Tertarik Jadi Asisten Dosen? Simak Dulu Suka Dukanya!

Asisten dosen—alias asdos—seringkali dipandang “keren” karena berbagai alasan.

Pertama, karena nggak semua mahasiswa bisa jadi asdos. Kamu harus memenuhi kualifikasi dan syarat tertentu agar dosen menunjuk kamu sebagai asistennya. Keren dong, ya, bisa jadi “orang terpilih” oleh dosen?

Kedua, karena status seorang asdos sebagai tangan kanan para dosen, yang “derajatnya” sudah pasti tinggi di lingkungan kampus.

Ketiga, karena asdos sering dianggap punya prestasi akademik yang canggih serta etos kerja yang top. Pokoknya, di lingkungan kampus, asdos suka dipandang sebagai mahasiswa setengah dewa, deh!

Padahal jadi asdos, tuh, nggak seindah anggapan orang-orang, lho. Dibalik status asdos yang prestisius, ada juga sisi-sisi dukanya yang nestapa.

Tahu dari mana? Karena saya juga seorang asdos. Ciyeee...

Simak pengalaman suka-duka saya sebagai asisten dosen berikut ini!

***

Enaknya jadi asisten dosen itu...

1. Jadi bisa menggali ilmu perkuliahan lebih dalam

mendalami ilmu

Ini adalah benefit nomer wahid yang akan kamu rasakan sebagai seorang asdos. Dalam perkuliahan, kadang mahasiswa lain cuma mendapat “kerak ilmu”-nya, sementara kamu bisa menggali ilmu perkuliahan secara mendalam-lam-lam, langsung dari dosennya!

Selain itu, kalau kamu ingin mempelajari dan mendalami sesuatu yang nggak ada dalam silabus perkuliahan, bilang aja ke dosen kamu. Beliau pasti akan dengan senang hati membantu. Apalagi kalau kamu sempat nge-mention bahwa kamu memang bercita-cita jadi dosen. Wuih, beliau pasti makin semangat.

2. Jadi bisa membangun academical network

FYI, sebagai asdos, kamu akan sering dilibatkan dalam berbagai kegiatan sang dosen. Nah, kesempatan ini bisa kamu gunakan untuk membangun academical networking yang kuat. Soalnya, dengan ikut berbagai kegiatan sang dosen, kamu jadi bisa mengakrabkan diri dengan dosen-dosen lain, bahkan dengan para asdosnya.

Academical networking bakal terasa banget gunanya ketika kamu harus membuat suatu penelitian atau makalah. Network yang kamu punya bakal membantu kamu dalam proses pembuatan proyek tersebut, seperti mengumpulkan sumber sampai mengolah data. Hmm, proses pembuatan skripsi bisa terbantu juga nggak, yaaa... #ngarep

3. Jadi paham rasanya jadi tenaga pengajar

tenaga pengajar

Sebagai asdos, terkadang kamu harus menggantikan dosen kamu ngajar di kelas atau sekadar mengajar praktikum. Ngajar, tuh, nggak gampang, lho! Butuh kesabaran ekstra! Makanya, sebagai asdos, kamu harus bersyukur karena bisa mendapatkan pengalaman mengajar begitu. Lumayan banget ‘kan, buat nambahin daftar soft skill yang kamu kuasai?

4. Bisa mendapat penghasilan tambahan

FYI, asdos, tuh, digaji, lho. Biarpun gajinya nggak gede-gede amat, tapi lumayan banget, lah, bisa punya uang hasil keringat sendiri.

Trus, sebagai asdos, biasanya kamu bakal mendapat “orderan” kerjaan mengolah data atau bahkan melakukan penelitian, karena sebagai asdos, kamu dianggap punya ilmu yang lebih tinggi daripada mahasiswa lain. Ada, lho, asdos yang dibayar sampai 10 juta untuk membantu mahasiswa S3 menyelesaikan olah data untuk disertasinya. Wow!

                                                                        ***          

Sementara, sisi nggak enaknya jadi asdos adalah...

1. Harus ngekor kemana pun dosen pergi

ikut dosen

Yang namanya asisten, pasti harus ikut kemanapun atasannya pergi. Asdos pun harus siap mendampingi dosennya dalam susah maupun senang *caelah*. Dosen ngajar? Ikut. Dosen seminar? Ikut. Dosen pergi jalan-jalan sama keluarganya ke Dufan? Ya, kalau nggak diajak, jangan ikut. Hihihi.

Pokoknya, entah kegiatan dosen kamu penting ataupun nggak, kamu kudu ikut!

Bahkan kadang dosen bisa “merombak” jadwal kuliah kamu dengan semena-mena, lho, agar kamu bisa terus ngintil mereka. Jadi, jangan kaget kalau tiba-tiba dosen kamu ngirimin kamu surat izin ganti jadwal kuliah, karena beliau minta ditemani ngisi kuliah umum di kampus lain.

2. Harus siap melakukan apapun hal yang diminta dosen

To be honest, sebagai asdos, saya sering segan bilang “tidak” ke dosen, karena ada perasaan parno nilai akademik saya bakal terancam. Padahal, sih, belum tentu. Tapi tetep aja parno. Labil, deh!

Akhirnya, semua permintaan dosen rasanya harus dituruti, mulai dari menggantikan beliau ngajar di kelas, sampai mengatur komposisi mahasiswa untuk praktikum. Saya merasa nggak bisa bilang “capek”, “nggak bisa”, apalagi “males” (yang ada nanti saya ditoyor!).

Saya harus tegar ketika lagi asyik-asyik makan siang, saya harus mendadak balik ke kampus karena, misalnya, sang dosen nelponin minta tolong nyambungin laptopnya ke proyektor *pingsan*

3. Jadi nggak punya banyak waktu luang

waktu luang

Merujuk ke dua poin sebelumnya, bekerja sebagai asisten dosen otomatis bikin kamu nggak punya waktu luang. Huhuhu!

4. (Kadang) merasa nggak dihargai

Ketika kamu menggantikan dosen ngajar—di kelas maupun saat praktikum—artinya kamu bakal ngajarin teman-teman kamu sendiri. The real struggle happens ketika mereka “meremehkan” kamu, berhubung mereka tahu bahwa kamu adalah teman seangkatan mereka sendiri. Kalau mengalami hal ini, jujur, saya suka mikir, “Sama teman-teman seangkatan aja bisa diremehin gini, apalagi kalau berhadapan dengan junior atau bahkan senior?”

Kalau kamu lagi diajar asdos, jangan bersikap gitu ya, gaes. Asdos nggak minta disanjung-sanjung, kok. Asdos memang cuma mahasiswa biasa yang punya banyak kekurangan, cuma kebetulan mereka punya wewenang lebih. Dan kalau kewenangan tersebut diremehkan, rasanya sakiiit, tauuuu.... *curhat*

***

Gimana? Walaupun ada banyak keuntungannya, nggak selamanya jadi asdos menyenangkan, ‘kan?

(sumber gambar: wikihow.com, usc.edu, fusion-education.org, unsw.edu.au, giphy.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 17 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 28 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1