Persiapan Kuliah

Panduan ini akan membantumu untuk menyusun rencana kuliah dari bangku sekolah, mengenali bidang-bidang program studi kuliah, serta memilih kampus yang paling tepat buatmu.

Ketika bicara soal kuliah, hal yang pertama kali terpikir oleh kamu pasti adalah kata “sarjana”. Nggak heran, sih, karena sedari dulu kuliah memang identik dengan tingkat pendidikan strata 1 dimana seseorang harus menghabiskan waktu kurang lebih 4 tahun untuk menuntut ilmu di bidang tertentu agar mendapatkan gelar Sarjana.

Karena informasi yang tersedia untuk pendidikan vokasi terbilang jauh lebih sedikit dibanding informasi pendidikan akademik seperti program Strata 1 (S1) alias Sarjana. Bahkan masih banyak yang salah paham kalau pendidikan vokasi adalah “buangan” yang nggak berhasil masuk kuliah S1. Duh, ini sama sekali nggak benar!

Pendidikan akademik dan pendidikan vokasi adalah dua jenis pendidikan tinggi yang berbeda. Pilihan yang satu bukan berarti lebih baik dari yang lain. Memilih pendidikan vokasi dan pendidikan akademik bisa jadi pilihan yang baik ataupun buruk untuk kamu jika kamu memilih yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Jadi, akan lebih baik jika kamu pahami terlebih dahulu perbedaan antara pendidikan vokasi dan pendidikan akademik sebelum kamu bisa memilih yang mana yang paling sesuai dengan kebutuhanmu.

 

Pendidikan Vokasi dan Pendidikan Akademik: Lebih Bagus yang Mana?

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ternyata pendidikan tinggi di Indonesia diklasifikasikan dalam 3 jenis, yaitu:

  1. Pendidikan akademik, yaitu pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni tertentu, yang mencakup sarjana (S1), magister (S2), dan doktoral (S3); 
  2. Pendidikan vokasi, yaitu pendidikan tinggi yang menunjang pada penguasaan keahlian terapan tertentu, meliputi program pendidikan Diploma (diploma 1/Ahli Pratama, diploma 2/Ahli Muda, diploma 3/Ahli Madya, dan diploma 4/Sarjana Terapan yang setara dengan program pendidikan akademik strata 1); dan
  3. Pendidikan profesi/spesialis, yaitu pendidikan tinggi setelah program pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Lulusan pendidikan profesi akan mendapatkan gelar profesi.

Untuk kamu yang baru lulus SMA/sederajat, pendidikan tinggi yang bisa kamu pilih adalah pendidikan akademik dan pendidikan vokasi. Bedanya, pendidikan akademik lebih memfokuskan pembelajaran dalam hal-hal terkait penelitian dan inovasi sebagai bentuk pemecahan masalah dalam bidang jurusan tertentu, sedangkan pendidikan vokasi lebih memfokuskan pembelajaran pada peningkatan kemampuan siap kerja dalam bidang jurusan tertentu.

Keduanya memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda, itulah sebabnya pendidikan akademik tidak lebih bagus dari pendidikan vokasi—atau pun sebaliknya. Kedua jenis pendidikan ini harusnya disesuaikan dengan kebutuhan kamu dan aspirasi kamu di masa depan. Jika kamu ingin memperdalam suatu ilmu bidang kejuruan dengan cara memahami teori untuk meneliti fenomena di sekitarmu, maka pendidikan akademis adalah pilihan yang tepat. Tapi, jika kamu ingin mendalami suatu bidang kejuruan dengan cara mengembangkan diri dalam hal kemampuan untuk bekerja di bidang tertentu, pendidikan vokasi adalah pilihan yang tepat.

pilih pendidikan vokasi

pilih pendidikan akademik

Gimana, gaes? Sampai sini udah nggak berpikir kalau kuliah vokasi itu nggak sekeren kuliah sarjana, ‘kan?

 

Pendidikan Vokasi: Mitos, Fakta, dan Pertanyaan yang Sering Ditanyakan

Idealnya, pendidikan vokasi mempersiapkan mahasiswanya dengan pengetahuan dan kemampuan yang relevan dengan industri saat ini sehingga selulusnya nanti mereka akan mudah mendapatkan pekerjaan dan  menyesuaikan diri di dunia kerja. Sayangnya, jika dibandingkan dengan kenyataan saat ini, mungkin banyak dari kamu yang menyangkal bahwa hal ini sepenuhnya benar dan malah menyurutkan niatmu untuk memilih pendidikan vokasi.

Ada banyak opini dan “katanya-katanya” seputar pendidikan vokasi yang beredar di sekitar kamu, dan dijamin kamu pasti penasaran apakah hal tersebut benar atau tidak adanya. Nah, daripada mempercayai “katanya-katanya” yang belum tentu benar, ada baiknya kamu simak kupas tuntas pertanyaan yang paling sering diajukan terkait pendidikan vokasi yang ada di bawah ini.

Q: Kenapa pendidikan vokasi bisa bikin lulusannya siap kerja?

A: Kurikulum pendidikan vokasi dirancang untuk membuat lulusannya mendapatkan lebih banyak pengalaman kerja sebagai bekal mereka memasuki dunia kerja. Dalam kegiatan perkuliahan, mahasiswa pendidikan vokasi mendapatkan porsi belajar teori dan praktik dengan perbandingan 30:70.

Porsi praktik lebih banyak dialokasikan waktunya dengan tujuan agar mahasiswa pendidikan vokasi dapat melatih kemampuan praktikalnya sesuai dengan bidang industri yang dipilih dengan maksimal. Untuk mendukung kegiatan pelatihan kemampuan selama perkuliahan, nggak jarang kampus menyediakan sarana dan prasarana yang dibuat menyerupai lingkungan kerja yang sebenarnya untuk latihan simulasi, bahkan berkerja sama dengan pelaku industri terkait agar mahasiswanya berkesempatan untuk praktik langsung di dunia kerja dalam bentuk pelatihan maupun kerja magang.

Q: Lulusan pendidikan vokasi katanya bakal lebih mudah mendapatkan kerja. Kok nyatanya lebih banyak lowongan kerja untuk lulusan S1, bahkan ada yang nggak menerima lulusan pendidikan vokasi?

A: Lulusan pendidikan vokasi memang dipersiapkan untuk siap terjun ke dunia kerja, tapi hal itu TIDAK MENJAMIN semua lulusan vokasi pasti mudah mendapatkan kerja.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi kemudahan seseorang dalam mendapatkan pekerjaan ketika lulus nanti. Akan tetapi, gelar diploma atau sarjana bukanlah hal yang menentukan mudah atau tidaknya mendapatkan pekerjaan, kok. Diluar sana juga banyak lulusan SMK dan S1 yang kesulitan mendapatkan kerja—tidak peduli jurusan apa yang mereka ambil dan almamater mereka.

Secara garis besar, ada 2 hal yang dapat mempengaruhi mudah atau tidaknya seseorang mendapatkan pekerjaan, yaitu:

  1. Bagaimana ia mampu mengembangkan dirinya selama bersekolah/berkuliah. Ini bisa dalam hal mengukir prestasi akademik sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan yang ia tempuh, memilih bidang dan jurusan yang paling sesuai dengan minat dan cita-citanya, dan melatih kemampuan yang dibutuhkan untuk memasuki dunia kerja lewat berbagai kegiatan baik dalam ataupun luar sekolah/kampus.

  2. Bagaimana ia mampu mencari kesempatan. Ini bisa dalam hal membangun jejaring dan mengukir prestasi di dalam dan luar sekolah/kampus, mengikuti kegiatan pengembangan diri yang sesuai dengan minatnya, dan memilih sekolah/kampus yang sudah bekerjasama dengan industri untuk memudahkannya mendapatkan akses ke pengalaman kerja langsung serta kesempatan kerja.

Menyoal lowongan kerja yang lebih banyak untuk lulusan S1 dan perusahaan yang tidak menerima lulusan pendidikan vokasi, ini sangat relatif. Mungkin persyaratan ini muncul karena perusahaan membutuhkan sumber daya yang memiliki kompetensi yang hanya dimiliki oleh lulusan S1 untuk posisi tersebut.

Atau. ada juga perusahaan yang memang “pilih kasih”, yang nggak mau memberikan kesempatan untuk lulusan pendidikan vokasi tanpa melihat terlebih dahulu kompetensi yang dimiliki. Tapi kamu nggak perlu khawatir, karena nggak semua perusahaan punya pola pikir seperti ini. Kalau sudah begini, sih, tergantung kamu⁠—apakah kamu masih berminat dan memiliki aspirasi untuk bekerja dan berkarya di perusahaan tersebut?

Lagipula, portal untuk menemukan informasi lowongan kerja sangatlah banyak, bahkan sudah dibuat secanggih mungkin untuk kita dapat menyaring informasi lowongan yang sesuai dengan kualifikasi yang sesungguhnya kamu miliki tanpa menjadikan gelar pendidikan tinggi sebagai syarat mutlak. Asal kamu mencari di tempat dan dengan cara yang tepat serta gigih dalam mencari, kamu pasti menemukan lowongan kerja yang pas untukmu.

Q: Apakah lulusan SMA/SMK/MA bisa masuk pendidikan vokasi?

A: Siapa saja bisa berkuliah di pendidikan vokasi. Akan tetapi, mungkin ada beberapa program studi (prodi) yang mensyaratkan pendaftarnya haruslah dari latar belakang pendidikan tertentu, misalnya pendidikan vokasi prodi Farmasi mensyaratkan lulusan SMA IPA, atau pendidikan vokasi Analis Kimia mensyaratkan siswa lulusan SMK dengan jurusan yang sama.

Tapi ingat, nggak semua kampus yang menyediakan pendidikan vokasi mensyaratkan hal yang sama untuk program studi tertentu, ya. Ada baiknya kamu tanyakan langsung ke kampus tujuan untuk mengkonfirmasi persyaratan yang dibutuhkan dan berlaku di kampus tersebut.

Q: Apa saja program studi yang tersedia di pendidikan vokasi?

A: ada 4 tingkatan program studi yang bisa kamu pilih di pendidikan vokasi, yaitu:

  1. Diploma 1 (D1): pendidikan vokasi yang dapat diselesaikan selama 1 tahun (± 32 SKS) dengan syarat kelulusan berupa laporan praktik dan laporan karya ilmiah. Lulusan dari program studi ini akan memiliki gelar A.P. (Ahli Pratama).

  2. Diploma 2 (D2): pendidikan vokasi yang dapat diselesaikan selama 2 tahun (± 64 SKS) dengan syarat kelulusan berupa laporan praktik dan laporan karya ilmiah. Lulusan dari program studi ini akan memiliki gelar A.Ma. (Ahli Muda).

  3. Diploma 3 (D3): pendidikan vokasi yang dapat diselesaikan selama 3 tahun (± 112 SKS) dengan syarat kelulusan berupa laporan praktik dan laporan karya ilmiah. Lulusan dari program studi ini akan memiliki gelar A.Md. (Ahli Madya).

  4. Diploma 4 (D4): pendidikan vokasi yang dapat diselesaikan selama 4 tahun (± 144 SKS) dengan syarat kelulusan berupa laporan praktik dan laporan karya ilmiah. Lulusan dari program studi ini akan memiliki gelar S.Ter. (Sarjana Terapan).

Berbeda dengan pendidikan akademik yang berjenjang (harus ambil S1 dulu sebelum bisa lanjut S2, dan seterusnya), tingkatan program studi di pendidikan vokasi tidak bisa diambil berjenjang. Artinya, setelah lulus sekolah, kamu hanya bisa memilih salah satu dari 4 jenjang program studi pendidikan vokasi yang tersedia.

Q: Aku lihat ada jurusan Manajemen S1 dan D3. Apa bedanya, dan yang mana yang sebaiknya aku pilih?

A: Ada banyak sekali jurusan kuliah yang tersedia dalam program pendidikan akademik ataupun vokasi. Perbedaan utama tertentu terletak pada masa studi yang akan ditempuh dan kurikulum ajar yang diterapkan (program sarjana lebih ke pemahaman teori untuk pemecahan masalah, dan program diploma lebih ke pengembangan ilmu terapan sesuai bidang industri).

Perbedaan umum lainnya yang bisa kamu temukan dalam jurusan yang tersedia di dua jenis pendidikan ini adalah fokus program studinya. Jika program studi S1 menawarkan fokus pembelajaran yang umum, program studi D3 (atau diploma lainnya) menawarkan fokus pembelajaran yang spesifik. Misalnya, jika dalam program studi S1 ada jurusan Manajemen, di program studi D3 (atau diploma lainnya) ada jurusan Manajemen Keuangan, Manajemen Pemasaran, Manajemen Bisnis Internasional. Jika di program studi S1, jurusan-jurusan yang ada di program studi D3 (atau diploma lainnya) tersedia dalam peminatan yang bisa dipilih di semester 5.

Q: Apa bedanya D4 dan S1? 'Kan sama-sama sarjana?

Mengacu pada UU, S1 dan Diploma 4 (D4) sama-sama disebut jenjang sarjana, namun D4 dikenal sebagai sarjana terapan. Masa perkuliahan dan beban studi S1 dan D4 pun relatif sama yaitu, sekitar 4 tahun dan 144 SKS.

Yang paling berbeda adalah komposisi perkuliahannya. Program S1 menitikberatkan pada teori. Perbandingannya 60 persen teori dan 40 persen praktik. Sebaliknya, D4 lebih fokus pada praktik dengan perbandingan 40 persen teori dan 60 persen praktik.

Selain itu, program studi D4 dan S1 umumnya juga berbeda. Misalnya, prodi S1 Teknik Sipil dan D4 Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil, S1 Akuntnansi dan D4 Akuntansi Sektor Sipil, S1 Ilmu Perpustakaan dan D4 Pengelolaan Informasi dan Manajemen Arsip. Dengan kata lain banyak  prodi D4 yang memang nggak akan kamu temukan di S1.

Tapi, ada juga sih, prodi D4 yang persis sama dengan S1, misalnya D4 Kebidanan Universitas Padjadjaran dan S1 Kebidanan di Universitas Airlangga. Penekanan studi D4 Kebidanan dan S1 Kebinanan agak berbeda, yakni S1 Kebidanan fokus pada keilmuannya sementara D4 Kebidanan pada praktiknya. Namun keduanya sama-sama bisa menjalani profesi Bidan dan bisa pula meneruskan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Perbedaan lain antara strata D4 dan S1 adalah gelar lulusannya. Lulusan S1 umumnya bergelar sarjana  diikuti sesuai prodi/bidang yang diambil, contohnya S.Keb (Sarjana Kebidanan) atau ST (Sarjana Teknik), atau Sarjana Seni. Sementara gelar lulusan D4 adalah Sarjana Sains Terapan (S Tr.) diikuti prodi atau bidang studi yang diambil, contohnya S Tr.T (Sarjana Terapan Teknik) atau S Tr. Keb (Sarjana Terapan Kebidanan).

Oya, seorang sarjana terapan bisa meneruskan pendidikan hingga mendapatkan gelar magister terapan atau doktor terapan.

Q: Apakah ada perbedaan dalam hal seleksi pendidikan akademik dengan vokasi?

A: Selain jumlahnya yang tersebar, pendidikan vokasi juga menyediakan bidang jurusan yang membutuhkan berbagai macam keahlian tertentu. Jadi, nggak heran kalau masing-masing kampus memiliki caranya sendiri untuk menyeleksi calon mahasiswa yang dianggap cocok untuk menuntut ilmu di suatu bidang jurusan.

Seleksi masuk pendidikan vokasi tidak dilaksanakan secara serentak, alias dilaksanakan secara mandiri di kampus yang menyediakan pendidikan vokasi alias Seleksi Mandiri. Jalur yang disediakan pun bermacam-macam: seperti jalur prestasi menggunakan nilai rapor, jalur beasiswa tidak mampu, dan jalur reguler (dengan tes). Seleksi lewat jalur reguler umumnya melalui tes administratif, tes ujian tertulis, tes uji kemampuan terkait bidang jurusan, dan tes wawancara untuk tahap seleksi yang sudah lebih tinggi.

Untuk mengetahui langkah-langkah seleksi yang harus kamu tempuh di jalur masuk pendidikan vokasi mana pun, ada baiknya jika kamu langsung menanyakan hal terkait ke kampus yang menyediakan pendidikan vokasi yang kamu inginkan.

Q: Apa itu jalur ekstensi? Haruskah mahasiswa pendidikan vokasi mengambil jalur ekstensi?

A: Jalur ekstensi adalah jalur pendidikan tambahan yang biasa digunakan untuk mahasiswa yang menjalani perkuliahan sambil bekerja, yang umumnya dikenal dengan nama kelas karyawan. Tapi, nggak jarang juga mahasiswa diploma (khususnya D3) memanfaatkan jalur ekstensi untuk mentransfer tingkat pendidikan ke pendidikan akademik dengan menambah masa studi 2-3 tahun tanpa harus mengulang kuliah lagi dari nol.

Untuk kamu yang lulusan pendidikan vokasi (D3), jalur vokasi bukanlah jalur yang wajib untuk kamu tempuh jika kamu tetap ingin langsung bekerja selepas kuliah. Akan tetapi, jika kamu ingin menjajal profesi yang membutuhkan minimal jenjang pendidikan S1 (seperti dosen dan akademisi) atau berencana melanjutkan studi lebih tinggi, kamu wajib menempuh jalur ekstensi untuk meraih gelar sarjana.

 


Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1