Ali Sonboli Membunuh Karena Jadi Korban Bullying? Mungkin Nggak, Lho
- Jul 26, 2016
- Laila Achmad
Ali David Sonboli adalah remaja 18 tahun asal kota Munich, Jerman, keturunan Iran. Orang tua Ali adalah imigran Iran yang pindah ke Jerman pada akhir tahun 1990an.
Ali kelihatannya anak remaja yang biasa-biasa aja. Ayahnya adalah supir taksi, ibunya bekerja di department store. Mereka hidup berkecukupan, nggak kaya ataupun miskin. Mereka tinggal bareng di sebuah apartemen di kawasan Maxvorstadt yang cukup aman dan tentram.
Ali bukan anak yang suka bikin gara-gara, apalagi punya catatan kriminal. Hanya saja dia memang pemalu, pendiam, dan pernah harus menjalankan perawatan karena depresi.
Maka lingkungannya nggak ada yang nyangka ketika Jumat lalu, 22 Juli 2016, Ali melakukan pembunuhan massal di Munich. Enam belas orang terluka, dan sepuluh orang meninggal… termasuk Ali sendiri. Yap, di akhir penembakan massalnya, Ali bunuh diri.
Pada hari berdarah itu, Ali menggunakan senjata semi-otomatis—yang dia beli di pasar gelap di Internet—plus 300 amunisi, dan menembaki masyarakat di tempat umum, dekat sebuah gerai McDonalds dan sebuah pusat perbelanjaan.
Menurut polisi, Ali nggak punya target spesifik. Dia bebas aja menembaki orang-orang yang kebetulan berada di sekitarnya.
Begini urutan kejadiannya,
Gaes, kamu bisa banget cuek dengan kejadian ini. Mungkin kamu mikir “Ya udah lah, pembunuhan massal juga sering terjadi!” Saya malah pernah membaca komen di salah satu postingan LINE Youthmanual berbunyi, “Prayfor, prayfor melulu… bosen!”
*elus dada*
Gaes, mungkin kamu merasa secure. Mungkin kamu merasa hal seperti ini nggak akan terjadi di lingkungan kamu. Sure, whatever. Tetapi Youthmanual sendiri, sih, nggak mau apatis, dan ingin tahu lebih lanjut tentang tragedi ini. Apalagi pelakunya seumuran kamu.
Youthmanual nggak akan ngajakin kamu (hanya) prayfor-prayfor-an, tetapi mengajak kamu untuk menganalisa kecil-kecilan—kenapa seorang remaja (lagi-lagi) bisa melakukan hal ini?
Warga Munchen berduka di TKP, setelah kejadian penembakan ini
Dari berita-berita yang saya baca, kelihatannya ada tiga teori motif utama:
- Karena agama / kelompok ekstrim
- Karena rasisme dan bullying
- Karena pengaruh media
Benar nggak sih? Yuk, liat fakta-faktanya.
Apakah karena agama?
Di media-media, seorang saksi bilang Ali sempat meneriakkan kalimat “Allahu Akbar!” sebelum mulai melakukan penembakan di depan McDonalds.
Tetapi kesaksian ini nggak ada buktinya, misalnya, berupa rekaman video hape amatir.
Yang pasti, polisi nggak bisa menemukan hubungan apapun antara Ali dengan ISIS atau kelompok ekstrem lainnya.
Keluarga Ali Sonboli adalah Muslim Shia, tetapi menurut beberapa kerabat keluarga, Ali nggak religius atau alim. Dan FYI, Islam Shia bertentangan dengan ISIS. Jadi logikanya, seharusnya Ali nggak mendukung ISIS, ya.
Bahkan ada gosip, Ali sudah masuk Kristen, agar dia gampang mendapatkan suaka (asylum) di Jerman.
Jadi apakah motif tindakan Ali karena agama? Nope, don’t think so.
Bahkan menurut beberapa media, kepolisan Munich sudah memastikan Ali "tidak punya motivasi politik.”
Apakah karena rasisme dan bullying?
Ketika Ali melakukan penembakan di balkon, seorang saksi mata menantang Ali dan adu teriak dengannya, sambil merekamnya dengan kamera hape. Di adu teriak ini, si saksi mata sempat meneriakinya, “f*cking foreigner!” dan dibalas Ali dengan ucapan, “Saya orang Jerman! Saya lahir di sini!”. Ali juga sempat meneriakkan bahwa dia pernah di-bully selama bertahun-tahun
Walaupun bukan seorang tukang onar atau kriminal, Ali memang seorang remaja penyendiri yang nggak punya banyak teman. Dia juga sering diledek atau di-bully oleh anak-anak lain, terutama lewat chatroom situs yang berisi banyak teman-teman sekolah Ali.
“I know this f*cking guy, his name is Ali Sonboli… We always mobbed him in school, and he always told us that he would kill us,” begitu kata salah satu teman Ali, di sebuah forum online setelah penembakan itu terjadi.
Ali Sonboli, yang kelihatan seperti anak nggak punya masalah ya, gaes...
Yap, menghadapi ejekan teman-temannya, Ali nggak diam aja, dan malah sering mengancam balik, “Gue bunuh lo semua!”
Selain itu, polisi Munich juga bilang Ali pernah mendapatkan perawatan psikiatris secara intens karena depresi dan anxiety.
Polisi nggak mau cepat berkesimpulan, sih, tetapi tindakan Ali mungkin aja terpicu oleh—salah satunya—bullying di sekolah dan sejarah depresinya.
Tetapi kalau menurut saya sendiri, apakah motif tindakan Ali benar-benar karena bullying? Mungki enggak.
Saya sendiri pernah mengalami bullying di sekolah, selama hampir setahun penuh. Nah, sebagai yang pernah mengalami, saya rasa korban bully yang “waras” nggak akan melampiaskan rasa frustrasinya dengan membunuhi orang-orang yang NGGAK mem-bully dia. Depresi mungkin, tetapi nggak sampai membunuh orang-orang yang nggak relevan.
Itu kalau dia “waras”, ya.
Saya juga jadi nggak yakin Ali adalah korban bullying (sepenuhnya) ketika Ali dilaporkan aktif online di network video game Steam, dimana pemainnya bisa main game bareng dan bertukar pesan.
Nah, menurut beberapa koran Jerman, sekitar setahun lalu, beberapa teman sekelas Ali nge-block Ali di Steam, setelah Ali mulai mengirimi teman-temannya pesan-pesan mengancam. Tetapi Ali selalu balik lagi ke Steam dengan nama-nama palsu, dan terus mengirimi teman-temannya pesan-pesan mengancam.
Jadi, siapa nge-bully siapa?
Apakah karena terpengaruh media?
Semasa hidup, Ali tampak ngefans dengan Anders Breivik.
Bagi yang nggak familiar dengan namanya, Anders adalah seorang warga Norwegia yang ngebunuh 77 orang di Norwegia pada tanggal 22 Juli 2011, dengan aksi pengeboman dan penembakan massal.
Menurut media, Anders adalah seorang konservatif radikal, dan aksinya tersebut bertujuan untuk menghentikan imigran Muslim masuk Eropa.
Nah, kabarnya, foto profil Whatsapp Ali adalah foto Breivik, lho. Plus, aksi Ali ini ini dilakukan di tanggal yang persis sama dengan tanggal aksi Breivik, yaitu 22 Juli.
Nggak hanya itu, teman Ali bilang bahwa Ali juga ngefans dengan aksi-aksi pembunuhan massal, dan senang melakukan riset tentang berbagai pembunuhan massal yang pernah terjadi.
Nah, lho, ngeri banget?
Polisi pun menemukan buku tentang pembunuhan massal di sekolahan, di dalam backpack Ali. Buku berjudul Why Kids Kill: Inside The Minds of School Shooters ini merupakan buku karangan Dr Peter Langman. yang isinya adalah analisa tentang remaja-remaja Amerika yang pernah melakukan penembakan massal di sekolah mereka—lalu bunuh diri—karena alasan yang nggak jelas.
Selain itu, Ali dikatakan hobi banget bermain game tembak-tembakan di komputernya, dan suka menggunakan username "seram" seperti “Psycho” and “God Like” di online profile-nya.
Jadi apakah kita bisa langsung menyalahkan media? Well, not really.
Kesimpulan yang saya tangkap, Ali memanglah seorang anak muda yang “nggak stabil” dan memang depresi. Namun “gangguan psikis”nya semakin “terpicu” dengan obsesi dia tentang kekerasan, plus kesepiannya.
Akhinya, Ali Sonboli mantap menembaki orang tanpa perasaan apa-apa.
Sepengamatan saya, pemicu penembakan massal seringkali nggak bisa disimpulkan dengan sederhana. Kadang motivasi pelakunya nggak jelas, random, dan sulit diwakili oleh pemberitaan media.
Jadi sebaiknya kita juga nggak langsung cepat mengkambinghitamkan game, TV, tuduhan bullying, dan sebagainya. Kadang, bagi saya, those are just lazy assumptions.
Dan kalau dipikir, justru pelaku tanpa motivasi jelas begini lah yang paling ngeri.
Kebayang nggak kalau tiba-tiba teman sekelas kamu yang kelihatannya normal tiba-tiba snap dan menembaki sekitarnya?
(sumber gambar: telegraph.co.uk, dailymail.co.uk, lavanguardia.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus