Jangan Mau Jadi People Pleaser dan Terus Menerus ‘Nggak Enakan’!

Oleh Jihan Ayesha

“Kenapa, sih, harus selalu aku yang minta maaf? Kenapa aku susah banget untuk menolak? Kenapa harus selalu aku yang ngalah? Kenapa?!”

Hmmm, kalau pertanyaan-pertanyaan seperti itu sering muncul dibenak kamu, mungkin secara nggak sadar, kamu sudah jadi seorang people pleaser.

People pleaser, tuh, apa sih?

Menurut seorang psikolog Amerika Serita Susan Newman, people pleaser adalah seseorang yang selalu menempatkan kepentingan orang lain sebelum kepentingan dirinya sendiri. Dengan kata lain, people pleaser selalu merasa “nggak enakan” terhadap orang lain secara berlebihan, alias terlalu merendah. Padahal kalau kamu selalu merendah, lama-lama orang di sekitarmu akan beranggapan bahwa kamu memang ‘rendahan’.

Memangnya kamu mau dianggap begitu?

Biasanya, orang tipe ini selalu mengalah kepada segala hal dan kepada semua orang. Saat lagi rapat penting, dia setuju dengan semua pendapat, karena dia nggak berani bilang nggak setuju dengan alasan nggak enak. Saat lagi berantem sama pacar, dia selalu mengalah, padahal jelas-jelas pacarnya yang salah. Disuruh ini-itu juga dia selalu mau, karena merasa nggak enak untuk nolak.

Duh, please dear, kamu bukan pesuruh, lho. Bukan juga manusia beton yang selalu siap melayani semua kemauan orang-orang.

Kalau kamu seorang people pleaser, mungkin maksud kamu baik, yaitu nggak ingin membuat orang lain kecewa, sedih, atau marah. Meski begitu, sesuatu yang berlebihan tetap nggak baik, termasuk berlebihan menjaga perasaan orang.

Kalau kamu terus-terusan memendam perasaan atau pendapat kamu sendirian, berarti kamu juga akan terus-terusan “makan hati” demi orang lain, sementara kamunya sendiri pelan-pelan “hancur”. Lebih parahnya, orang-orang akan selalu menganggap kamu selalu bisa diandalkan kapan pun dan di mana pun, tanpa peduli kamu keberatan atau nggak. Pait banget nggak, sih?  

Ada sebuah kutipan yang berbunyi, “Try not to be too focused on pleasing others and end up losing your true self.” Artinya, kalau kamu seorang people pleaser, kamu akan terus jadi pendukung orang lain, tanpa kamu sadari perlahan-lahan kamu malah “kehilangan” dirimu sendiri.

Misalnya, seorang teman curhat ke kamu tentang si A—salah satu teman kalian—yang menurut dia ngeselin abis. Dalam hati, sebenarnya kamu nggak setuju. Menurut kamu, A nggak sebegitu nyebelinnya, tetapi karena kamu nggak enak, kamu rela ikut-ikutan kesal sama A. Bayangkan, kepribadian kamu bakal se-palsu apa kalau terus-terusan begitu? Bisa-bisa nanti bukan si A lagi yang disebelin, tetapi malah kamu!

Kalau mau tahu beberapa ciri people pleaser lainnya, nih, cek!

Mau bete, kesal, takut, capek, seorang people pleaser nggak berani menunjukkannya. Dia cuma berani pasang senyum depan orang lain. Ih, memangnya kamu robot?

Seorang people pleaser nggak berani mengeluarkan pendapat pribadinya. Kalau dia nggak suka sama sesuatu pun, dia bakal iya-iya aja, supaya terlihat "kompak" dengan temannya.

Labil dan nggak bisa menentukan pilihan, tuh, salah satu ciri people pleaser banget. Jadi plis, gaes, stop bilang "terserah" kalau lagi menentukan tempat malam mingguan sama pacar, ya.

People pleaser, tuh, kalau mau mengajak atau bertanya sesuatu ke orang lain aja susahnyaaa, minta ampun!

Mau menyudahi pembicaraan telpon aja "nggak enakan"

Percaya, deh, terus-terusan jadi people pleaser, tuh, nggak sehat banget. Kamu harus tanamkan dalam pikiran kamu bahwa kamu selalu bisa bilang “Tidak!”. Jangan selalu peduli tentang pendapat orang lain terhadap kamu. Kamu adalah kamu. Sama sekali nggak dosa untuk sesekali menolak permintaan seseorang, atau nggak setuju terhadap sesuatu. Malah dengan begitu, orang lain bakal lebih memperhatikan kepribadian kamu yang kuat, serta menghormati sikap kamu yang apa adanya.

Mungkin awalnya kamu susah untuk melawan perasaan “nggak enak”, tapi nggak ada salahnya untuk mencoba. Jangan siksa diri kamu melulu demi orang lain, ah! Kamu ‘kan bukan tameng Captain America yang selalu kuat melindungi orang lain. Inget baik-baik, gaes: “Pleasing everybody is never [your] responsibility. If they like you for who you are, good. If not, it’s their problems, not yours.

(sumber gambar: avenuescounselingcenter.org, thecooperreview.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 19 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 30 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1