6 Tanda Kamu Terjebak Dalam Pertemanan "Beracun"

oleh Nadia Fernanda

Hah? Pertemanan beracun? Maksudnya, racun-racunnya pada temenan?

*tepok jidat*

Pertemanan beracun alias toxic friendship adalah suatu hubungan pertemanan yang berdampak negatif pada kebahagiaan, kenyamanan dan ketentraman hidup kamu. Bahkan kadang bisa mengganggu kesehatan mental! Wow, seram juga, ya.

Sebuah pertemanan harusnya bikin hidup kamu jadi lebih sehat dan senang. Tapi kalau teman kamu hobi menebar “racun”, yang ada bukannya kebahagiaan tapi malah keasyeman.

Menurut para psikolog, toxic friendship sering terjadi di kalangan perempuan karena sifat cewek yang senang bergantung pada orang lain. Sementara ciri-ciri teman yang “beracun” biasanya selalu bikin stres, nggak suportif, banyak nuntut, manipulatif, dan nggak bisa dipercaya.

teman beracun

Sayangnya, karena hidup bukanlah sinetron yang ada dubbing monolog internalnya dan zoom-in zoom-out-nya setiap kali ada konflik, ciri-ciri seorang toxic friend biasanya nggak kentara, bahkan jarang disadari. Tapi jangan khawatir, kamu bisa memantau tanda-tanda toxic friend dari indikator-indikator berikut ini.

Kamu panik ketika dia datang, dan lega ketika dia pergi

Lho, kok, kayak temenan sama hantu? Soalnya teman yang “beracun” itu biasanya bikin kamu panik dan nggak nyaman. Padahal seharusnya ‘kan kamu senang kalau ketemu sama teman, bukannya malah keringat dingin bak disamperin tengkulak. Kalau kamu terus-terusan panik setiap ketemu teman kamu ini, lama-lama kamu bisa sakit jantung. Duh, nggak sehat banget, deh.

Dia terlalu banyak memberikan kritik nggak membangun

Mengkritik boleh, tetapi kritiknya harus membangun. Nah, kalau teman kamu terus-terusan melempar kritik-tidak-membangun dan bikin kamu jadi insecure bahkan demotivasi, itu, sih, namanya bullying! Apalagi kalau dia nggak ngaca dulu sebelum mengkritik kamu habis-habisan. Ajak teman kamu ini ke toko furnitur terdekat, gih, trus beliin cermin besar!

Kamu merasa lelah setelah menghabiskan waktu bersama dia

Kalau kamu capek gara-gara menghabiskan waktu dengan hiking atau lelarian keliling lapangan bola bareng teman kamu, sih, wajar-wajar aja. Tapi kalau kamu capek karena seharian mesti mendengarkan keluh kesah dia, mencari celah untuk gantian ngomong sama dia, atau capek membuat dia mau mendengar pendapat kamu, capedeh, shay. Mendingan bobo cantik aja.

lelah berteman

Kamu terlalu sering berkorban untuk dia

Berkorban demi teman sebenarnya perbuatan mulia, tapi kalau pengorbanan kamu nggak dihargai, pasti kamu malah jadi mikir, “Mending dari awal nggak usah ditolongin!”. Gregetan nggak, sih, kalau kamu udah capek-capek menjemput teman kamu dengan payung saat hujan, tapi dia malah menggunakan payungnya sendiri tanpa mau berbagi sama kamu? Boro-boro berbagi. Bilang terima kasih aja enggak. Kzl mksml!

Kamu selalu ada buat dia, tapi dia nggak pernah ada buat kamu

Kata Florence Isaac, pengarang buku Toxic Friends/True Friends, hubungan pertemanan itu terjadi di antara dua pihak. Nah, kebutuhan antara dua pihak ini harus terpenuhi dengan seimbang, supaya tercipta pertemanan yang sehat. Kalau nggak seimbang, namanya nggak adil, yang berarti menyalahi Pancasila sila ke-2, yang berarti melanggar dasar negara, sob! #berat

Kamu merasa lebih buruk ketika bergaul bersama dia

Efek yang paling mengerikan dari seorang teman “beracun” adalah kalau dia sampai mengubah pola pikir dan kebiasaan kamu. Apalagi kalau dia juga membuat kamu melakukan hal-hal yang nggak kamu inginkan dengan cara perlahan-lahan “mengontrol” dan “memanipulasi” kamu. Males banget, ih!

***

Kalau kamu mengalami gejala-gejala di atas dalam sebuah hubungan pertemanan, it’s time to talk it out. Mungkin aja teman kamu nggak sadar kalau perbuatannya berdampak buruk ke kamu. Apabila dia mengerti dan mau berusaha mengubah sikapnya, hubungan pertemanan kalian mungkin masih bisa diselamatkan.

Kalau nggak?

Well, memutuskan hubungan pertemanan memang lebih awkward daripada memutuskan hubungan cinta. Tapi racun nggak bisa dibiarkan lama-lama, karena bisa berakibat fatal. Nggak ada salahnya kalau kamu benar-benar memutuskan hubungan kalian seratus persen. Buat apa dipertahankan kalau lama-lama bikin sakit jiwa? Karena pada akhirnya, it’s your right to choose to be happy or not. Keputusan ada di tangan kamu, sob!

(sumber gambar: fiterazzi.com, galoremag.com, wonderhowto.com, sparknotes.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 18 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 28 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1