Etos Kerja Para Freelancer, Content Creator, Instagramer atau Influencer yang Penting untuk Dimiliki – Yuk, Kita Pelajari dan Jadikan Contoh!
- Apr 12, 2017
- Dian Ismarani
Sejak ekonomi kreatif digadang-gadang sama pemerintah, anak muda Indonesia terus berusaha berkarya meskipun mereka masih duduk di bangku sekolah dan kuliah. Bahkan, beberapa terus mengikuti passion-nya hingga menjadi pekerja lepas alias freelancer setelah menempuh pendidikan tinggi.
Banyak anak muda yang sekarang ini serius menjalani profesi sebagai content creator, instagramer atau influencer di berbagai media sosial. Pendapatannya juga nggak main-main, gaes. Satu kali endorse, tarifnya bisa Rp50.000 sampai puluhan juta. Bahkan, mereka berkesempatan jadi brand ambassador sebuah produk. Ada juga yang barter dengan mendapat produk atau fasilitas tertentu.
Era digital memang banyak membawa perubahan. Bukan cuma dari cara kita berkomunikasi, mendengarkan musik, atau membaca berita. Tapi cara kerja dunia bisnis melebarkan sayapnya juga terus berubah mengikuti keinginan pasar.
Dulu, cuma selebriti terkenal yang punya kesempatan untuk menjadi representasi sebuah merk komersial. Kesempatannya juga terbatas pada layar televisi atau panggung hiburan. Sekarang, sejak internet dan media sosial ramai, pola promosi juga berganti.
Menurut data yang dilansir dari onalytica.com, 15% konsumen memang masih menentukan pilihan suatu barang atau jasa karena pengaruh bintang iklannya (selebriti). Sementara 20% konsumen lainnya, membeli produk atau jasa karena lebih yakin dan percaya setelah membaca atau melihat review dari influencer.
Situs Whiteboard Jurnal menyebut para anak muda aktif dan kreatif ini sebagai urban activist. Pada dasarnya, urban activist adalah mereka yang bekerja menghidupi passion-nya dan selalu menjadi yang terdepan dalam berbagai fenomena terkini.
Mereka menjalani aktivitas dengan sepenuh hati, baik saat bekerja, maupun saat menjaring inspirasi melalui interaksi maupun kolaborasi dengan berbagai pribadi dan institusi.
Tapi, dibalik “kenikmatan” jadi influencer, ada etos kerja yang nggak main-main, lho. Berikut etos kerja para freelancer, content creator, instagramer atau influencer yang penting untuk dimiliki. Yuk, kita pelajari dan jadikan contoh!
Creative is a must!
Dalam sebuah wawancara dengan Youthmanual, Ayla Dimitri (content creator) menyampaikan skill penting yang wajib dimiliki. “Sebenarnya, pembuatan konten itu ‘kan harus mengikuti creative process. Jadi kalau mau bikin konten, kamu harus tahu, apa, sih, hal-hal yang mau diceritakan? Storyline-nya gimana? Mau bercerita dari angle apa? Mau menciptakan karakter yang bagaimana?”
“Sebagai content creator, kamu harus tahu apa yang kamu suka, karakter kamu seperti apa, dan apa yang bisa kamu sampaikan ke orang-orang. Skill utama yang diperlukan content creator, tuh, kreativitas kali, ya. Juga skill membaca tren. Kalau kamu menemukan hal yang kayaknya menarik, kamu harus buru-buru menampilkannya di platform yang kamu kelola. Jangan sampai kamu udah bikin konten yang menarik dan on-trend, eh, keduluan dinaikin sama pihak lain. Bisa-bisa konten kamu jadi nggak seru lagi, deh.”
Disiplin!
Sementara menurut Marischka Prudence (travel blogger) dalam situs Hitsss, kita harus bisa menjaga kontinuitas konten. “Dalam sebulan, saya sendiri menargetkan minimal ada delapan artikel, atau paling sedikit ada lima dalam blog,” kata Prue. Aktif di media sosial juga penting banget. Gunakan strategi yang sesuai, untuk waktu posting hingga foto yang dibuat sebagus mungkin”. Niat, gaes!
“Blogger harus aktif juga di media sosial. Lebih bagus lagi, kalau followers-nya banyak. Jadi kalau ada klien, bisa paket bundling. Exposure-nya bisa di blog, Twitter, dan Instagram. Dan jangan lupa, ketika kita sibuk, tidak sempat update blog, minimal kita ada update di media sosial, jadi selalu aktif”.
Contoh ketika Marischka membuat post promosi di akun IG-nya
Nggak malas untuk riset
Hampir senada dengan Ayla, Chandra Liow (vlogger / youtuber) juga menyampaikan bahwa originalitas itu penting banget. “Sebelum membuat video, gue selalu riset dulu untuk mencari tau, apa hal yang bisa bikin video gue berbeda?”
“Misalnya gini, deh. Di Youtube ‘kan ada yang namanya daily vlog, dimana si vlogger mendokumentasikan kesehariannya, dengan gaya selfie. Nah, itu titik perbedaan yang gue ambil. Gue bikin vlog yang nggak hanya mendokumentasikan diri gue, tetapi juga sekeliling gue.”
Nggak cuma riset tren yang berbeda aja, kamu juga nggak boleh malas riset hasil dari posts kamu selama ini. Supaya kamu bisa membaca mana metode yang "laku" di audience kamu dan mana yang nggak.
Profesional dalam segala hal
Sementara kalau kita melihat Diana Rikasari (fashion blogger), bersikap profesional menjadi salah satu kunci untuk berkarya lebih serius di industri ini. Kalau melihat bisnis, blog, Youtube dan segala hal yang dijalani Diana, kayaknya do’i sangat all out dan profesional. Nggak sekadar pasang nama beken atau setengah-setengah mengerjakannya. Termasuk ketika menjalin kerjasama dengan orang lain.
“When you practice good professionalism at work, you will automatically unconsciously apply professionalism in your daily life as well,“ begitu tulis Diana di dalam blognya.
***
So, gaes, dibalik pendapatan oke dan gaya hidup para influencer ini, ada kerja keras dan etos kerja yang berat juga. Kalau mau sukses, kamu siap menjalaninya, nggak?
(Sumber gambar: culturainteractive.com, attentive.ly, IG Marischka, toprankblog.com, vidio.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus