Cari tahu tentang semua jurusan kuliah disini
Temukan pengalaman dan jawaban dari Mentor Rencanamu dan pengguna lain
5 tahun yang lalu
Cari hiburan yang jauh dari industri media. Aku pun terkadang merasa jenuh banget. Makanya setiap hari libur, karena aku di industri media online, aku selalu recharge energi dengan matiin internet (bahkan airplane mode) dan seharian ga nyentuh laptop sama sekali (karena aku lebih dominan kerja pakai laptop ketimbang hp).
By : Nabilla - Alumni Ilmu Komunikasi Univ Bakrie
5 tahun yang lalu
Jangan pandang profesi jurnalis sebagai sebuah pekerjaan sih. Kalo aku pribadi, jadi wartawan itu udah bukan sekadar pekerjaan lagi, bahkan melampaui passion. Udah apa ya, jadi kesenengan aja gitu haha. Oh dan juga, jadi jurnalis itu harus skeptis. Jangan gampang percaya.
Tips lain untuk jadi jurnalis tuh SABAR hahaha. Menurut dosenku yang kebetulan dia editor di salah satu media besar, proses rekrutmen di media itu emang memakan waktu 2 - 3 bulan bahkan lebih. Jadi yaaa kudu sabar aja sih. Selama nunggu, banyakin latihan nulis juga
By : Nabilla - Alumni Ilmu Komunikasi Univ Bakrie
5 tahun yang lalu
Jadi jurnalis bisa dari jurusan apa aja kok. Bahkan biasanya media lebih prefer ambil anak dari jurusan selain jurnalistik untuk ditempatin ke beberapa kanal spesifik. Kalo anak hukum ada kemungkinan ditaruh di kanal News dan bakal sering garap seputar hukum. Kata dosenku, nulis itu gampang buat dilatih kalo dibiasain. Yang sulit buat anak jurnalistik adalah mahamin satu isu yang diluar bidang jurnalistik
By : Nabilla - Alumni Ilmu Komunikasi Univ Bakrie
5 tahun yang lalu
Keinginan yang kuat itu perlu, karena wartawan harus tahan banting dan kuat mental. Kalo sekali kena omel langsung resign yaaa gimana ya. Skill foto mendasar juga perlu karena ga selamanya fotojurnalis punya stok foto terkait apa yg kita liput. Jadi orang kepo juga harus sih hahahaha biar gampang cari angle (sudut pandang berita), terlebih lagi kalo cuma wawancara 1 orang aja
By : Nabilla - Alumni Ilmu Komunikasi Univ Bakrie
5 tahun yang lalu
Karena aku wartawan Travel, kegiatan sehari-hariku nulis berita seputar tempat wisata, makanan, tren perjalanan seperti apa, dsb. Untuk liputan, biasanya aku bakal datengin tempat2 kayak restoran, pasar, rumah pembuat kue (untuk makanan). Atau kunjungin tempat wisata. Selain itu, aku cari berita juga kadang melalui internet (melansir situs luar negeri) dan kontak beberapa narasumber terkait isu yang lagi ku garap.
By : Nabilla - Alumni Ilmu Komunikasi Univ Bakrie
5 tahun yang lalu
Hal paling penting itu jangan jadi wartawan amplop hahaha. Dengan kamu nerima amplop (seringnya isi uang), kamu bakal merasa indebted ke mereka dan mereka bisa "setir" kamu untuk nulis berita sesuai apa yg mereka mau :(
Jadi wartawan kudu wajib harus skeptis. Artinya, kamu gak bisa langsung percaya sama sesuatu yg dikasih tau orang. Kamu harus gali terus informasi lain terkait apa yg dikasih tau ke kamu. Pernah ada satu kasus aku wawancara orang, dia ngomong panjang lebar aku catet aja. Pas sampe rumah mau garap berita, aku riset lagi di google dari beberapa sumber soal apa yang dia omongin. Dan ternyata dia kasih informasi ke aku sedikit meleset. Coba kalo wartawan ga skeptis, mereka bakal percaya aja apa yang diomongin orang walaupun sebenernya itu informasi palsu.. Bisa heboh dunia persilatan
By : Nabilla - Alumni Ilmu Komunikasi Univ Bakrie
5 tahun yang lalu
Sepengetahuanku kalau untuk saintek memang lebih fokus ke sains dan tekno. Untuk sains sendiri, biasanya lebih fokus pada fenomena alam (contohnya bunga bangkai yang mekar di Bogor awal tahun ini), dan biasanya akan sering tektok sama pihak BMKG.
Kalau untuk tekno akan lebih sering bahas soal teknologi terkini. Tapi gak hanya seputar gadget terbaru atau review gadget, kamu juga akan tulis soal aplikasi, informasi keamanan di internet, dsb. Kalau tekno akan lebih sering tektok sama Menkominfo. Begitu sihh
By : Nabilla - Alumni Ilmu Komunikasi Univ Bakrie
5 tahun yang lalu
Hmm tergantung kampus sih. Karena dulu aku ambil jurusan ilkom, lalu konsentrasi jurnalistik di semester 3. Jurnalistik sendiri setiap kampus beda pakemnya. Kalo kampusku lebih ke arah media cetak dan daring, jadi akan banyak nulis. Kalau kampus lain setauku jurnalistiknya lebih ke broadcast dan radio.
Anak smk masuk jurnalistik? BISA BANGEEET HAHAHA. Aku tuh smknya dulu jurusan teknik komputer dan jaringan hehe. Hal yang harus disiapin sebagai wartawan itu tahan banting dan tahan mental. Tahan banting kena omel kalo informasi yg kamu tulis sedikit melenceng (salah 1 huruf di nama orang aja bisa fatal, apalagi salah tulis jabatan). Tahan mental karna jurnalis selalu kerja di bawah deadline, terlebih lagi kalo kamu jurnalis yang ditaruh di kanal yang mengharuskan kamu untuk tulis berita cepat.
By : Nabilla - Alumni Ilmu Komunikasi Univ Bakrie
5 tahun yang lalu
Kalau untuk nulis berita sambil mendengar sebenernya aku pribadi juga masih kesulitan sih. Triknya itu kamu nyalain rekaman hp, terus kamu sembari ketik apapun yang kamu denger. ada yang kelewat gapapa, karna kamu bisa denger ulang dari rekaman untuk lengkapin bagian yg kosong.
Nah proses dengerin ulang rekaman sembari nulis informasi
yang kurang ketulis itu namanya transkrip. Transkrip ini penting untuk
wartawan karna melalui transkrip, kamu bisa baca ulang untuk nentuin
angle (sudut pandang berita) apa yang mau digarap.
Bisa banget kokkk jadi fotojurnalis aja. Tapi kalo untuk bidang itu aku kurang paham, maaf yaa
By : Nabilla - Alumni Ilmu Komunikasi Univ Bakrie
5 tahun yang lalu
Kritis dalam dunia jurnalistik itu kamu ga boleh percaya sama satu informasi secara mentah2 alias kamu kudu cari tau lagiii dari narasumber lain. Tapi ini tergantung kondisi ya, kalo narsumnya kredibel ya gapapa. Terus juga kritis itu kalo menurutku pribadi adalah dengan jadi wartawan independen. Kenapaa? Karena dengan begitu kamu ga akan bisa disetir untuk condong ke sudut pandang kanan atau kiri. Kamu bakal lebih mudah untuk liat suatu isu dari berbagai sudut pandang, terlebih lagi soal isu politik. Kritis ga akan bikin parno sih, malah bakal bikin semakin open-minded
By : Nabilla - Alumni Ilmu Komunikasi Univ Bakrie