6 Perbedaan Pola Pikir Mahasiswa di Indonesia dengan Mahasiswa di Luar Negeri
- Jan 22, 2019
- Fitria Aisyah
Mahasiswa adalah anak muda—yang katanya, mereka adalah kaum intelektual, berkreatifitas tinggi, makhluk yang paling cepat merespon perubahan, bertata krama, dan pastinya berpendidikan. Tapi apakah semua mahasiswa itu sama? Ada nggak, sih, bedanya pengaruh budaya, sosial, lingkungan terhadap perilaku anak-anak muda—yang notaben-nya mereka semua adalah mahasiswa.
Nah, gimana, ya, kalau generasi bangsa ini kita bandingkan dengan generasi bangsa negara lain? Apakah sama baiknya? Atau justru malah harus dilakukan upaya perubaha? Yuk, cari tau di bawah ini
1. Budaya membaca
Budaya membaca mahasiswa di Indonesia, jauh panggang dari api, gaes. Mahasiswa di luar negeri itu rajin banget baca buku, bahkan rata-rata mahasiswa di luar negeri membaca 1-2 buku perminggunya. Prinsipnya, kalau mau jadi sarjana, mereka wajib baca ribuan buku. Wihh, keren, ya!
Well... kalau di Indonesia sendiri, menurut penelitian minat bacanya masih sangat rendah dibandingkan negara-negara lain.
2. Kemampuan nomor 1, penampilan nomor sekian
Yang dimaksudkan di sini mengenai prioritas keuangan mereka, ya, gaes. Kebanyakan dari mahasiswa luar negeri lebih mengutamakan prioritas pemanfaatan keuangan mereka untuk keperluan kuliah.
Nah, setelah kebutuhan kuliah udah kelar semuanya, baru, deh, mereka mikirin “bulan ini mau shopping kemana, ya?”.
Sementara, kalau di compare sama gaya hidup mahasiswa di Indonesia, sebagian besar (nggak semuanya kok) lebih mengutamakan belanja keperluan ini itu, untuk sekedar memenuhi trend gaya hidup.
3. Media sosial? Penting nggak, ya?
Mahasiswa di luar negeri sangat jarang yang tau apa itu Instagram, Twitter dan beberapa jajaran Social Media lainnya—yang hampir bikin semua mahasiswa di Indonesia merasa nggak PD kalau nggak punya.
Buat mereka, terlalu membuang-buang waktu untuk mengetahui apa yang orang lain lakukan. Itu juga-lah yang membuat mereka mempunyai lebih banyak waktu untuk membaca buku atau berdiskusi mengenai aliran pemikiran mereka terkait dengan berbagai topik. Hal ini lebih terkait ke budaya mereka, yang terkesan individual. Well... ada plus minusnya juga, sih.
4. Kerja part time. Gengsi nggak, ya, mereka?
Sebagian besar mahasiswa Indonesia itu gengsinya segede gaban. Nggak mau kerja part time ini lah, kerja part time itu lah. Maunya kerja yang ini, yang itu. Pilah pilih ini itu.
Di luar negeri kebanyakan mahasiswa kerja part time dan nggak pilah pilih, lho. Mulai jadi pelayan restoran, kasir, pegawai pom bensin, hingga penulis—yang waktunya mereka bisa bagi dengan perkuliahan. Bahkan, hal itu nggak jadi penilaian dari mahasiswa lainnya mengenai pekerjaan orang lain.
Kerja part time nggak membuat mereka gengsi, lho. Buat mereka lebih gensi itu kalau minta duit sama orang tua.
5. Sebagian besar kampus di luar negeri, nggak ada sistem absensi
Kebayang nggak, sih, kalau di Indonesia nggak pakai sistem absensi. Apa kelasnya masih penuh? Beberapa kampus di luar negeri itu nggak pakai sistem absensi, lho? Kenapa? Soalnya mahasiswa di sana sudah sangat sadar mengenai pentingnya belajar.
Jadi, nggak ada absensi sekali pun mereka akan tetap datang dan hadir mengikuti pembelajaran di kelas. Yang penting buat mereka, akumulasi tugas dan ujiannya bagus. itu udah bisa membantu mereka naik ke semester berikutnya. Nggak ada sangkut pautnya dengan kehadiran.
Pola pikir dan kebiasaan yang benar-benar perlu dicontoh, ya, gaes.
6. Tetap ke kampus, walaupun nggak ada dosen
Mahasiswa di luar negeri, mereka sangat concern dengan study mereka. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tugas dan budaya belajar di sana serta persaingan yang sangat ketat. Oleh karena itu, walaupun nggak ada jadwal kuliah mereka tetap datang ke kampus.
Kalau mahasiswa di negara kita gimana? Sebagian besar (sekali lagi, walaupun nggak semuanya kok) ke kampus kalau ada jadwal kuliah aja, kalau nggak ada ya mereka lebih milih nongkrong di cafe, jalan-jalan ke mall atau diam di rumah.
***
Itulah beberapa perbedaan pola pikir mahasiswa di indonesia dengan mahasiswa di luar negeri. Melihat dan mengadopsi budaya orang lain, selama itu positif, kenapa nggak. Ya, ‘kan?
Segera buat perubahan positif. Dimulai dari diri sendiri—yang pastinya akan berdampak bagi diri sendiri dan tentunya berdampak baik pula bagi bangsa ini. Miris lihat Indonesia, kalau mindset generasinya masih gitu-gitu saja .
Baca juga:
-
Sebelum Lulus Kuliah, Kamu Harus Kuasai 5 Bekal Ini Terlebih Dulu
-
Kuliah Sambil Magang: Kenapa Nggak?
-
Sebebas Apa, Sih, Dunia Perkuliahan Itu?
(Sumber gambar: news.okezone.com, upi.com, theodysseyonline.com, japanese-school.net theconversation.com )
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus