Nyari Kerja Cuma Dengan Modal CV? Yakin?
- Sep 11, 2015
- Youthmanual
Di era yang sangat kompetitif ini, bukan hanya kamu yang nyari kerja. Semua orang juga nyari. Apalagi kalau kamu maunya mendapatkan dream job sesuai passion. Persaingannya makin berat, deh.
Sayangnya, sebagian besar orang masih nyari kerja dengan cara mengirimkan CV konvensional, yang seringkali bikin para recruiter bosen karena isinya gitu-gitu aja, nggak berbeda dari pelamar lainnya. Akhirnya, bukan cuma kamu yang frustrasi. Para recruiter juga jadi pusing karena kesusahan mendapatkan kandidat yang berkualitas.
Bukan, saya bukan mau ngasitau tips-tips bikin CV yang menarik. Info itu, sih, udah ada banyak dimana-mana.
Saya mau berbagi tips agar lamaran kamu menarik perhatian recruiter, dengan cara menjual Value Proposition kamu.
***
Dalam perjalanan karir saya selama 14 tahun, saya pernah merekrut berbagai macam employee, and believe me, ngedapetin kandidat yang cocok, tuh, susah!
Prosesnya kira-kira gini: setelah saya posting lowongan kerja di media, biasanya dengan cepat inbox email saya dipenuhi oleh puluhan surat lamaran.
Dari hasil membaca CV-CV tersebut, saya menyimpulkan bahwa walau kemasan CV bisa berbeda-beda, isinya, tuh, sebenernya mirip semua. Misalnya, IPK yang yahud, riwayat bermacam-macam kursus dan seminar yang pernah diikuti, daftar prestasi yang dikantongi, dan lain sebagainya.
Selain itu, hampir semua pelamar mencantumkan karakter-karakter positif yang sama, seperti hardworking, discipline, willingness to learn, a team player, hingga strong leadership yang kadang membuat saya berpikir…
… ini pelamar sebetulnya fresh-grad apa Superman?
Now, here comes the hard truth.
Pada umumnya, 90% dari lamaran-lamaran tersebut saya masukkan ke folder Candidates, dan jika folder tersebut sudah penuh, langsung saya kosongkan (baca: hapus) tanpa pertimbangan lebih lanjut. Ouch!
Namun selalu ada 10% pelamar yang tampak beda dan membuat saya tertarik, sehingga akhirnya saya masukkan ke daftar shortlist. Wah, beda gimana, Kak? Apakah CVnya keren banget? Dipresentasikan pake hologram?
Enggak juga, kok. Bahkan beberapa dari mereka hanya mengirimkan cover letter dan tautan ke halaman Linkedin, tanpa ada lampiran resume. Namun mereka tetap bikin saya penasaran. Apa, sih, yang istimewa dari mereka?
Simak salah satu kasus recruitment yang pernah saya lakukan untuk sebuah posisi:
Dari puluhan pelamar, ada lima orang yang saya shortlist dan panggil untuk wawancara.
Dari lima orang tersebut, hanya tiga kandidat yang bersedia datang wawancara, karena dua kandidat lainnya sudah mendapatkan pekerjaan.
Dari tiga kandidat yang saya wawancara, dua kandidat saya anggap lolos dan saya kasih penawaran kerja. Ujung-ujungnya, hanya satu kandidat yang menerima tawaran tersebut, berhubung yang satu lagi sudah mendapatkan perkerjaan di tempat lain.
Berarti, dari lima kandidat yang saya shortlist di awal, empat diantaranya sebenarnya sudah mendapatkan pekerjaan, atau minimal tawaran kerja lain.
Hebat, ya. Mereka bisa mengantongi tawaran kerja lebih dari satu, sementara puluhan pelamar lainnya masih gigit-gigit kuku harap-harap cemas dapat panggilan. Kok bisa, sih?
“Pasti punya koneksi! Pasti pake susuk! Pasti amal ibadahnya OK!”
Ya mungkin aja, tapi disini saya mau sharing hal-hal istimewa yang dimiliki oleh lima kandidat ini dan nggak dimiliki oleh pelamar lainnya.
1. Mereka passionate terhadap bisnis yang saya kembangkan, dan tidak egois.
Dalam email lamaran mereka, lima kandidat ini menunjukan passion dan energi yang besar. Mereka nggak terlihat sekedar nyari kerja, tapi juga punya semangat untuk kerja di bidang saya.
Lima kandidat ini juga keliatan berusaha memahami industri saya—misalnya, dengan cara ngorek-ngorek info tentang perusahaan saya terlebih dahulu—dan menyesuaikan CV mereka sedemikian rupa, agar menarik perhatian saya sebagai recruiter.
Dengan begitu, mereka tampak adaptif dan nggak egois. Ini adalah beberapa karakter penting untuk menjadi team player yang baik.
Percaya, deh, dunia udah penuh dengan orang-orang egois, yang selalu menuntut ini-itu tanpa memberikan kontribusi berarti untuk perusahaan. Banyak orang merasa hebat, lalu memperlakukan dirinya bak aset keren bagi perusahaan. Padahal di mata employer, sih, dia biasa aja. GR aja, deh!
Tentu saja, nggak ada employer yang mau merekrut orang-orang seperti itu untuk timnya.
Ingatlah mantra super-penting ini: in the end, it's not about YOU, but it's about all of us, about them, about the company. Tau nggak, sih, sekarang ini kebanyakan pegawai fresh graduates malah merupakan liability (beban) bagi perusahaan di awal-awal? You are not that important.
Jadi buang segala ego kamu, be humble, and stop pretending you're a Superman.
2. Mereka fokus menawarkan Value Proposition alias kontribusi
Secara sederhana, Value Proposition artinya nilai tambah atau manfaat yang kamu tawarkan terhadap perusahaan.
Seperti yang udah saya bilang diatas, kandidat-kandidat terbaik yang pernah saya rekrut nggak cuma bermodalkan CV cemerlang, malah kadang isi emailnya cuma paragraf singkat.
Tetapi di email tersebut, mereka menjelaskan passion mereka, alasan kenapa ingin bergabung, serta kontribusi apa yang akan mereka berikan jika bisa bergabung dengan tim saya.
Intinya, kandidat-kandidat oke tersebut datang dengan berbekal observasi yang lebih dalam daripada kandidat lainnya. Mereka mempelajari industri saya, mereka percaya terhadap potensi dari bisnis dan industri saya, dan mereka bahkan sudah mempunyai improvement plan atau ide tentang apa aja hal-hal yang bisa mereka perbaiki jika mereka bergabung.
Kasus Nina Mufleh adalah salah satu kasus paling menarik dalam konteks ini, dan sempat menarik perhatian dunia.
Ceritanya, Nina kepengen banget kerja di Airbnb, tapi gagal terus mendapat panggilan kerja disana. Ia bahkan pindah dari Timur Tengah ke Amerika, demi bisa dekat dengan perusahaan idamannya tersebut. Hebat!
Ketika sudah merasa desperate, akhirnya Nina membuat "CV" dalam bentuk website yang super niat dan sangat fokus ke Value Proposition Airbnb. Langsung, dong, lamaran Nina sukses menarik perhatian CEO dan CMO Airbnb.
Baca sekilas cerita Nina disini dan disini, lalu silahkan intip website yang ia ciptakan khusus agar Airbnb ngeh sama dia disini. Risetnya gokiiil! Niat banget!
***
Menyusun Value Proposition sebenernya cukup sederhana, tapi sering diabaikan.
Berikut langkah-langkah sederhana yang bisa kamu gunakan untuk menyusun Value Proposition ke calon perusahaan sebelum kamu melamar:
● Pelajari perusahaannya atau industrinya. Apa bidangnya, bisnisnya, servisnya, kompetitornya?
● Pelajari profil orang-orang yang kerja disitu. Seperti apa background, pendidikan, dan pengalaman mereka? Info-info ini bisa dengan gampang kamu dapatkan dari Linkedin (atau media sosial :D) mereka.
● Dengan background atau skill kamu, apa Value Proposition alias nilai tambah yang bisa kamu kontribusikan untuk perusahaan ini?
Sekali lagi, berbekal CV yang bagus aja nggak cukup untuk mendaratkan kamu ke perusahaan idaman. Kamu harus menonjol dari yang lainnya.
Jadi, kalau mau ngelamar kerja, tanya dulu ke diri sendiri: udah tau Value Proposition kamu belum?
(sumber gambar: Quick Meme, Flurt, Says, Nasihat Harian)
Kategori
Profesi Terkait
Profesi Terkait Lainnya
Jurusan Terkait
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus