8 Alasan Orang Tionghoa di Indonesia Kebanyakan Kaya Raya

Oleh Mariska Tracy untuk pegipegi.com

Perhatiin, deh, daftar konglomerat atau orang-orang terkaya di Indonesia versi berbagai majalah bisnis, kamu bakal menemukan banyak nama orang Tionghoa di sana, seperti Hary Tanoesoedibjo, Robert Budi Hartono, Ciputra, Susilo Wonowidjojo, Anthoni Salim, dan banyak lainnya.

Mungkin kamu sendiri punya teman-teman berdarah Tionghoa yang juga sukses dengan bisnis atau pekerjaan mereka. Meskipun nggak sampai jadi konglomerat, kesuksesan mereka tetap inspiratif (baca: bikin sirik) dong, ya.

Kenapa, sih, orang Tionghoa kebanyakan kaya raya? Bahkan orang Tionghoa di kota-kota besar Indonesia seperti sudah identik dengan status tajir ini.

Kebetulan, Mariska Tracy dari pegipegi.com pernah mendengar beberapa trik sukses mereka. Simak, nih!

1. Mereka menerapkan gaya hidup (super) hemat

Umumnya, orang-orang terbiasa menyisakan 10-20% dari gaji atau uang saku mereka untuk ditabung. Nah, orang Tionghoa malah sebaliknya! Mereka cuma menggunakan 10-20% dari penghasilan mereka untuk keperluan sehari-hari, dan 80-90% sisanya justru ditabung.

Sepertinya sih, gaya hidup hemat a la orang Tionghoa ini sudah jadi rahasia umum. Bahkan musisi Indonesia Kevin Aprilio aja sampai kagum dengan kebiasaan hemat mereka tersebut.

“Aku jadi mengikuti prinsip tersebut. Dalam sebulan, aku cuma menggunakan 10% dari penghasilanku. Sisanya aku tabung dan gunakan untuk investasi. Aku juga bukan orang yang terlalu boros dan suka belanja barang branded. Sepatu aja aku cuma punya empat pasang. Untuk ukuran seorang artis, punya sepatu cuma empat pasang, tuh, termasuk sedikit banget, lho,” curhat Kevin.

2. Mereka dididik dengan keras sejak kecil

Bagi anak-anak Tionghoa, nggak ada, tuh, yang namanya main-main sepulang sekolah. Pulang sekolah, mereka harus langsung pulang ke rumah, ngerjain PR, trus les privat pelajaran, les bahasa asing, les musik, sampai les-les di bidang yang nggak nyambung dengan passion atau jurusan mereka di sekolah. Alasannya? Supaya otak kiri dan kanan mereka seimbang!

Salah satu contohnya adalah Nicholas Sean, putra sulung Ahok, Gubernur DKI Jakarta, yang disuruh mamanya ambil les gitar, meskipun Sean sama sekali nggak tertarik di bidang musik.

“Aku lebih suka sama pelajaran Sejarah dan Geografi, karena pelajarannya seru. Aku juga suka pelajaran Biologi, karena nantinya aku kepengen jadi dokter bedah. Tapi aku juga disuruh ambil les gitar. Kata Mama, supaya aku nggak bosan belajar science melulu. Jadi harus diimbangi dengan art,” kata Sean.

tionghoa kaya

Penulis, Mariska Tracy, saat ngobrol dengan Sean

Soal nilai di sekolah, orangtua Tionghoa juga sangat strict. Mereka mendidik anak-anak mereka agar selalu jadi nomor satu di sekolah. Pokoknya, kalau kamu lahir di keluarga Tionghoa, jangan puas dengan nilai B, deh. Bagi para orangtua Tionghoa, anak-anak mereka harus dapat nilai A untuk semua pelajaran! Bahkan nilai B masih dianggap sebagai nilai buruk #matek.

Jadi, jangan heran kalau kamu jarang mendengar orang tua Tionghoa memuji anak mereka. Bukannya nggak sayang, tapi karena mereka nggak ingin anak-anak mereka cepat puas sehingga malas berusaha lebih baik lagi.

3. Patuh dengan rutinitas

Biasanya, orang nggak suka terjebak dengan rutinitas. Berbeda dengan orang Tionghoa yang justru berpegang teguh pada rutinitas yang mereka jalani. Misalnya…

  • Jam 06.00 : bangun, mandi, dan olah raga
  • Jam 12.00: kembali ke rumah, makan siang di rumah, dan tidur siang
  • Jam 18.00: selesai kerja, pulang ke rumah, masak makan malam
  • Jam 20.30 : mandi dan bersiap tidur

FYI, orang Tionghoa percaya bahwa bangun pagi trus olahraga bisa menyehatkan tubuh, sementara tidur cepat—sebelum jam sembilan malam—bisa bikin otak dan tubuh beristirahat secara optimal. Rutinitas begini nggak cuma dilakukan selama beberapa bulan, ya, tapi sudah jadi gaya hidup.

4. Punya motto: “Pelanggan adalah raja!”

tionghoa kaya

Kebanyakan orang Tionghoa ada pebisnis. Nah, supaya kegiatan dagangnya lancar, mereka rela buka toko pagi-pagi banget, supaya kalau ada pelanggan yang datang pagi, sang pelanggan nggak kecewa karena tokonya masih tutup.

Selain itu, pedagang Tionghoa selalu melayani pelanggan sebaik mungkin. Mereka yakin, kalau mereka berlaku baik terhadap orang lain, mereka akan menerima hal-hal baik juga.

Pedagang Tionghoa pun biasanya memperhatikan hal-hal kecil, misalnya, mereka selalu menyediakan banyak uang receh untuk kembalian. Jadi, kalau kamu belanja pagi-pagi buta di toko orang Tionghoa, kamu tetap bisa dapat uang kembalian. Trus, soal harga barang, pedagang Tionghoa terkenal nggak suka ambil untung besar-besaran. Nggak apa-apa cuma untung sedikit, yang penting omzet banyak dan pelanggan tetap setia!

“Waktu saya pertama kali buka restoran Yuraku di tahun 80-an, saya bikin menu per paket demi menekan harga makanan. Harga per paketnya murah banget. Nggak sampai Rp5,000! Saya pun terus meningkatkan kualitas makanan Yuraku, bahkan sampai sekarang. Saya juga nggak pernah mematok harga terlalu mahal, meski konsep restorannya sudah berubah jadi buffet,” beber Sisca Pamudji, CEO Yuraku Buffet.

5. Pandai membaca peluang bisnis, dan berani ambil risiko

Bagi orang Tionghoa, berbisnis adalah kegiatan melipatkangandakan uang. Prinsipnya, gimana caranya mengubah uang seribu rupiah jadi sepuluh ribu rupiah, uang sepuluh ribu jadi seratus ribu, dan seterusnya. Sehingga walaupun bisnis orang Tionghoa sudah sukses banget, mereka nggak cepat puas. Mereka pasti membuka cabang bisnis di tempat lain, supaya keuntungan mereka bisa diputar lagi.

Pebisnis Tionghoa juga nggak sungkan untuk mencoba usaha lain. Ikutan MLM (multi level marketing) atau jadi agent asuransi pun dijabanin, asal peluang bisnisnya benar-benar menarik.

Pebisnis Tionghoa nggak takut dengan risiko-risiko yang mungkin mereka hadapi, seperti jadi dimusuhi teman karena presentasi bisnis MLM atau asuransi ke mereka. Orang Tionghoa tetap semangat dan nggak menyerah! Andaikata bisnis mereka pun gagal, mereka bakal berusaha membangun bisnis itu kembali. Nggak pake galau ya, gaes! Hebat!

6. Tetap setia dengan bisnis pertama

Banyak orang Tionghoa yang sukses punya banyak usaha sekaligus. Dalam perjalanannya, mungkin ada bisnis yang harus ditutup karena nggak menguntungan, tapi orang Tionghoa punya prinsip nggak mau menutup bisnis yang mereka mulai pertama kali, meskipun keuntungan bisnis tersebut nggak terlalu besar. Soalnya orang Tionghoa percaya bahwa bisnis pertama adalah pintu rezeki yang membawa mereka ke banyak peluang lainnya.

7. Pandai menjaga relasi

Bagi orang Tionghoa, relasi adalah segalanya. Mereka nggak akan bisa jadi besar kalau nggak didukung oleh relasi. Makanya, mereka selalu berusaha menjaga hubungan baik dengan para relasi, misalnya dengan mengirimkan kue ke klien yang sedang ulang tahun, mengirimkan parcel ketika Hari Raya, mengadakan media gathering dengan para wartawan, atau makan malam dengan klien di waktu tertentu.

8. Pandai menawar harga

tionghoa kaya

Kalau kamu mau belanja di pasar tradisional atau ITC, coba ajak teman Tionghoa kamu. Soalnya, kebanyakan dari mereka pandai menawar harga hingga titik maksimal! Nawarnya sadis, deh. Nggak ada, tuh, rasa gengsi.

 Sebaliknya, jika dagangan seorang pedagang Tionghoa ditawar oleh pelanggannya, biasanya ia akan melayaninya dengan sepenuh hati, berhubung mereka sendiri juga suka menawar harga.

***

Inspiring banget nggak, sih? Dengan gaya hidup seperti ini, nggak heran kalau banyak orang Tionghoa di Indonesia jadi tajir bin makmur. Kalau salah satu tujuan hidup kamu adalah menjadi kaya raya juga, nggak ada salahnya, lho, mencoba menerapkan trik-trik di atas. Yuk, ah! *lompat ke gudang uang Paman Gober*

tionghoa kaya

(sumber gambar: youtube.com, cestchristine.com, mariskatracy.com, pegipegi.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 26 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 1 bulan yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1