Budaya Kerja vs Kepribadian: Mencocokkan dengan Perusahaan atau Mencari Perusahaan yang Cocok?

Salah satu materi seleksi calon karyawan di perusahaan adalah tes atau wawancara yang berhubungan dengan kepribadian, kebiasaan dan kecenderungan pelamar. Dalam tahap seleksi ini nggak ada jawaban benar atau salah. Intinya, perusahaan mencari pelamar dengan karakter dan kriteria tertentu yang dinilai sejalan dengan budaya perusahaan. Sebagai calon pekerja, apa yang perlu kita lakukan? Ada dua opsi yang bisa kamu ambil, berikut sisi plus dan minusnya.

Pilihan 1: Mencocokan diri dengan keinginan perusahaan. 

Kita bisa saja mempelajari bagaimana kultur perusahaan dan seperti apa pekerja yang mereka kehendaki. Caranya dengan melihat profil perusahaan tersebut di website resmi, unggahan di media sosial, berita di media (jika ada), proyek/hasil karya perusahaan, hingga kalau memungkinkan ngobrol dengan kenalan yang bekerja di sana.

Pelajari juga materi lowongan pekerjaan. Biasanya sih, mereka memberikan bocoran mengenai karakter kandidat yang diinginkan. Misalnya, “dibutuhkan perancang produk yang menyukai hal baru, kreatif, dan bisa bekerja di bawah tekanan”.

Nah, untuk bisa masuk perusahaan tersebut, kamu perlu menonjolkan karakteristik yang dicari perusahaan. Sayangnya, kadang karakter tersebut nggak sepenuhnya sama dengan diri kita, bahkan bisa jadi bertolak belakang. Alhasil, harus agak effort menyesuaikan sana-sini. Malah kadang, terpaksa menuliskan jawaban tes yang nggak sesuai dengan diri kita.

Segi positifnya, kemungkinan kamu diterima akan lebih besar. Dan mungkin saja kamu ternyata cocok serta bisa berkembang di perusahaan yang awalnya terlihat nggak cocok untukmu. Kamu nggak akan benar-benar tahu sebelum mencoba bukan?

Sebaliknya, bisa saja kamu memaksakan diri agar bisa nyambung dengan perusahaan dan diterima. Nah, setelah dijalani kamu pun merasa jenuh dan capek. Karena dipaksakan, pekerjaan pun jadi terasa makin berat.

Pilihan 2: Mencari perusahaan yang cocok.

Beberapa waktu lalu, Rencanamu sempat ngobrol dengan Aldi Ramadhika Human Resources Business Partner Manager Danone. Ia menyampaikan bahwa psikotes atau tes kepribadian sebenarnya menguntungkan baik bagi perusahaan maupun pelamar. Sebab dari situ, perusahaan mendapatkan kandidat karyawan yang sesuai.

Sebaliknya, pelamar pun bisa menyeleksi mana perusahaan yang sesuai untuk dirinya. “Nggak enak juga bekerja di tempat yang (kulturnya) tidak sesuai (dengan diri kita),” ujar Aldi.

Poin ini ada benarnya juga. Kamu tinggal mengerjakan psikotes/tes kepribadian dengan jawaban yang paling mewakili diri. Begitu pula saat menjawab pertanyaan wawancara yang berhubungan dengan karakter diri. Ceritakan saja mengenai dirimu. Mudah, ‘kan?

Hasilnya, kemungkinan kamu akan menemukan perusahaan yang benar-benar “berjodoh” untukmu alias budaya kerjanya sesuai banget dengan sikap dan kebiasaanmu. Kemungkinan kamu akan betah bekerja di sana.

Sisi minusnya, menemukan perusahaan yang demikian nggak mudah. Sekadar nyari kerjaan aja sudah susah. Apalagi mencari perusahaan yang benar-benar "klik" denganmu.

Jadi pilihan manakah yang sebaiknya diambil? Semua tergantung pada dirimu. Sebab kondisi dan situasi di tiap kasus berbeda. Misalnya, ada perusahaan yang sangat menekankan pekerjaan 9 to 5 dengan budaya kerja yang sangat formal. Sementara, kamu adalah orang yang dinamis, menyukai kebebasan dalam bekerja, dan jam produktifnya acak. Bekerja di perusahaan yang formal dapat memadamkan kreativitas dan semangatmu. Tapi bisa juga, kamu berhasil menyesuaikan kebiasaanmu dengan kultur perusahaan tersebut, karena proyek yang diberikan perusahaan sangat menantang dan sesuai minatmu.

Nah, yang agak berat adalah apabila value atau budaya perusahaan bertentangan dengan prinsip dan nilai yang kamu junjung. Misalnya, kamu merasa konsumsi alkohol, rokok, serta produk yang nggak ramah lingkungan sangat merugikan. Nah, klien dari perusahaan tempatmu melamar justru memiliki bisnis tersebut. Kamu pasti akan terbebani dalam bekerja. Kalau sudah sampai melanggar prinsip dan nilai utama, mundur saja dan cari pekerjaan lain. Semoga berhasil!

Baca juga:

7 Langkah Menaklukkan Psikotes Saat Melamar Kerja

(Sumber gambar: MART PRODUCTION from Pexels)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 12 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 22 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1