Berhubung maksimal SKS yang bisa kamu ambil adalah 24 (itu pun kalau IP kamu mencukupi untuk mengambil 24 SKS dalam 1 semester), kamu harus pintar-pintar menentukan prioritas dalam memilih mata kuliah di semester depan. Untuk mengisi KRS, ada baiknya kalau kamu mengikuti tips-tips di bawah ini.

  • Pahami bedanya mata kuliah wajib, mata kuliah wajib berjenjang, dengan mata kuliah pilihan. Mata kuliah wajib berjenjang menempati “kasta” teratas dalam soal prioritas untuk diambil. Selanjutnya, adalah mata kuliah wajib (tidak berjenjang). Kemudian mata kuliah pilihan yang bisa menentukan konsentrasi yang diambil atau tugas akhir/skripsi yang dikerjakan. Baru yang terakhir adalah mata kuliah pilihan lainnya.
  • Perhatikan syarat-syarat untuk mengambil mata kuliah tertentu, terutama mata kuliah wajib dan mata kuliah wajib berjenjang. Biasanya, untuk mengambil mengambil mata kuliah ini, ada syarat-syarat tertentu seperti harus sudah menyelesaikan beberapa mata kuliah pengantar/prasyarat, hanya bisa diambil pada semester genap/ganjil, atau hanya diwajibkan untuk konsentrasi tertentu. Kalau kamu belum bisa memenuhi persyaratannya, artinya kamu belum bisa mengambil mata kuliah tersebut.
  • Ketika kamu bisa mengambil 24 SKS di semester depan, bukan berarti kamu harus menggunakan semuanya, lho, ya. Di sisi lain, “belanja” mata kuliah alias memaksimalkan jumlah SKS di tiap semester emang bisa bikin kamu lulus lebih cepat, tapi bukan berarti itu adalah jalan satu-satunya agar bisa dianggap sebagai mahasiswa sukses. Kecuali, ya… kalau salah satu definisi suksesmu adalah bisa lulus kuliah 3,5 tahun. Mau lulus kuliah cepet atau nggak, yang penting goals kamu tercapai!
  • Selain itu, di semester-semester atas biasanya juga ada jadwal praktikum yang terpisah. Perhatikan juga jadwal yang bisa dipilih agar nggak bentrok dengan jadwal kuliah.
  • Kamu juga nggak boleh melupakan hutang akademikmu, lho. Ambil contoh ketika kamu (amit-amit!) dapat nilai yang nggak memuaskan di semester sebelumnya—yang bikin kamu harus kudu wajib mesti mengulang mata kuliah tersebut di semester berikutnya. Ada baiknya kalau kamu prioritaskan untuk segera mengulang mata kuliah yang menjadi prasyarat untuk mengambil mata kuliah wajib berjenjang. Untuk mata kuliah pilihan yang harus mengulang, bisa kamu "tunda" ke semester yang nggak terlalu padat.
  • Beberapa kampus ada yang membuat magang sebagai mata kuliah wajib. Idealnya, kamu bisa magang di semester 5-semester 6 agar kamu bisa menyelesaikan laporan magang sebelum skripsian. Psst, magang lebih dari satu kali pun sangat dianjurkan, lho. Asal nggak menganggu jadwal kuliahmu aja, ya.

Semester Akhir

Jangan salah, menyusun rencana studi akademik di semester terakhir juga nggak kalah menantang, lho. Soalnya, semakin kamu mendekati kelulusan, kamu sudah mulai disibukkan dengan persiapan untuk terjun ke dunia kerja dan nggak jarang terkadang banyak yang kehilangan fokus untuk menyelesaikan studi sampai-sampai skripsi/tugas akhirnya terbengkalai. Duh!

Agar kamu bisa mendapatkan best of both worlds (baca: wisuda iya, siap masuk kerja juga iya), inilah yang harus kamu lakukan ketika menyusun rencana studi akademikmu di semester akhir.

  • Pastikan untuk sudah menyelesaikan semua mata kuliah wajib dan mata kuliah wajib berjenjang, serta mengambil mata kuliah pilihan sampai memenuhi 138 SKS. Kenapa? Karena jumlah minimal 138 SKS adalah prasyarat untuk mengambil skripsi/tugas akhir!
  • Ngomong-ngomong mata kuliah pilihan, semester akhir adalah saat yang tepat untuk mengulang mata kuliah pilihan (jika ada). Apalagi kalau agenda semester akhirmu cuma bikin skripsi. Biar tetep rajin ke kampus untuk bimbingan, gitu~
  • Sistematika pengambilan skripsi masing-masing kampus berbeda. Jadi, ada baiknya kamu mulai bertanya mengenai skema, persyaratan, sampai tips dan trik menjalani skripsi ke Sub Bagian Akademik kampusmu atau ke para senior sebelum semester akhir dimulai.

 


Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1