Anak Muda di Balik Kampanye Agus-Sylvi, Ahok-Djarot, dan Anies-Sandi
- Feb 10, 2017
- Fatimah Ibtisam
Saat kebanyakan dari kita—anak muda—sebatas jadi penonton atau cuap-cuap di medsos tentang pilkada (Bahkan mungkin, masih ada yang masih nggak 'ngeh' soal pemilihan kepala daerah. Hadeh!), ketiga anak muda ini terjun langsung menjadi pendukung serta relawan tim Agus-Sylvi, Ahok-Djarot, dan Anies-Sandi. Mereka merasakan panas-dingin, manis-pahitnya kampanye Pilkada 2017.
Simak cerita Ghina Alwi, mahasiswa Fashion Business (Fashion Management) Sekolah Tinggi Desain La Salle, yang merupakan pendukung Agus-Silvy, Rachael Abigail (Gaby), relawan Ahok-Djarot, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, serta Dirgayuza Setiawan (Yuza), relawan Anies-Sandi yang baru lulus dari Oxford University Inggris.
Ceritain dong, keterlibatan kalian dalam kampanye ini?
Ghina: “Aku di sini bukan tim sukses, tapi suporter pasangan Agus-Sylvi. Sebagai suporter aku ikutan berbagai kegiatan kampanyenya. Sebelumnya, aku sempat diajak bergabung sebagai anggota Partai Demokrat.”
Gaby: “Saya sangat aktif dalam kampanye pilkada. Kebetulan saya sudah mengenal calon Gubernurnya (Pak Ahok) karena sempat magang di Balai Kota. Nah, sejak Oktober lalu, saya membantu di Kampanye Rakyat (KR), yaitu tim yang menjalankan penggalangan dana kampanye paslon 2. Saya aktif sebagai koordinator volunteers pada booth yang ada di salah mal sekaligus sebagai tim Public Relations.”
Yuza: “Aku membantu kampanye dengan mengorganisir acara komunitas 'Jakarta Berlari'. Jadi setiap hari Minggu pagi, kita lari keliling Jakarta bareng mas Sandi."
Aku memang memilih untuk terlibat dalam politik. Di tahun 2012 lalu, aku membantu Pak Jokowi dan Pak Ahok, karena aku merasa mereka adalah pemimpin yang paling dibutuhkan ibukota pada saat itu. Sekarang, dari 3 pasang calon yang ada, yang aku rasa paling tepat untuk memimpin Jakarta, ya pak Anies dan mas Sandiaga."
Kenapa sih, memilih menjadi pendukung pasangan calon Gubernur tersebut? Apa keunggulan mereka?
Ghina: “Menurutku, pemimpin untuk di Jakarta serta di daerah manapun harus memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Mas Agus sudah tidak diragukan lagi (jiwa nasionalismenya), karena pengabdiannya untuk negara ini sudah dijalankan selama 16 tahun (sebagai anggota militer). Di sisi lain, Jakarta butuh sosok muda yang cerdas dan berakhlak baik, sehingga bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat muda di Jakarta.
Karena merupakan kandidat termuda, harapannya Mas Agus bisa mewakili semangat anak muda agar bisa bersama-sama membangun DKI Jakarta menjadi kota yang lebih baik, dan lebih teenager friendly.
Mungkin banyak yang ragu sama Mas Agus karena pengalamannya yang minim di pemerintahan. Namun dengan pengalaman Ibu Sylvi selama 30 tahun (dalam pemerintahan Jakarta), mereka berdua akan menjadi sosok Gubernur dan Wakil Gubernur yang dibutuhkan masyarakat Jakarta."
Gaby: “Pertama, sebagai petahana Ahok-Djarot punya kekuatan lebih, karena programnya sudah jelas dan terukur.
Kedua, hasilnya pun sudah terbukti baik. Misalnya, berhasil berkontribusi membantu Indonesia naik peringkat di indeks kemudahan berbisnis dunia (dikeluarkan oleh World Bank). Hal ini terwujud karena inisiatif pemerintah provinsi dibawah arahan Pak Ahok untuk menyederhanakan proses izin usaha di Jakarta, dari total 165 hari menjadi 43 hari. Keberhasilan lainnya adalah membangun rumah susun, implementasi Kartu Jakarta Pintar, serta pembangunan Jakarta Command Centre.
Ketiga, dari sisi personal, keduanya adalah pejabat publik yang punya track record jelas. Pak Ahok pernah menjadi pemimpin dari skala Kabupaten, sementara Pak Djarot dari DPRD. Jadi mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni.
Dan keempat, yang paling penting, keduanya terbukti tidak pernah korupsi dan bukan berasal dari dinasti politik.”
Yuza: "Karena Pak Anies dan Mas Sandi punya kemampuan untuk melanjutkan semua kemajuan Jakarta, yang telah dimulai di era Jokowi-Ahok. Tapi dengan style kepemimpinan yang lebih bisa diterima orang banyak.
Untuk programnya, yang paling menarik adalah OK OCE, One Kecamatan, One Center for Entrepreneurship. Menurut saya, dengan mentorship yang bagus serta akses ke seed capital (sumber dana), program ini bisa mengembangkan banyak pengusaha muda baru di Jakarta.
Mas Sandi memang ahlinya di bidang ini dan dia didukung oleh banyak pengusaha muda sukses yang juga memulai dari bawah. Di antaranya, mas Mono, pemilik Ayam Bakar Mas Mono dan mas Hendy, pemilik kebab Baba Rafi."
Gimana nih, rasanya turun langsung dalam kampanye dan apa pengalaman yang paling berkesan?
Ghina: “Semua pengalaman turun langsung dalam kampanye sangat seru. Cuma yang paling berkesan bagiku adalah waktu kami datang ke Pulau Seribu. Di sana pasangan Agus-Sylvi benar-benar disambut dengan meriah. Penduduknya kompak mendukung dan pakai marching band segala. Crowded dan seru!
Selain itu, aku juga jadi sering ketemu langsung sosok Agus-Sylvi. Mereka ramah dan baik banget."
Gaby: “Menyenangkan sekaligus melelahkan. Menyenangkan karena saya bisa terjun langsung dan berpartisipasi dalam pesta demokrasi, bukan sekedar cuit-cuit di media sosial atau komplen terhadap pemerintah tanpa kontribusi nyata. Tapi cukup melelahkan juga karena fase kampanye politik itu cepat sekali. Keadaan bisa berubah setiap waktu, jadi kita harus selalu siap sedia.
Merupakan pengalaman yang sangat berharga bisa jadi bagian dari Kampanye Rakyat yang isinya anak muda semua. Dan juga ketika diumumkan bahwa tim KR berhasil mengumpulkan 60 milyar rupiah dalam waktu kurang dari 3 bulan!
Banyak juga cerita menarik sepanjang kampanye. Di antaranya, saat melihat hebohnya ibu-ibu di Rumah Lembang (markas kampanye Ahok-Djarot) yang mengantri dari Subuh demi bisa foto dengan Pak Ahok dan Pak Djarot. Lucu banget!"
Yuza: "Saya merasa Pilkada sekarang beda jauh dengan 2012. Di 2012, tema utamanya adalah 'perubahan', dan pilihannya jelas. Sekarang, pilihannya lebih beragam dan orang mendukung paslon 1, 2, atau 3 karena alasan masing-masing.
Pengalaman paling berharga bagiku di kampanye ini adalah menambah ilmu soal mengelola air di Jakarta. Agak random, sih. Tapi karena Pilkada lah aku jadi punya kesempatan untuk turun ke lapangan melihat Infrastuktur air kota Jakarta serta berkenalan dengan para ahlinya.
Trus, gara-gara aktif di kampanye dengan program 'Jakarta Berlari', aku jadi makin sehat dan turun 13 kilogram. Hahaha…"
Bagaimana saat berhadapan dengan teman yang pilihannya berbeda?
Ghina: "Kita saling menghargai pendapat. Kalau lagi ada sesi debat antar pendukung masing-masing paslon, juga sebatas berdebat aja. Nggak sampai menyinggung perasaan pribadi atau semacamnya. Tapi aku sempat dengar bahwa memang ada yang berkonflik dengan sahabatnya karena beda pilihan politik."
Gaby: "Saling menghormati. Saya memang nggak suka berantem dan nggak suka menjelekkan paslon lain di publik atau medsos. Jadi, so far oke-oke aja dan silaturahmi tetap berjalan."
Yuza: "Sebenarnya santai santai aja, sih. Nggak ada masalah. Diskusi sering, tapi kebanyakan lewat jalur pribadi (privat)."
Gimana jika calon yang kalian dukung kalah?
Ghina: “Aku yakin bahwa pilihan rakyat adalah pilihan yg terbaik untuk Jakarta. Jadi, siapapun yang menang, Insyaallah bisa membawa perubahan untuk kota Jakarta."
Gaby: "That's the point of democracy, right? Pada akhirnya, akan ada yang menang dan ada yang kalah. Kalau sudah berani mendukung, pastinya harus siap terima kekalahan.
Jika nggak puas dengan pemimpin yang nantinya terpilih, masih banyak cara lain untuk memajukan negara. Misalnya, mendirikan LSM, ikut terjun di Musrembang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) tingkat Kecamatan, masuk partai, maju ke DPR, dan lain sebagainya."
Yuza: "Ya, namanya juga demokrasi, hehe..."
Apa pandangan kamu mengenai sikap dan kepedulian anak muda di Pilkada saat ini?
Ghina: “Aku melihat anak muda sudah aware dan peduli dengan Pilkada. Justru yang paling banyak meramaikan dukungan dan menjadi relawan adalah anak muda. Anak muda juga sering mengekspersikan pilihannya di media sosial."
Gaby: "Semoga semakin banyak anak muda yang peduli sama politik. Karena kalau kita peduli, semua yang berkepentingan menjadi aware. Harapannya, korupsi bisa berkurang drastis di Indonesia. Hanya calon yang bersih dan mau kerja yang bisa terpilih."
Yuza: “Menurutku, sebagian anak muda sudah aware. Tapi masih banyak yang tidak mau keluar dari zona nyamannya. Karena itu Pandji, juru bicara Paslon 3, berulangkali mengingatkan agar bukan hanya memilih untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain.
Harapan aku, akan ada lebih banyak anak muda yang peka dan mau melakukan ini. Melihat bahwa Jakarta itu bukan cuma Plaza Indonesia, Citos, Pacific Place, dan lainnya. Tapi ada juga daerah-daerah kumuh yang nggak bisa dimasuki dengan mobil."
(sumber gambar: Youthmanual, dok. Ghina, Gaby, Yuza)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus