Kuliah di Jurusan DKV? Pasti Merasakan Ini!
- Jan 29, 2016
- Fatimah Ibtisam
Kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual, sejuta rasanya. Nah, bagi yang pernah kuliah di jurusan DKV, pasti pernah merasakan dan mengalami hal-hal berikut ini:
*Sering jatuh miskin. Kuliah itu mahal, Jenderal! Kuliah di jurusan DKV memang harus niat. Kalau kuliahnya setengah hati atau hanya sekedar coba-coba, mendingan nggak usah, deh. Soalnya jurusan ini memerlukan dana yang cukup besar. Jangankan biaya kuliahnya. Budget buat perintilannya aja udah mahal.
Sebagai contoh, kalau mahasiswa jurusan lain cuma perlu tinta pulpen (atau tinta printer) untuk belajar dan bikin tugas, anak DKV, sih, sampai perlu cat poster. Belum lagi segala macam kuas yang musti dimiliki. Jumlahnya bisa nyaingin kuasnya makeup artist, lho. Mihil, gaes, mihiiil…
Ini bukan koleksi kuteks, apalagi jualan makeup, sis! Ini dia cat poster, "alat tulis" anak DKV.
Trus, saat membuat tugas, mahasiswa DKV nggak akan hanya nge-print ketikan lalu menjilidnya di tempat fotokopian depan kampus. Mahasiswa DKV harus mencetak, melaminating, memotong, dan menyusun di tempat printing terbaik! *lap keringet pake duwit*
*Terbiasa menghadapi tugas bejibun. Salah satu hal yang fenomenal di jurusan kuliah DKV adalah tugasnya yang tiada berujung. Tugas yang ini belum selesai, eh, udah ada tugas yang lain. Alhasil, mahasiswa DKV mengerjakan tugas mereka nggak hanya di hari-hari kuliah, tetapi juga saat weekend dan hari libur. Pokoknya kalau kuliah di jurusan DKV, kerjaannya “lembur” terus, deh! Kalau sampai ada satu minggu berlalu tanpa tugas kuliah, itu berarti keajaiban dunia.
*Punya “senjata” andalan yang memang senjata beneran—cutter dan penggaris panjang besi! Suwer, anak DKV bukan berandalan, apalagi suka tawuran. Cuma, karena tuntutan ilmu, mahasiswa DKV memang nggak bisa jauh-jauh dari cutter dan penggaris besi panjang—minimal 50 sentimeter—selama kuliah. Apesnya, perlengkapan “wajib” ini kadang jadi senjata makan tuan, misalnya kalau si pemilik nggak sengaja “nyenggol” cutter-nya sendiri, sampai menancap di tangan atau paha. Adawww!
*Tabah menghadapi dosen “demanding”. Kalau kamu kuliah di jurusan DKV, kamu harus terbiasa menerima sebejibun kritik dosen serta 1,842 revisinya terhadap tugas-tugas kuliah. Memang kayaknya ngeselin dan bikin capek, ya, namun sebenarnya sikap dosen yang perfeksionis bin demanding begini semata-mata agar mahasiswanya nanti terbiasa berhadapan dengan klien di dunia kerja. Tuntutan revisi klien seringkali lebih “galak” daripada tuntutan revisi dosen, lho.
Oke, jadi tujuan sikap dosen ini memang positif. Tapi menjalaninya, sih, yassalaaam… *mamam pensil gambar*
*Punya teman-teman kuliah yang kompak, seru, dan gokil! Karena beban tugasnya dahsyat, kuliah di jurusan DKV biasanya bikin mahasiswanya kompak, berhubung harus sering berjuang bersama. Mulai dari berjuang bersama ngerjain tugas kuliah, begadang sampai pagi, dan jungkar balik menyelesaikan revisi. Itulah yang bikin anak-anak DKV solid. Trus, walaupun sibuk, kalau lagi ngumpul bareng, anak-anak DKV bakal menunjukkan “wajah” asli mereka—gokil, seru, dan berisik. Nggak kenal, tuh, sama yang namanya jaim!
*Mengutamakan gaya… bebas! Selain lewat karya, ekspresi mahasiswa DKV biasanya disalurkan lewat penampilan. Gaya anak DKV itu umumnya individual dan khas. Ada yang hobi pakai hitam-hitam kayak ninja, ada yang doyan pakai pakaian serba gonjreng dengan motif seramai Pasar Inpres, ada yang rambutnya warna-warni, gondrong, gimbal, sampai Mohawk. Yang setengah gimbal-setengah Mohawk juga ada! Yang jelas, penampilan anak DKV selalu outstanding dan eye-catching (meskipun jarang mandi).
*Sering dianggap sebagai mahasiswa hura-hura. Karena mahasiswa DKV biasanya punya kelakukan seru, gaya heboh, dan tugas-tugas kuliah yang fun dan lucu, DKV sering dianggap sebagai jurusan “hura-hura” alias jurusan santai. Diremehkan kayak begitu, sakitnya, tuh, di sini! *sambil nunjuk cat poster* Orang-orang nggak tau aja, kalau sebenarnya mahasiswanya “hura-hara” ngerjain tugas yang nggak kelar-kelar.
Oya, jangan dikira mahasiswa DKV cuma belajar desain aja, lho. Jurusan DKV juga mempelajari banyak hal, seperti bagaimana mengkomunikasikan pesan (hellooo… nama jurusannya aja desain KOMUNIKASI visual!), proses produksi, bisnis, serta hitung-hitungan. Yes, mahasiswa DKV masih harus bergelut dengan Matematika. Muahahaha! *ketawa miris*
***
Kuliah di jurusan DKV memang sangat menyenangkan, tetapi harus dijalankan dengan niat dan bersemangat. Soalnya nggak sedikit mahasiswa DKV yang K.O. di tengah jalan alias memutuskan untuk berhenti, gara-gara tugasnya yang semakin lama semakin banyak dan berat atau gara-gara merasa DKV nggak sesuai passion.
Bagi yang sudah terlanjur mantap memilih Desain Komunikasi Visual, semangat ya! Ingat, kalian termasuk mahasiswa terkece se-Indonesia, kok.
Berikut list Perguruan Tinggi dengan Jurusan DKV terfavorit di Indonesia.
(sumber gambar: www.eleraningindustry.com, www.hercampus.com, flickr/Hansen Sanjaya, www.lindabloodworth.wordpress.com)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus