Setelah Lulus, S2 Dulu atau Kerja Dulu? Kenapa Bagi Saya Kerja Lebih Penting

Setelah lulus jadi sarjana, mending langsung ambil program pascasarjana, atau kerja dulu, ya?”

Ini adalah salah satu pertentangan batin yang dialami banyak mahasiswa. Ya nggak, sih?

Dulu, saya mengalami dilema yang sama. Saya selalu bercita-cita mengambil gelar Master. Tetapi setelah lulus S1, saya bingung mau S2 dulu atau kerja dulu.

Pertimbangannya, katanya gelar S2 akan memberikan karir yang lebih sukses. Apalagi mumpung masih fresh graduate, fisik masih kuat diajak begadang dua taun lagi, otak masih segar, dan semangat belajar masih membara. Jadi setelah lulus S1, mending langsung ambil S2, deh. Kata orang-orang, sih, begitu.

Tetapi sebenarnya, setelah lulus saya ingin langsung kerja, agar bisa dapat penghasilan sendiri sekaligus “istirahat” sekolah dulu. Ganti suasana, lah. Saya ‘kan udah nimba ilmu di sumur, eh, sekolah selama 18 tahun, sejak TK. Bosen, ah!

Akhirnya, setelah mempertimbangkan pro-kontranya, saya memutuskan untuk langsung kerja aja. Lagian program-program Master yang ingin saya ambil mensyaratkan calon mahasiswanya punya pengalaman kerja minimal dua tahun.

Ya udah, lah. Sekalian kerja aja.

Setelah dijalankan, ternyata keputusan saya tepat sekali! Apalagi saya dari awal memang ingin jadi seorang profesional dan meniti karir di perusahaan.

***

Well, dalam mengambil keputusan, ujung-ujungnya tergantung situasi dan tujuan masing-masing orang, sih. Menurut saya, oke-oke aja langsung lanjut ke program pascasarjana setelah lulus sarjana, asalkan kamu...

  • Punya momentum yang pas; baru lulus, masih berada di lingkungan akademis, belum terjebak di kesibukan dunia kerja sehingga otak masih “segar”.

  • Tertarik berkarir di bidang akademik atau di bidang yang sangat spesifik. Misalnya, jadi dosen, tenaga riset, ahli di bidang kesejahteraan sosial atau psikologi.

Sebaliknya, kalau tujuan kamu  adalah membangun karir (atau nantinya ingin mengambil Magister Manajemen), tentunya lebih bagus kalau kamu kerja dulu, baru ambil S2, kalau memang mau.

Kenapa? Berikut alasannya!

Kelas dan cara belajar di S2 berbeda dengan S1.

Kalau di program S1, kita belajar pemahaman teori dan ilmu dasar.

Tetapi di program S2, kita musti mengupas ilmu dengan lebih mendalam. Selain itu, mahasiswa S2 dituntut untuk lebih kritis dan aktif berperan serta dalam kegiatan belajar sehari-hari. Makanya, kuliah S2 banyak diisi oleh pembedahan studi kasus, kerja kelompok dan diskusi, bukan ceramah dari dosen.

Siap, nggak?

S2 hanya memberikan teori dan simulasi, nggak pengalaman nyata di dunia kerja.

Memang, sih, program S2 bisa bikin kamu lebih unggul di karir, karena kamu dituntut untuk berpikir lebih kritis dan kreatif, sehingga kemampuan interpersonal dan leadership kamu jadi terasah.

Tapiiii, pada kenyataannya, ngambil S2 tanpa punya pengalaman kerja tuh percuma, lho! Soalnya banyak pengalaman di dunia kerja yang nggak bisa diajarkan di bangku kuliah, bahkan di program pascasarjana sekalipun. Teori dan kenyataan di lapangan sering berbeda, sob!

Jadi, punya gelar S2 nggak selalu menjamin karir gemilang.

Dunia kerja memberikan refreshment baru.

Kalau dipikir-pikir, kita 'kan udah berjuang belajar di sekolah dan mengerjakan ratusan tugas selama belasan taun. Wajar aja kalau kamu jenuh.

Kalau memang merasa jenuh sekolah, mendingan kamu kerja dulu, deh, setelah lulus jadi sarjana. Soalnya pengalaman kerja malah bisa memotivasi dan memberikan kamu semangat baru untuk meraih tujuan hidup. Kalau kamu “maksain” langsung S2 padahal sebenarnya jenuh, kuliahnya juga nggak akan maksimal.

Mungkin kamu mikir, “Saya lagi jenuh sekolah, tapi nantinya tetep kepengen S2. Kalau kerja dulu, saya takut lama-lama akan ‘lupa’ sama cita-cita S2 saya.”

Jangan khawatir! Kalau memang punya cita-cita ngambil S2, semangat kamu untuk sekolah nggak akan mati, kok. Malahan, setelah kerja 1-2 tahun, biasanya motivasi untuk sekolah jadi tumbuh lagi. Bahkan ada banyak perusahaan seperti Bank Mandiri, Telkomsel, Pertamina, dan Bank Indonesia yang menawarkan program beasiswa untuk karyawannya yang mau kuliah S2 di luar negeri.



Pengalaman kerja memberikan skills yang nggak diajarkan di bangku kuliah.

Percaya, deh, dunia kerja bakal memberikan tantangan-tantangan yang nggak pernah diajarkan saat kuliah, seperti ketika kamu musti bikin perencanaan proyek, ngatur deadline ketat, berkolaborasi dengan berbagai macam tim, and keeping your boss happy! Tentunya, tantangan-tantangan ini akan mengasah soft skill kamu dengan baik.

Punya pengalaman kerja nyata juga bikin kamu lebih memahami konsep perkuliahan S2 nantinya.

Pengalaman kerja bikin kamu pede!

Pengalaman kerja bisa memberikan kamu kompetensi dan rasa percaya diri, dan rasa pede, nih, penting banget sebagai modal kuliah S2. Soalnya, saat kuliah pascasarjana, kamu akan dituntut untuk lebih kritis dalam melakukan studi kasus, diskusi, dan sebagainya.

Nah, kalau kamu punya pengalaman kerja, kamu akan lebih pede menghadapi berbagai tantangan dan studi kasus tersebut, karena kemungkinan besar sudah pernah dihadapi lewat pengalaman kerja.

***

Sebagai penutup, salah satu alasan utama kenapa saya memilih kerja setelah lulus S1 adalah karena secara umum, kalau kita belum punya pengalaman kerja profesional, gelar S1 ataupun S2 jadi nggak ngaruh, kok. Dari sisi competitive advantage, kesempatan lulusan S1 dan S2 untuk mendapatkan kerja sama aja.

Bahkan banyak perusahaan yang lebih suka merekrut kandidat yang hanya lulusan S1 daripada S2, kalau keduanya sama-sama belum punya pengalaman kerja. Soalnya, tanpa pengalaman kerja, nggak ada perbedaan yang mencolok antara lulusan S1 ataupun S2.

Jadi lagi-lagi, semuanya balik lagi ke tujuan jangka panjang masing-masiing. Yang pasti, jangan sampai kamu ngambil S2 sebagai selingan, hanya karena belum dapat kerja. That’s a big no no!

(sumber gambar: Watchdog Wire, Jobs Aol, Decision to be Made, Arkansas Next, Bloomberg)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 14 jam yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1