Persiapan Kuliah
Panduan ini akan membantumu untuk menyusun rencana kuliah dari bangku sekolah, mengenali bidang-bidang program studi kuliah, serta memilih kampus yang paling tepat buatmu.
Selain Perguruan Tinggi Negeri (PTN), salah satu institusi pendidikan yang juga banyak diincar oleh anak-anak SMA/sederajat untuk melanjutkan pendidikan mereka adalah Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK). Posisinya yang langsung berada di bawah lembaga pemerintahan tertentu, membuat jenis perguruan tinggi ini dianggap memberikan prospek kerja yang sudah pasti—dan ini kerap menjadi alasan mengapa seorang calon mahasiswa menjatuhkan pilihannya pada PTK dibandingkan PTN maupun PTS.
Tapi, sebenarnya PTK itu perguruan tinggi yang kayak gimana, sih?
Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK), adalah sebuah perguruan tinggi di bawah departemen selain Departemen Pendidikan Nasional, atau merupakan lembaga pendidikan tinggi negeri yang memiliki ikatan dengan lembaga pemerintahan sebagai penyelenggara pendidikan. Serunya lagi, beberapa memberikan beasiswa ikatan dinas alias “kuliah gratis” sampai lulus serta bisa langsung mendapatkan pekerjaan di bidang terkait. Syedap banget!
Jadi nih, gaes, kalau kamu melanjutkan pendidikan tinggi di PTK, kamu akan mempelajari bidang-bidang spesifik sesuai lembaga pemerintahan di mana PTK tersebut berada. Misalkan, STIS yang berada di bawah Badan Pusat Statistik (BPS) berfokus menyediakan program studi yang terkait dengan statistika dan pengolahan data. Atau Poltekkes yang berada di bawah Kementrian Kesehatan, hanya menyediakan program studi yang berada di dalam bidang kesehatan.
Nah, buat kamu yang pengen melanjutkan pendidikan ke PTK lebih baik kamu simak dulu, nih, mitos dan fakta yang beredar mengenai jenis perguruan tinggi satu ini. Bener nggak sih perguruan tinggi kedinasan itu seperti yang dikatakan orang-orang? Atau jangan-jangan, semua rumor yang beredar itu seratus persen hoax?
Katanya, Sekolah Kedinasan Itu...
Mitos #1: Masuknya susah, harus punya ‘orang dalam’
Banyak yang bilang masuk ke Perguruan Tinggi Kedinasan itu sulit, bahkan lebih sulit daripada masuk PTN. Bayangin, kalau untuk masuk PTN paling banter kamu cuma harus ikut SBMPTN dan atau ujian mandiri, sementara kalau mau masuk Perguruan Tinggi Kedinasan kamu harus mengikuti serangkaian tes yang terdiri dari tes akademik, fisik, hingga kesehatan.
Makanya, nggak heran kalau marak desas-desus beredar bahwa jika kamu ingin masuk ke PTK kamu harus punya ‘orang dalam’ untuk membantumu agar lolos serangkaian seleksi tersebut.
Faktanya, rangkaian tes masuk Perguruan Tinggi Kedinasan memang panjang dan ketat, tapi keterlibatan ‘orang dalam’ untuk meloloskan calon mahasiswanya itu nggak bener, gaes! Kualifikasi yang sesuai dan kemampuan mumpuni menjadi aspek utama diterima atau nggaknya seseorang ke dalam PTK. Buktinya, banyak tuh mahasiswa kedinasan yang sama sekali nggak memiliki background keluarga yang bekerja di sektor pemerintahan.
Lagian nih ya, hari gini masih melakukan praktik KKN untuk masuk kuliah? Nggak jaman, bro!
Mitos #2: Pendidikan di perguruan tinggi kedinasan sarat akan kekerasan
Pendidikan yang terlampau disiplin dan ‘keras’ seringkali menjadi hal yang muncul di kepala banyak orang saat lagi ngomongin soal Perguruan Tinggi Kedinasan. Nggak jarang, hal ini juga sampai ke telinga media mainstream yang kerap memunculkan berita mengenai kasus-kasus bullying dan kekerasan yang terjadi di PTK tertentu.
Sedikit banyak hal ini bisa bikin orang-orang ciut dan enggan, lho, untuk melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi Kedinasan.
Faktanya, beberapa perguruan tinggi kedinasan yang berbasis militer dan semi-militer seperti Akademi Kepolisian Semarang, Akademi Militer, dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri memang memiliki kurikulum yang menekankan pada kedisiplinan dan pembentukan fisik serta karakter yang tahan banting. Gimana nggak? Lulusan mereka ‘kan nantinya akan menjadi aparat-aparat yang membela negara serta melindungi warga sipil, mau nggak mau mereka pun harus dididik sedemikian rupa demi mempersiapkan diri untuk hal tersebut.
Kalau kita bicara 5 sampai 10 tahun yang lalu, pendidikan di perguruan tinggi kedinasan jenis ini memang masih kental akan senioritas dan kekerasan. Namun, semakin ke sini, pemerintah mulai membenahi kurikulum di perguruan tinggi kedinasan dengan perlahan menghapuskan dan melarang sistem senioritas dan tindak bullying. Sebagai gantinya, sistem pendidikan di perguruan tinggi kedinasan kini telah dirancang untuk menjadi se-efisien mungkin dan juga tepat sasaran.
Dan lagi nih ya, nggak semua PTK itu memakai sistem pendidikan militer/semi-militer, kok! Sekolah kedinasan seperti Politeknik Keuangan Negara (STAN) dan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik misalkan, mereka menerapkan sistem belajar dan kegiatan perkuliahan yang sama seperti mahasiswa di perguruan tinggi lainnya.
Mitos #3: Peraturan di PTK, tuh, ketat banget!
Nggak seperti perguruan tinggi lain, PTK terbilang memiliki peraturan yang lebih ketat untuk mahasiswanya. Buktinya, disaat mahasiswa perguruan tinggi lain bisa bebas mengenakan baju apapun yang mereka suka untuk ngampus, mahasiswa perguruan tinggi kedinasan harus mengenakan sergam setiap hari.
Pokoknya di PTK, kamu nggak bisa berbuat yang macem-macem, deh!
Faktanya, yang namanya peraturan, di mana pun itu pasti ada. Jangankan di perguruan tinggi kedinasan, PTN dan PTS pun pasti punya peraturan-peraturan tersendiri ‘kan untuk mahasiswanya? Nah, tapi yang membedakan peraturan di PTN dan PTS dengan Perguruan Tinggi Kedinasan adalah, di Perguruan Tinggi Kedinasan peraturan-peraturan ini nggak bisa dikesampingkan seenaknya oleh para mahasiswanya. Ini dikarenakan mereka terikat dengan instansi yang membawahi kampusnya dan pemerintah yang membiayai kuliahnya.
Tapi ini juga nggak berarti mereka dikekang, lho! Mahasiswa Perguruan Tinggi Kedinasan masih bisa bebas seperti mahasiswa PTN dan PTS, hanya saja lebih ketat untuk hal kedisplinan serta etika dalam pergaulan di lingkungan kampus sendiri.
Mitos #4: Berkuliah di PTK berarti kamu nggak bisa menyalurkan kreativitas dan bebas berekspresi
Gimana mau bebas kalau soal pakaian aja harus seragam?
Banyak yang menganggap kalau Perguruan Tinggi Kedinasan nggak mendukung kegiatan dan organisasi yang nggak berhubungan dengan bidang akademik. Kehidupan kampus yang membosankan dan monoton seolah menjadi ajang ‘latihan’ bagi para mahasiswanya yang ketika lulus nanti akan menjadi PNS dengan ritme kerja yang serupa—selama bertahun-tahun lamanya.
Faktanya, Siapa bilang kehidupan perkuliahan di PTK itu monoton? Banyak, kok, PTK yang memiliki unit-unit kegiatan mahasiswa yang mendukung kreativitas dan kebebasan berekspresi mahasiswanya. Kegiatan yang diadakan pun nggak melulu soal akademik, tapi juga kegiatan-kegiatan yang bersifat hiburan dan mengasah soft skill.
Jadi jangan khawatir, ya, sob. Meskipun kamu jadi mahasiswa PTK, kamu tetap bisa bebas berkarya dan brekreasi, kok.
Mitos #5: Lulusan Perguruan Tinggi Kedinasan mudah dapat kerja
Salah satu hal yang membuat banyak orang tertarik untuk masuk PTK adalah soal prospek kerjanya. Bayangin, di saat lulusan perguruan tinggi lain harus pontang-panting melamar kerja kesana-kemari setelah lulus, lulusan PTK cukup duduk manis dan menunggu panggilan dinas.
Makanya nggak heran ‘kan kalau tiap tahunnya, pendaftar PTK mencapai angka yang cukup tinggi?
Faktanya, ya bener, sih. Salah satu tujuan dari didirikannya perguruan tinggi kedinasan adalah untuk mencetak aparatur-aparatur negara yang berkompeten dan bisa langsung mengabdi setelah mereka menyelesaikan pendidikannya. Artinya, kamu yang berhasil masuk PTK bakal ditempa habis-habisan—baik dari hard skill maupun soft skill—agar dapat menjadi lulusan terbaik dan siap masuk ke industri yang membutuhkan.
Hal ini pun diamini oleh Rikza, alumni Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang kini telah bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) Majene, Sulawesi Selatan.
“Salah satu kelebihan dari mahasiswa kedinasan adalah nggak usah pusing cari kerjaan, karena begitu lulus kami akan langsung diangkat dan ditempatkan di unit kerja. Karena aku dari STIS, maka setelah lulus langsung diangkat di BPS.” tuturnya.
Meskipun masih harus melalui serangkaian tahapan hingga bisa benar-benar diangkat menjadi PNS, tapi tentu ini menjadi salah satu privilege penting yang nggak bisa didapatkan jika berkuliah di perguruan tinggi lain. Setuju?