4 Kemampuan Non-Teknis yang Tetap Harus Dimiliki di Era Digital Ini

Presented by:

Beberapa hari lalu, Youthmanual terlibat diskusi menarik. Kami ngebahas, kemampuan apa aja, sih, yang wajib dimiliki generasi milenial di zaman yang serba digital ini? Tentu saja, rata-rata jawaban kami adalah kemampuan untuk bisa memanfaatkan teknologi dalam hidup, supaya hidup kita lebih optimal. Pokoknya gaptek, tuh, haram hukumnya. Abis gimana, dong? Sekarang apa-apa serba digital, sob!

Di zaman yang serba digital ini, umumnya perusahaan-perusahaan sangat bergantung kepada teknologi. Misalnya, menurut mereka, programmer adalah tulang punggung perusahaan dan kunci keberhasilan mereka. Tanpa programmer, ide-ide para pemimpin perusahaan nggak bisa terwujud. Pokoknya sebastian, deh, alias sebatas teman tanpa kepastian #eaaa.

Selain programmer, perusahaan juga banyak bergantung kepada analis data. Orang-orang  yang pandai menganalisa dan mengolah data sangat diandalkan perusahaan untuk “membaca” selera pasar, untuk mebawa keuntungan yang sebesar-besarnya kepada perusahaan.

“Pemujaan” terhadap keahlian-keahlian ini memang rasional, sih. Perusahaan manapun pasti suka dengan kemampuan membaca data dan menerapkan teknologi tinggi, baik oleh manusia ataupun mesin.

Tapi menurut situs Harvard Business Review, kita nggak boleh lupa bahwa mesin dan komputer punya batas dalam menggantikan kemampuan manusia. Sejenggo-jenggonya mesin dan komputer, tetap lebih canggih kemampuan manusia ciptaan Tuhan, deh! Apalagi kalau kemampuannya terus-terusan diasah.

Tetapi, meskipun skill teknis dianggap sebagai penentu kesuksesan perusahaan, sebenarnya skill non-teknis mahasiswa Liberal Arts juga nggak kalah penting.

Wait, wait. Liberal Arts itu apa, sih? Liberal Arts atau Seni Liberal adalah kelompok ilmu pendidikan yang menaungi ilmu Seni, Bahasa, Linguistik, Sastra, Matematik, Ilmu Alam, Filosofi, Psikologi, Agama, dan social sciences. Seni Liberal umumnya digunakan di sistem pendidikan Amerika Serikat dan sebenarnya belum ada ekuivalennya di Indonesia.

Trus, meskipun ia juga menaungi ilmu alam dan Matematika, Seni Liberal sebenarnya lebih identik dengan jurusan-jurusan non-eksakta, alias “jurusan-jurusan IPS”, yang banyak mengandalkan kemampuan otak kanan, misalnya emosi dan kreativitas. Di Universitas Harvard contohnya, lulusan S2 Seni Liberal mencakup Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan.

Nah, menurut Harvard Business Review, sebenarnya skill non-teknis yang dipelajari para mahasiswa jurusan Seni Liberal nggak kalah penting dengan skill teknologi, sebagai kunci kesuksesan perusahaan. Empat skill utamanya, menurut Harvard Business Review, adalah kreatifitas, empati, kemampuan mendengarkan, dan kemampuan menentukan visi misi yang jelas.

Malah, kalau mau bersaing dalam karier, keempat hal ini harus dimiliki orang di zaman serba digital ini.

Kenapa? Karenaaa…

Kreativitas: Orang yang kreatif akan selalu penting bagi perusahaan, karena pekerja yang kreatif akan membantu perusahaan menciptakan produk-produk yang kreatif juga—canggih, rumit, tapi tetap mudah digunakan dan nggak membosankan. Orang kreatif juga memiliki pandangan yang dinamis dan mudah mengikuti perkembangan zaman, sehingga dia selalu siap menghadapi kompetisi di zaman serba digital ini.

Empati: Empati adalah kemampuan untuk bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain. Berempati, tuh, nggak mudah lho, gaes. Nggak banyak orang yang bisa benar-benar berempati. Hubungan antara empati dengan pekerjaan apa? Gini, supaya sebuah perusahaan bisa sukses, perusahaan ‘kan harus memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggannya. Caranya? Ya, dengan menempatkan diri di posisi pelanggan. Dengan kata lain, berempati. Sekarang  paham ‘kan, ya, kenapa individu yang punya sifat empati bakal selalu “disayang” perusahaan dan nggak akan tergantikan oleh mesin?

Kemampuan untuk mendengarkan: Gimana, sih, cara supaya kita bisa lebih berempati? Caranya dengan menjadi pendengar yang baik! Yap. Kalau empati merupakan inti dari kreativitas, maka mendengarkan adalah inti dari empati. Jadi, kalau kamu mau meluangkan waktu untuk mendengarkan hal-hal di sekeliling kamu dengan sabar, kamu pasti akan bisa lebih memahami banyak hal. Dengan menjadi pendengar yang baik, kamu juga bisa membangun budaya kerja yang lebih kuat dengan sesama rekan kerja maupun customer kantor.

Seperti kata Pramoedya Ananta Toer; “semesta mengajarkan banyak hal kepada mereka yang mau mendengar”,

Kemampuan menentukan visi-misi yang jelas: Perusahaan, tuh, nggak hanya butuh pemimpin yang visioner, lho, tetapi juga tim yang visioner. Nah, kemampuan untuk memahami dunia melalui sudut pandang yang berbeda gini membutuhkan intuisi yang kuat.

Jadi, meskipun jurusan kuliah kamu bukanlah jurusan “teknis”, jangan takut bersaing di zaman yang serba digital ini, ya! Ingat, kamu punya kemampuan-kemampuan non-teknis yang bisa kamu asah agar siap bersaing!

 

(Sumber gambar: emaze.com, admissions.umich.edu, media.npr.org, images.sciencedaily.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 9 jam yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1