6 Tipe Ujian di Universitas yang Wajib Kamu Tau dan Trik Menghadapinya
- Nov 27, 2015
- Fatimah Ibtisam
Bicara tentang ujian di universitas, lupakan soal pilihan ganda, apalagi soal menjodohkan (udah nggak zaman kak, dijodoh-jodohin!). Bentuk ujian untuk anak mahasiswa jauh lebih beragam daripada itu.
Supaya UTS dan UAS kamu lancar dan sukses (amiiiin!), kenalan dulu sama tipe-tipe ujian yang biasa diberikan dosen, plus tips-tips menghadapinya.
Paper / Esai
Dalam ujian ini, dosen akan memberikan kamu sebuah topik atau pertanyaan, lalu kamu harus menguraikannya dalam sebuah esai atau paper. Umumnya, sih, tipe ujian ini dibawa pulang untuk dikerjakan di rumah. Selain topik, format esai—jumlah kata, font, spasi, dan sebagainya—biasanya juga ditentukan oleh dosen. Pastikan nggak ada yang missed, ya. Percuma aja kalau paper kamu bagus, niat, dan panzaang, tapi persyaratannya nggak sesuai ketentuan dosen.
Kalau mau tau trik lengkap nulis esai, bisa intip di sini dan di sini.
Tips menghadapinya:
Saran saya, selesaikan esai 1-2 hari sebelum batas waktu pengumpulan. Kenapa? Supaya kamu punya waktu untuk memperbaiki yang kurang-kurang dari esai kamu. Lagipula, kalau kamu menyelesaikan esai terlalu mepet deadline, kamunya bisa kebawa stres. Mengerjakan esai dengan terburu-buru bisa menyebabkan kesalahan-kesalahan sepele tapi fatal, lho!
Take-Home Test (non-paper)
Sama seperti esai atau paper, take-home test adalah ujian yang boleh dikerjakan di rumah. Bedanya dengan esai, ujian ini mengajukan soal-soal pertanyaan yang harus kamu jawab dengan singkat dan tepat.
Bisa dibawa pulang? Asik, dong! Eits, ntar dulu. Karena ujian ini untuk dikerjakan di rumah, tingkat kesulitan pertanyaannya umumnya juga lebih tinggi. Dosen pun biasanya menuntut standar jawaban yang lebih bagus. Kamu nggak bisa, tuh, sekadar ngasih jawaban yang “benar”. Jawabannya harus lengkap, detail, tapi tepat sasaran. Dizzy pala Barbie!
Tips menghadapinya:
Yang terpenting, kamu harus jeli memahami pertanyaan-pertanyaan take-home test. Supaya jeli, coba cermati pertanyaannya sambil makan jelly #krikkrik. Trus, saat menjawab, jangan lupa gunakan teori yang sudah dipelajari di kelas, cantumkan sumber dengan jelas, dan berikan contoh kasusnya.
Trus, jawaban yang benar tapi nggak mainstream—alias nggak mirip-mirip sama mahasiswa-mahasiswa lain—pasti akan dapat poin plus. Sebaliknya, kalau jawaban take-home test kamu serupa dengan jawaban kebanyakan teman-teman kamu, nilai kamu jadi nggak tinggi. Jadi, walaupun dosen nggak ngawasin kamu saat mengerjakan take-home test, jawabannya tetap nggak bisa contek-contekan, bos!
Open Book
“Wah, ujiannya open book. Jawab soalnya bisa sambil buka buku! Yes!”
Tapi tunggu dulu. Dalam ujian open book, biasanya kamu nggak bisa menemukan kunci jawaban pertanyaan-pertanyaanya dalam buku dengan gamblang. Dosen ‘kan pinter, sob. Nggak mungkin, lah, kunci jawaban ujian beliau terpampang nyata di buku.
Yang lebih tricky adalah kalau materi belajar mata kuliah terkait ada banyak. Textbook-nya sendiri ada tiga (belas). Belum lagi fotokopian, catatan, dan hasil browsing. Sumber materi mana yang musti dipakai untuk ujiaaaan?! *mewek di pojokan sambil makan gorengan*
Tips menghadapinya:
Ujian open book memang kesannya asik. Tapi apakah kamu tahu dan mengerti materi yang ada di buku? Kalau nggak, saat ujian berlangsung, kamu bakal super ribet ngebolak-balik halaman buku, nyari materi yang tepat untuk menjawab soal-soal dari dosen. Saking ribet dan lamanya, jangan-jangan kamu baru kelar UAS pas semester pendek!
Modal utama ujian buka buku adalah PAHAM ISI TEXTBOOK dan sumber-sumber bacaan yang digunakan oleh mata kuliah yang bersangkutan. Huft, ternyata ujian open book nggak sesimpel itu, ya. Kalau boleh pilih, mendingan ujian open mind, deh, daripada repot-repot open book. Maksudnya, dosennya open mind alias berpikiran terbuka untuk nerima semua jawaban kita :D #okesip
Oral Test
… alias ujian lisan. Sistem oral test adalah tanya jawab antara mahasiswa dengan dosen, biasanya secara one on one.
Saya sendiri sempat beberapa kali merasakan oral test, dan meskipun kayaknya menegangkan banget, ternyata nggak susah-susah amat, kok… kalo dibandingin sama sidang skripsi! Hehehe.
Tips menghadapinya:
Oral test is tricky. Soalnya kadang kita udah paham banget pelajarannya, hafal banget materinya, eeh pas ditanya dosen, malah nge-blank. Amit-amit!
Trik menghadapi oral test adalah jangan cuma belajar, tapi juga berusaha untuk tenang dan relaks, supaya kamu bisa menjawab dengan lancar. Menjelang ujian, coba “gladi resik” dulu alias latihan tanya jawab sama teman kek, pacar kek, Mama kek, kucing di rumah kek...
Trus, sebelum ujian, jangan lupa meditasi atau berdoa dulu, ya. Berdoa ‘kan juga sebuah bentuk meditasi, ya.
Walaupun kesannya bikin stress, oral test sebenarnya lebih menguntungkan, lho, karena durasinya sebentar. Nggak sampai sejam, kamu udah bisa lega dan jalan-jalan ke mol lagi. Bandingin sama ujian dalam bentuk esai atau take home test yang bisa bikin kamu pusing berhari-hari. Males!
Ujian Kelompok
Ujian kelompok biasanya berbentuk tugas yang dikerjakan per kelompok. Enak, dong? Well, sebenarnya, karena ujian ini dikerjakan rame-rame, tingkat kesulitannya juga biasanya lebih tinggi daripada ujian individual. Trus, karena dikerjakan berkelompok, nilai ujian setiap anggota kelompok biasanya diseragamkan, terlepas bagaimana sebenarnya partisipasi masing-masing anggota.
Tips menghadapinya:
Kalau kelompok kamu solid, ujian tipe ini bisa jadi asik banget. Cuma ‘kan bisa aja kamu dapet teman kelompok yang a) males kerja, b) bossy bin sotoy, atau c) males, bossy, sotoy. Kelar!
Urusan kerja kelompok sebenarnya rumit dan butuh pembahasan tersendiri. Tapi saran singkat saya, coba bikin job description untuk masing-masing anggota kelompok, lengkap dengan timeline pengerjaannya. Tujuannya agar tiap anggota benar-benar berkontribusi. Trus, tekankan kepada anggota kelompok bahwa saling lempar ide dan adu pendapat boleh-boleh aja, asalkan didukung dengan fakta. Jadi, ide yang diterima oleh kelompok nantinya adalah ide terbaik dan terfaktual, bukan ide dari orang ter-bossy.
Ujian Praktek
Saat kuliah, ada beberapa materi kuliah yang menekankan pada praktek, contohnya, materi-materi yang berhubungan dengan penggunaan alat, public speaking, sampai penanganan pasien (buat mahasiswa Kedokteran). Alhasil, ujiannya pun berbentuk tes praktek—mahasiswa melakukan praktek, sementara dosen menilai.
Seperti oral test, ujian jenis ini juga bikin tegang. Saya sendiri pernah ujian praktek dengan subjek teknik presenter dan wawancara. Jadi saya musti tampil di depan kamera layaknya host program televisi, trus mewawancara narasumber live on camera. Saya, sih, cool aja. “Cool” karena keringet dingin, maksudnya!
Tips menghadapinya:
Namanya juga praktek, maka kunci suksesnya ya practice alias latihan! Pokoknya semakin sering latihan, semakin luwes juga kamu saat ujian. Tapi walaupun bikin tegang, sebenarnya ujian praktek banyak manfaatnya, lho, karena praktek-praktek yang dilakukan akan mirip dengan hal-hal yang harus kita kerjakan di dunia kerja.
***
Gawatnya, pada musim ujian, biasanya mahasiswa nggak hanya mengalami satu jenis tes. Bisa dua, tiga atau empat sekaligus. Senin ambil take home test, Selasa ada ujian praktek, Rabu ujian standar di kelas, Kamis harus ngumpulin paper kelompok… dan Jumat pengsan.
Beli alpukat di Amerika, semangat eaa kakaaak!
(sumber gambar: wts.edu, Scoop Whoop, 100 Study Tips, Ed Psyched)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus