Dunia Sekolah

Panduan dunia sekolah meliputi panduan anak SMP untuk melanjutkan ke SMA/SMK, panduan akademik sekolah termasuk mengatur jadwal kuliah dan tips menghadapi Ujian Nasional, serta panduan luar sekolah untuk berbagai kegiatan non-akademik dan pengembangan diri.

Di akhir semester genap, nggak cuma anak SMA aja yang dihadapkan seleksi masuk kampus di sana-sini, tapi anak SMP juga sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi PPDB alias Penerimaan Peserta Didik Baru.

Masa PPDB bisa dibilang masa paling pelik karena menimbulkan jutaan kegalauan dalam memilih sekolah dan dampaknya terhadap rencana jangka panjang para siswa SMA. Alasannya, apa lagi kalau bukan dilema memilih sekolah unggulan?

Masih ingat kehebohan Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) terutama di tingkat SMA beberapa waktu lalu? Yup, kebanyakan orang ingin masuk sekolah unggulan yang difavoritkan, baik di SMA negeri maupun swasta. Banyak yang rela mengantri, menjadi cadangan, mengeluarkan biaya ekstra, menempuh jarak jauh (bahkan ada yang nekat berbuat curang!) demi masuk SMA unggulan. Sebaliknya, mereka merasa kecewa dan down saat gagal masuk SMA idaman.  Duh!

 

Masuk Sekolah Favorit dan Unggulan, Penting Nggak, Sih?

Sepenting itukah sekolah di SMA unggulan? Apakah SMA unggulan memang memiliki banyak kelebihan atau sebenarnya overrated alias terlalu dianggap hebat padahal nggak hebat-hebat amat? Apakah kamu merasa bahwa sekolah di SMA unggulan akan lebih baik bagi masa depanmu ketimbang di sekolah non unggulan?

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, baca dulu deh cerita berikut ini.

Ilustrasi 1

Saat PPDB, S berhasil masuk ke salah satu SMA negeri populer yang termasuk favorit. Beberapa bulan sekolah di situ, S mulai terlibat perkelahian antarpelajar dan kenakalan lainnya. Kebetulan, jarak antara rumahnya dengan sekolah memang agak jauh dan melewati sekolah favorit lain, yang ternyata hobi tawuran. S pun sempat menjadi korban.

Akhirnya, “menyerang atau diserang” menjadi prinsip S untuk survive, walaupun level tawurannya hanya sekadar ikut-ikutan. “Kalau pun ikut tawuran, gue milih di posisi paling belakang. Selain karena takut, gue nggak pengen ketangkap polisi dan masuk penjara,” S bercerita.   

Suatu ketika, aksi S dan teman-temannya ketahuan pihak sekolah dan ia pun mendapat teguran keras berupa skors panjang. Orang tua S memutuskan memindahkannya ke sekolah swasta yang nggak terkenal di dekat rumah. Awalnya, S kecewa karena pindah sekolah. “Kiamat kecil dalam kehidupan SMA gue, karena harus pindah sekolah di kelas dua,” curhatnya.

Ternyata, kepindahan S justru membuat banyak perubahan positif, salah satunya ia  menjadi lebih fokus di kelas. Di luar kelas, S juga juga cukup aktif, punya banyak teman, dan nggak ada lagi kegiatan tawuran. Tak disangka S berhasil jadi peringkat 2 di kelas, padahal sebelumnya ia nggak pernah masuk 10 besar. Walau nggak banyak alumni sekolahnya yang masuk PTN, S berhasil menembus salah satu PTN terbaik idamannya.       

Ilustrasi 2

I adalah siswi  yang berasal lingkungan yang sederhana. Ia begitu semangat belajar hingga berhasil masuk SMA favorit dan mendapatkan keringanan biaya. Di SMA tersebut I bertemu banyak siswa yang cerdas, berprestasi, serta memiliki cita-cita tinggi. Kondisi ini sangat mempengaruhi diri I, sehingga ketika lulus SMA dan tidak memiliki cukup uang untuk kuliah, ia tidak menyerah. Mengambil gap year selama setahun untuk bekerja dan mengumpulkan uang dilakoni I. Selama kuliah pun ia tetap bekerja sampingan hingga berhasil lulus.

I merasa beruntung bisa bersekolah di SMA favorit yang siswanya sangat peduli dengan pendidikan. Pasalnya, lingkungan sekitar I kurang memperhatikan pendidikan. Banyak anak muda, terutama perempuan, yang hanya memikirkan pacaran, sehingga mayoritas nggak lanjut kuliah. “Untung saya sekolah di SMA unggulan, yang murid-muridnya fokus dengan pendidikan. Pikiran saya jadi terbuka dan saya jadi punya cita-cita tinggi,” curhatnya.

Ilustrasi 3

Sejak SD, R sudah mengenyam pendidikan di sekolah negeri unggulan yang notabene jauh dari rumah. Sementara kebanyakan  tetangga dan teman di sekitarnya bersekolah di dekat rumah. Tantangan yang dialami R cukup besar, di antaranya harus keluar rumah pukul 05.30 pagi untuk mengejar KRL. Awalnya, R minder lantaran rumahnya yang sangat jauh dan ini sering jadi bahan ledekan di  antara teman-temannya. Di samping itu, siswa di sekolahnya kebanyakan kelas menengah ke atas, sementara R berasal dari keluarga yang sederhana. Namun lama-kelamaan R menjadi terbiasa.

R kemudian masuk SMP dan SMA unggulan yang juga jauh dari rumah, tapi memiliki kualitas yang bagus. Hasilnya, R terekspos dengan pergaulan yang lebih luas sehingga wawasannya makin terbuka. R pun bisa bermimpi lebih besar dan nggak takut keluar dari zona nyaman. Selanjutnya, R berhasil kuliah di luar negeri, menjalani karier cemerlang, dan akhirnya membuka usaha sendiri. Semua hal tersebut belum tentu bisa ia raih jika R hanya mengambil jalan yang mudah dan nyaman, seperti memilih sekolah di dekat rumah, bergaul hanya dengan lingkungan sekitar, dan nggak menantang diri sendiri.

Ilustrasi 4

A adalah seorang murid yang cerdas dan juara kelas. Orang menduga A akan masuk SMA unggulan yang jadi favorit. Tapi A memilih meneruskan sekolah di SMA yang sama dengan SD dan SMP di mana ia mengenyam pendidikan. SMA pilihan A adalah sekolah yang biasa-biasa saja, bukan sekolah bergengsi apalagi favorit. Justru banyak yang underestimate dengan lulusan SMA tersebut. Sebagian orang pun mempertanyakan dan menyayangkan keputusan A.

Ternyata A berprinsip bahwa bukan sekolah yang menentukan masa depan seseorang melainkan orang itu sendiri. A justru merasa tertantang dan ingin membuktikan bahwa walaupun bersekolah di tempat yang dianggap biasa saja, ia bisa berprestasi, memiliki wawasan luas, dan menembus perguruan tinggi berkualitas. Anyway, walaupun sekolahnya sederhana dan nggak masuk unggulan, A merasa sekolah tersebut punya banyak kelebihan seperti pendidikan karakter dan spiritual yang mumpuni. A pun terpacu untuk membanggakan almamaternya. Akhirnya, A berhasil lulus SMA dengan prestasi gemilang dan masuk PTN.

Yes, keempat ilustrasi di atas adalah kisah nyata yang bisa memberikan inspirasi bagi kita. Setidaknya, ada 6 hal yang bisa dijadikan pelajaran bersama, yaitu...

1. Sekolah di SMA/sederajat unggulan atau nggak, sama-sama bisa sukses

Banyal orang yang percaya bahwa masuk sekolah unggulan adalah “harga mati”. Pokoknya itulah yang terbaik. Tapi setelah bertemu orang orang di atas dan menyimak pengalaman mereka, pandangan kamu pasti berubah. Tiap sekolah memiliki plus dan minus, dan semua balik lagi ke si siswa. Yup, kamu lah yang bisa memilih mana yang terbaik dan sesuai untukmu.

Jika kamu yakin bahwa sekolah tersebut cocok dan bakal memberi nilai positif untukmu, maka berusaha lah agar bisa masuk ke sana.

Sebagai contoh, ada tipe orang yang merasa gampang terbawa arus pergaulan, maka dalam memilih sekolah, hal itu mesti ia perhatikan. Jangan sampai masuk SMA favorit dengan banyak siswa yang pintar, tapi minim pengawasan sehingga kerap terjadi tawuran dan bullying. Inilah yang perlu jadi bahan pertimbangan kamu. Apakah kamu seperti S yang bakal terpengaruh dengan kultur sekolah?

2. Selain prestasi akademis, banyak aspek dari suatu sekolah yang perlu dipertimbangkan

Dalam mempertimbangkan pilihan sekolah, jangan cuma lihat faktor akademis dan angka-angka aja. Menjadi sekolah unggulan yang berakreditasi A atau sekolah dengan nilai masuk tertinggi memang merupakan suatu pencapaian. Namun, bukan hanya itu lho, yang bisa jadi nilai plus sebuah sekolah.

Coba cek deh, bagaimana kurikulum dan pendekatan belajar mengajar yang diterapkan di sekolah. Biasanya, kalau sekolah negeri relatif sama, ya kurikulumnya. Sementara metode dan proses belajar di sekolah swasta lebih variatif. Kamu juga bisa melihat bagaimana kegiatan dan ekskul sebuah sekolah. Pertimbangkan juga kondisi fasilitas dan lingkungan sekolah, serta jarak antara sekolah ke rumah.

Dengan melihat berbagai faktor—bukan hanya nama beken dan status sebagai sekolah unggulan—kamu bakalan lebih mantap memilih sekolah yang tepat. Trus, kamu juga bisa membuat beberapa alternatif pilihan sekolah, jadi nggak mentok hanya satu SMA tujuan aja.

3. Tinggalkan pemikiran “Yang gampangnya aja deh”

Saya percaya bahwa seseorang bisa berprestasi dan berhasil walau nggak mengenyam pendidikan di sekolah unggulan atau beken. Tapi, jangan memilih sekolah, jurusan, atau apa pun hanya karena “Pengen gampangnya aja”. Kenapa? Sikap kayak begini nih, yang bikin kamu jadi malas dan mager di zona nyaman sehingga sulit mengembangkan diri.

Memilih sekolah yang relatif dekat dengan rumah, berdasarkan pertimbangan bahwa hal tersebut akan lebih baik untuk kondisi fisik (kesehatan) dan memberikan kamu banyak waktu untuk les serta mengembangkan diri merupakan hal yang bijak. Tapi kalau memilih sekolah yang dekat rumah, hanya supaya kamu bisa bangun tidur 20 menit sebelum bel masuk, yha gemana, yha?

Sebab kalau kamu mau sukses pasti akan butuh usaha. Usahanya bisa berupa berangkat subuh ke sekolah naik angkutan umum, mengorbankan waktu main buat ikutan kursus atau klub, berada di luar zona nyaman buat cari pengalaman baru, dan lainnya. Kalau semua serba mau gampang, ya hasil yang diraih juga bakalan segitu-segitu aja.      

4. Tidak kecewa berlebihan saat nggak berhasil masuk sekolah incaran

Perlu diingat bahwa nggak berhasil masuk sekolah yang diinginkan bukan akhir dunia. Miris rasanya melihat orang-orang yang maksa pengen masuk ke sekolah idaman mereka sampai nekat berbuat curang, seperti memalsukan Surat Keterangan Tidak Mampu (supaya bisa diterima lewat jalur keluarga miskin), menyogok, dan lainnya. Kejujuran dan karakter yang kuat itu lebih berharga dibandingkan kebanggaan masuk sekolah unggulan, gaes. Lagipula, kalau sampai ketahuan, bisa gawat banget!

Jika nggak bisa masuk sekolah incaran, ya kamu harus menerima bahwa ada jalan lain yang lebih baik untukmu. Sekolah yang kamu jalani saat ini bisa menjadi  yang terbaik bagimu, jika memang kamu menginginkannya. You can do something! Kembangkan diri kamu dan raih prestasi. Nggak terbatas soal akademis, tapi bisa juga ekskul dan organisasi siswa. Kamu pun bisa menemukan aktivitas yang kamu senangi di sekolah tersebut.

Misalnya, kamu tertarik dengan film, kamu bisa gabung dengan klub film atau bikin acara lomba film pendek di sekolah. Atau sekolah kamu punya perpustakaan yang keren, ya manfaatkanlah kelebihan tersebut.

Kamu harus move on dari kekecewaan akibat nggak masuk sekolah incaran. Kalau kamu terus-terusan menyesali nggak diterima di SMA favorit dan jadi kurang semangat sekolah maka hasilnya pun jadi nggak oke.

5. Yang masuk sekolah favorit, jangan jumawa.

Ini juga nih, yang perlu dicatat baik-baik ketika sudah berhasil masuk SMA yang  difavoritkan: jangan merasa sudah menang dan cepat puas. Selamat, kamu telah berhasil masuk SMA yang diidam-idamkan, tapi perjuangan belum selesai.

Keberhasilan masuk sekolah terbaik pun nggak akan ada artinya apabila kamu nggak mengembangkan diri sendiri. Apalagi kalau dengar cerita teman di SMA favorit yang malah hobi bikin ulah. Bahkan, sampai ada yang berurusan dengan polisi karena kasusnya fatal. Nama sekolah kamu bisa bergengsi banget, tapi intinya ada pada dirimu. Percuma juga dong, berstatus siswa sekolah unggulan kalau pengetahuaan kamu pas-pasan atau kalau hanya malas-malasan.

6. Sama-sama punya kesempatan masuk PTN atau perguruan tinggi lainnya.

Jika kamu mengincar SNMPTN, maka masuk SMA dengan akreditasi A dan unggulan sejauh ini memang memberikan peluang lebih besar. Apalagi kalau sekolah tersebut memiliki banyak alumni yang masuk PTN. Yup, di tahun 2018 dan 2017, kuota untuk bisa ikutan SNMPTN adalah:  

  • Sekolah akreditasi A, 50 persen siswa terbaiknya (kelas 12) bisa mengikuti SNMPTN

  • Sekolah akreditasi B, 30 persen siswa terbaiknya (kelas 12) bisa mengikuti SNMPTN

  • Sekolah akreditasi C, 10 persen siswa terbaiknya (kelas 12) bisa mengikuti SNMPTN

  • Sekolah yang belum terakreditasi, 5 persen siswa terbaiknya (kelas 12) bisa mengikuti SNMPTN

Tapi,  di luar SNMPTN masih ada jalan lain untuk masuk PTN yaitu SBMPTN dan tes mandiri. Di situ, kesempatan seluruh peserta dari berbagai sekolah bisa dibilang sama, dan yang mendapatkan hasil terbaik lah yang bakalan dinyatakan lolos. Lebih jauh lagi, kamu juga bisa masuk perguruan tinggi swasta atau kampus di luar negeri.

Intinya, siswa sekolah unggulan dan siswa sekolah non unggulan sama-sama bisa sukses. Faktor yang paling menentukan adalah diri sendiri. Semoga kamu sukses di mana pun (SMA-nya) berada ya.

 

PPDB 2019: Aturan Baru dan Hal-Hal yang Harus Diperhatikan

PPDB untuk teman-teman SMP menuju SMA/SMK, atau SD menuju SMP, masih sama dengan tahun sebelumnya menggunakan sistem zonasi dan dilaksanakan secara online, namun ada beberapa perubahan yang cukup signifikan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 51 tahun 2018 serta Nomor 14 Tahun 2018.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga telah melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah tentang beberapa perbedaan antara pelaksanaan PDDB tahun 2018 dan tahun 2019 ini. Apa aja perbedaannya?

1. Penghapusan SKTM

Dalam PPDB 2019, pemerintah secara resmi menghapus Surat Keterangan Tidak Mampu alias SKTM yang sempat menimbulkan polemik di beberapa daerah karena sering disalahgunakan.

Trus, gimana, dong, sama nasib siswa yang benar-benar berasal dari keluarga tidak mampu?

Sebagai ganti SKTM, Kemendikbud sudah menyiapkan solusi terkait jaminan sekolah bagi masyarakat kurang mampu melalui penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan penerima Program Keluarga Harapan (PKH).

2. Lama domisili

Dalam PPDB 2018, domisili berdasarkan alamat Kartu Keluarga (KK) yang diterbitkan minimal 6 bulan sebelumnya. Sedangkan dalam Permendikbud baru untuk PPDB 2019 didasarkan pada alamat KK yang diterbitkan minimal 1 tahun sebelumnya.

Namun yang perlu dicatat, kamu sudah harus tinggal dalam satu wilayah asal dengan sekolah yang dituju selama satu tahun terakhir dan dibuktikan dari tanggal diterbitkannya Kartu Keluarga (KK). Terus bagaimana bila kamu tidak memiliki KK?

Eitss, jangan panik dulu. Bila kamu tidak memiliki KK meskipun telah tinggal selama 1 tahun, kamu tetap bisa mengikuti PPDB 2019 dengan menggunakan Surat Keterangan Domisili dari RT/RW dengan legalisir Lurah atau Kepala Desa.

3. Pengumuman daya tampung

Untuk meningkatkan transparansi dan menghindari praktik jual-beli kursi, Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018 ini mewajibkan setiap sekolah untuk mengumumkan jumlah daya tampung peserta PPDB 2019 pada kelas 1 SD, kelas 7 SMP dan kelas 10 SMA/SMK sesuai dengan data rombongan belajar dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik).

Sementara pada Permendikbud sebelumnya, pemerintah belum mengatur secara detail perihal daya tampung. Artinya daya tampung yang disediakan PPDB 2018 hanya berdasarkan ketentuan peraturan perundangan (standar proses).

4. Prioritas satu zonasi sekolah asal

Dalam aturan PPD 2019 ini juga diatur mengenai kewajiban sekolah untuk memprioritaskan peserta didik yang memiliki Kartu Keluarga (KK) atau surat keterangan domisili sesuai dengan satu wilayah asal (zonasi) yang sama dengan sekolah asal. Kenapa demikian?

Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi surat domisili palsu atau bodong yang biasa dibuat jelang pelaksanaan PPDB.

Nah, terkait pemalsuan surat mutasi domisili, surat mutasi kerja, serta praktik jual-beli kursi yang nantinya ditemukan pada PPDB 2019, Mendikbud akan menindak tegas hal tersebut ke ranah hukum karena sudah masuk dalam ranah pungli, pemalsuan, maupun penipuan.

Oya, dalam sistem zonasi yang akan berlaku pada PPDB 2019, Kemendikbud menyatakan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) tidak akan berlaku pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2019. Sebagai gantinya para calon siswa hanya cukup menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai bagian dari pendataan administrasi di sekolah.

5. PPDB SMK Negeri tidak sama dengan SMA Negeri

PPDB dengan sistem zonasi hanya berlaku untuk SMA Negeri. Bila di antara kamu ada yang ingin melanjutkan ke SMK Negeri, nilai UN lah yang menjadi acuan dalam PPDB 2019.

Selain nilai UN, PPDB SMK Negeri juga mempertimbangkan hasil tes bakat dan minat sesuai dengan bidang keahlian. Sementara untuk domisili calon peserta didik baru yang memilih SMK Negeri hanya dijadikan sebagai pilihan terakhir.

 

Jalur Masuk, Alur Pendaftaran, dan Akses PPDB

PPDB dilakukan secara online melalui website yang telah disediakan untuk masing-masing daerah. Misal, untuk kamu yang berada di daerah DKI Jakarta dipersilakan untuk mengikuti PPDB melalui website PPDB DKI Jakarta, untuk kamu yang berada di Jawa Barat bisa mengikuti PPDB di website yang ada di daerah Jawa Barat, dan seterusnya.

Berikut beberapa contoh website yang bisa diakses untuk masing-masing daerah:

Hampir seluruh provinsi telah menerapkan PPDB online. Untuk kamu yang masih butuh informasi PPDB online di kota tempat tinggalmu, sering-seringlah bertanya ke guru di sekolahmu, ya.

Kamu pun bisa memilih jalur PPDB yang ingin kamu ikuti sesuai dengan situasi dan kondisi yang kamu alami ketika masa PPBD dilaksanakan. Adapun 3 jalur yang bisa kamu pilih dalam PPDB di tahun 2019 ini adalah sebagai berikut.

Jalur Prestasi

  • Jalur Prestasi adalah Jalur yang diperuntukan bagi para calon siswa yang memiliki prestasi dan berada di luar zonasi sekolah. Prestasi dapat digunakan sebagai penentuan seleksi, maupun pemberian nilai tambah berdasarkan jenis dan tingkat prestasinya.

  • Jumlah peserta didik diterima paling banyak adalah 5% (lima persen) dari total jumlah keseluruhan daya tampung sekolah.

Contoh daerah yang menerapkan:

  • Lingkup Provinsi: Prov. Lampung, Prov. Kalimantan Timur dan Prov. Bali

  • Lingkup Kota dan Kabupaten: Kota Cimahi, Kota Makassar, Kota Dumai dan beberapa daerah lainnya

Jalur Perpindahan Orang tua/Wali

  • Jalur Perpindahan Orang tua/Wali adalah jalur yang ditujukan pada peserta didik yang berdomisili di luar zonasi sekolah yang bersangkutan dikarenakan orang tuanya yang pindah domisili karena tugas.

  • Jumlah peserta didik diterima paling banyak adalah 5% (lima persen) dari total jumlah keseluruhan daya tampung sekolah.

Contoh daerah yang menerapkan:

  • Lingkup Provinsi: Prov. Riau dan Prov. Sulawesi Utara

  • Lingkup Kota dan Kabupaten: Kab. Kulonprogo dan Kab. Temanggung

Jalur Zonasi

  • Jalur Zonasi merupakan jalur untuk siswa yang memprioritaskan jarak tempat tinggal terdekat Sekolah dalam zonasi yang ditetapkan. Jumlah peserta didik diterima paling sedikit adalah 90% (sembilan puluh persen) dari total jumlah keseluruhan daya tampung sekolah.

  • Model dan konsep zonasi sekolah merupakan wewenang dari masing-masing Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya.

Penerimaan Peserta Didik Baru 2019 menurut Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy, memiliki syarat utama yaitu jarak dari rumah ke sekolah, bukan menggunakan nilai Ujian Nasional dan Raport. Hal ini menurut Pak Menteri untuk mendobrak stigma “sekolah favorit” dan semua anak berhak mendapat pendidikan yang sama. Dengan Permendikbud terbaru ini diharapkan sekolah yang proaktif mencari murid sesuai dengan zonanya yang sudah ditetapkan oleh Kemendikbud.

Memang sudah menjadi ketentuan dari Permendikbud no. 51 tahun 2018 bahwa 90% penerimaan peserta didik baru ditentukan oleh domisili calon siswa. Namun, bukan berarti Nilai UN dan rapor itu tidak penting.

Nilai UN dan rapor akan dibutuhkan bila hanya tersisa satu kursi di sekolah dan salah satu dari kamu harus memperebutkannya dengan calon peserta didik baru yang lain.

Dalam hal ini, sekolah dapat memilih nilai UN atau rapor yang dijadikan acuan penerimaan. Disisi lain, sekolah tidak diperbolehkan menetapkan batas minimal nilai UN dan rapor pada saat PPDB.

Jadi, ingat, kamu tetap harus belajar dan melakukan yang terbaik untuk UN, ya.

Alur pendaftaran PPDB dapat dilihat di bawah ini.

 

 

 

 

Tips Mengikuti PPDB 2019

1. Untuk mengetahui informasi PPDB tahun sebelumya bisa mengakses https://arsip.siap-ppdb.com/2017/

2. Sering-sering update Info ke situs PPDB dan Informasi mengenai PPDB di sekolah kalian, supaya tidak ketinggalan informasi penting mengenai pendaftaran dan dokumen kelengkapannya

3. Cek kelengkapan dokumen dan persyaratan yang dibutuhkan, konsultasikan dengan orang tua dan guru untuk memilih sekolah sesuai dengan kemampuan dan persyaratan yang berlaku

4. Terakhir, jika kalian menemukan adanya kecurangan atau ada pelanggaran jangan segan untuk melapor ke http://ult.kemdikbud.go.id

 


Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1