Tentang Sebuah Siku Misterius di Majalah Time Edisi Person of The Year

Tahun 2017 udah mau berakhir nih, gaes! Banyak banget peristiwa serta tokoh yang menghiasi hari-hari di sepanjang tahun penuh kejutan ini. Nah, majalah Time sebagai salahsatu media internasional terkemuka merilis edisi tahunan bertajuk Person of The Year yang membahas mengenai orang, pasangan, kelompok, gagasan, tempat, atau bahkan mesin yang dirasa melakukan hal paling menarik selama tahun ini.

Dalam edisi bertajuk ‘The Silence Breakers’, tahun ini Time menampilkan 5 perempuan dari berbagai ras dan sektor profesi di halaman cover-nya. Mereka adalah orang-orang yang berani membuka suara atas kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang dialaminya. Isu ini terinspirasi dari gerakan #MeToo, sebuah gerakan yang memfasilitasi survivor kekerasan seksual untuk berbagi pengalamannya kepada masyarakat luas, yang sempat viral di dunia maya beberapa waktu lalu.

Tapi, kalau kamu perhatikan dengan jeli, ada sesuatu yang unik nih di halaman depan majalah terkemuka ini. Diantara wajah-wajah terkenal seperti Taylor Swift dan Ashley Judd, terdapat wajah lain yang mungkin nggak familiar bagi orang banyak. Ada Adama Iwu, Senior Director dari Visa; Susan Fowler, mantan teknisi Uber; seorang pekerja pertanian bernama samaran Isabel Pascual; dan yang terakhir, sebuah sosok siku misterius yang nggak menampilkan wajah dari pemiliknya.

timePerhatiin deh, di sudut kanan bawah, ada sebuah siku yang nggak menampakkan siapa pemiliknya

Wah, dia siapa ya? Mengapa siku tersebut bisa ada di halaman depan majalah Time?

Tentang Sebuah Siku dan Keheningan yang Dipecahkan

Edward Falsenthal, editor-in-chief Time menuturkan pada NBC News mengenai sosok siku misterius yang tampil di cover majalahnya tersebut. Ia berkata bahwa sosok itu adalah, “Seorang pekerja Rumah Sakit yang berbagi ceritanya pada kami, tapi merasa tidak aman jika ia membuka identitasnya ke masyarakat luas.”

Yep. Sejalan dengan isu yang diangkat, Time memang ingin memberikan apresiasi dan tempat bagi banyak survivor pelecehan seksual yang mau membuka pengalamannya ke publik sebagai sebuah bentuk peningkatan kesadaran. Karena faktanya, banyak banget nih, kasus-kasus kekerasan dan pelecehan seksual yang luput dari liputan media maupun penanganan pihak berwajib.

Ashley Judd, salah satu tokoh yang wajahnya terpampang di cover majalah ini misal, berbagi cerita bahwa dulu di awal karirnya sebagai aktris Hollywood ia pun pernah mengalami pelecehan seksual oleh Harvey Weinstein, seorang produser film terkemuka dari studio Miramax. Menurut ceritanya, hal tersebut ternyata sudah menjadi rahasia umum di kalangan industri hiburan Hollywood—hampir semua orang mengetahuinya, tapi nggak ada yang cukup berani untuk menghentikannya.

Nah, kalau artis Hollywood yang jelas-jelas memiliki power lebih untuk melaporkan kejadian ini aja masih banyak yang diam, bayangin kalau yang mengalami hal tersebut adalah pekerja kebersihan (OB), pegawai biasa, asisten rumah tangga, dan bahkan siswa atau mahasiswa yang nggak memiliki kuasa untuk melaporkan apa yang dialaminya kepada pihak berwajib.

Nih, gaes asal kalian tahu, dari 1.000 kasus pelecehan seksual hanya 310 yang dilaporkan, dan dari 310 itu hanya 57 yang diproses hingga penahanan. Yup. Kasus kekerasan dan pelecehan seksual memang sebuah tindak kriminal yang sunyi karena nggak banyak dari korban yang mau untuk melaporkan apa yang dialaminya ke pihak yang berwenang.

Alasan utamanya? Rasa takut. Pelaku tindak kekerasan seksual seringnya merupakan sosok yang memiliki posisi lebih tinggi daripada korban. Bos kepada karyawannya, guru kepada muridnya, atau dosen kepada mahasiswanya. Ini membuat korban jadi enggan untuk melaporkan pelecehan yang dialaminya, karena mereka takut keselamatannya akan terancam jika mereka melakukan hal tersebut.

Belum lagi, kalau pelaku adalah sosok yang telah memiliki ‘reputasi baik’ di lingkungannya. Bukannya mendapat penanganan serius, bisa-bisa korban malah dianggap berbohong dan menyebar fitnah.

Sedih, ya?

Karenanya, sepotong foto siku misterius di cover majalah Time ini menjadi sebuah detail yang penting dalam usaha melawan tindak kekerasan seksual. Seperti yang ditulis oleh Time sendiri: “Ia (sosok pemilik siku itu) juga merupakan korban kekerasan seksual, namun hadir di sini secara anonim sebagai sebuah aksi solidaritas terhadap korban pelecehan seksual lain yang tidak dapat bersuara.”

Baca juga:

(sumber: time.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
voocccie | 2 bulan yang lalu

I recently decided to try something new and came across bitcoin online casinos https://casinohex.jp/online-casinos/bitcoin-casinos/. I've been interested in cryptocurrency for a long time, but I didn't think it would work so well in casinos. Deposits take seconds, and withdrawals are instant.…

Industri Game Makin Menjanjikan, Inilah Pilihan Profesi Untuk Para Pecinta Game
kebidananUnesa | 2 bulan yang lalu

Yuk teman-teman bisa dibaca artikel dibawah ini yang merasa stress saat kuliah https://s1kebidanan.fk.unesa.ac.id/post/tips-kuliah-tanpa-stres-bisa-kok

7 Tips Ampuh Hadapi Tugas Kuliah yang Numpuk Biar Kamu Tak Merasa Stress
Big Head | 4 bulan yang lalu

Wow, this hobby is pretty cool! If you're interested in reading about other fun hobbies, check it out here: https://hobiapaaja01.wordpress.com

10 Hobi yang Mencerminkan Kepribadianmu
Ica Test | 6 bulan yang lalu

Kuliah di luar negeri bukan hanya soal menempuh pendidikan, tapi juga soal membuka cakrawala baru dalam hidup. Ada banyak keuntungan yang bisa dirasakan mahasiswa internasional, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut adalah tujuh keuntungan utama kuliah di luar negeri, beserta pemikiran…

7 Keuntungan Kuliah di Inggris
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2025 PT Manual Muda Indonesia ©