Indonesia, Jangan Biarkan Tragedi YY Terulang, Dong! Lindungi Kami Dengan 4 Usaha Berikut Ini
- May 09, 2016
- Fatimah Ibtisam
Siang itu, mungkin YY mingira dia bakal pulang dari sekolah ke rumah seperti biasa. Tapi malang, siswi SMP berusia 14 tahun itu dicegat sekelompok pemuda mabuk, dibawa dengan paksa, diikat dan dibuat pingsan. Trus, diduga, 14 pria itu memperkosa YY—lebih dari sekali—trus membunuhnya. Tubuhnya yang nggak bernyawa dibuang begitu saja. Sadis? Tragis? Udah pasti :(
Semakin menyedihkan lagi ketika terungkap bahwa tersangka pelaku masih muda, bahkan sebagian masih SMP! Jadi, setelah pesta miras di salah satu rumah teman, mereka nongkrong di jalanan dan melihat YY melintas. Trus, mereka melakukannya karena “mabuk dan kepengen”, begitu kabar yang tersebar di medsos.
Astaga :(
Kenapa berita seperti ini selalu ada lagi dan lagi di Indonesia? Apa yang bisa dilakukan negara supaya kekerasan dan pelecehan seksual bisa MINIMAL berkurang?
1. Memberlakukan hukuman keras untuk pelaku kekerasan seksual
Selama ini, hukuman untuk pelaku kekerasan seksual di Indonesia masih sangat lemah. Ada, lho, pemerkosa dan peleceh yang mendapat hukumannya “ringan”, trus, setelah bebas, mereka mengulangi lagi perbuatannya!
Tahun lalu, seorang gadis 13 tahun diperkosa kenalan Facebooknya, saat mereka ketemuan. Pelaku yang berusia 20 tahun tersebut mengaku memperkosa karena dia ingin korban menjadi kekasihnya selamanya. Apaan sih?!
Pelaku pun berharap mendapatkan keringanan hukuman dengan cara “bertanggung jawab” alias menikahi korban. HAH? Di mana logikanya pemerkosa bisa bertanggung jawab dengan cara menikahi korban? Yang ada malah bikin sang korban tambah trauma, kali! Ngarep dapat keringanan hukum pula!
Nggak heran kalau banyak masyarakat menginginkan pemberlakuan undang-undang dan proses hukum yang dapat menyetop terjadinya kekerasan seksual. Masa’ sih, pemerkosa hanya terancam hukuman 3-12 tahun? Makanya, juga karena terdorong oleh kasus Yuyun, solidaritas Save Our Sisters pun berkumpul di depan istana negara (4/5) untuk aksi damai menghentikan kekerasan seksual pada perempuan.
Selain terhadap perempuan, kekerasan seksual terhadap laki-laki (yup, cowok juga bisa jadi korban!) dan anak-anak juga HARUS dihentikan. FYI, dari data Polri, pada pertengahan tahun 2014, tercatat ada 697 kasus kekerasan seksual pada anak *elus dada*
2. Menegakkan aturan miras yang tegas
Karena para pelaku kasus YY menyiksa korban dalam keadaan mabuk tuak, hukum dan aparat langsung dikritik pedas, karena nggak tegas menindak peredaran miras ilegal serta penjualan minuman, terutama kepada anak di bawah umur. Lemahnya penanganan terhadap miras dipercaya menimbulkan banyak kekacauan.
Sejujurnya, saya paling kesel kalau pelaku pelecehan seksual “membela diri” dengan alasan karena dia lagi mabuk, dan nggak bertindak karena keinginannya sendiri. Hey, man, elo harus bertanggung jawab sama perbuatan elo, termasuk perbuatan saat lo memutuskan minum minuman keras! Kalau elo melecehkan orang lain, berbuat onar, atau bikin kecelakaan lalu lintas karena mabuk, MAKA PERBUATAN ITU TETAP TANGGUNG JAWAB ELO! #kzl.
Namun seandainya pun minuman keras dilarang, kekerasan seksual tetap nggak dijamin akan berhenti ‘kan? Memang, sih, karena ada banyak faktor lain yang perlu dibenahi, selain aturan miras. Tapi peraturan yang tegas akan miras tetap akan membantu, kok.
3. Berusaha meminimalisir dampak sosial negatif terkait kemiskinan
Ada juga yang mengaitkan kasus YY ini dengan masalah kemiskinan di desa Kasie Kasubun, Bengkulu, tempat korban tinggal. Akibat kemiskinan, peredaran minuman ilegal jadi sumber mata pencarian di sana, dan nggak ada pihak yang bisa menertibkannya. Dan kabarnya, di desa tersebut pun banyak terjadi kasus perkosaan.
Saya percaya bahwa miskin harta nggak menjadikan manusia miskin moral, tapi memang benar, kemiskinan dan ketidakadilan berpotensi memicu banyak masalah sosial, termasuk kejahatan.
Trus, gimana, dong? Well, kemiskinan adalah hal yang kompleks. Tapi menurut saya, tiap kegiatan sosial atau pendidikan yang dilakukan individu atau kelompok volunteer—sekecil apapun itu—sedikit-banyak bisa membantu mengatasi masalah sosial ini, kok.
4. Menolak keras pornografi dan materi kekerasan seksual apapun
Pornografi termasuk hal yang susah di-tackle, mengingat zaman sekarang, arus informasi sangat deras dan makin gampang diakses, termasuk materi pornografi.
Dulu saya enteng saja menilai pornografi. Kalau nggak mau dilihat, ya jangan dibuka. Dulu saya mikir, sekadar melihat pornografi nggak otomatis bikin orang jadi berperilaku negatif, kok.
Tapi sekarang saya sadar, banyak materi pornografi yang nggak cuma vulgar, tapi juga SADIS, merendahkan perempuan, dan mengesankan bahwa kekerasan seksual, tuh, sah-sah aja. Gila, itu, sih, pembodohan dan pelecehan banget! Karena itulah kita perlu MENOLAK pornografi, dan materi apapun yang mengandung kekerasan seksual.
***
Kalau hal-hal di atas dilakukan negara, emangnya bakal menjamin nggak ada lagi kekerasan dan pelecehan seksual? Jawabannya, NGGAK menjamin. Lagian, kita juga nggak bisa cuma mengandalkan pemerintah.
Empat faktor di atas penting, tapi nggak akan cukup tanpa adanya peran dari KITA SEMUA. Jadi, apa yang bisa DIRI KITA lakukan untuk melakukan perubahan? Ada 7 hal. Simak di artikel berikutnya, ya!
(sumber gambar: liputan6.com, suara.com, tribunnews.com, consumeraffair.com)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus