6 Hal yang Dialami Anak Muda Indonesia Keturunan Arab
- Nov 16, 2015
- Fatimah Ibtisam
Keturunan Arab pasti pintar dagang? Belum tentu! Kalau yang wajahnya Arab, palingan kuliah di Fakultas Ekonomi atau Teknik? Tetot! Salah, tuh! Arab pelit? Ah, saya royal banget, kok! #pencitraan
Menurut saya, tipe keturunan Arab tuh, beragam banget. Kebiasaan keluarga A bisa beda dengan B, belum lagi keluarga X, Y, dan seterusnya. Apalagi preferensi dan kepribadian tiap individunya, pasti lebih beragam. Jadi berbagai stereotipe karakter keturunan Arab, nggak gampang juga.
Tapi setelah merenungkan pengalaman pribadi—dan pengalaman orang-orang yang diduga berdarah Arab di sekitar saya—saya menemukan hal-hal yang pasti pernah dialami anak muda keturunan Arab pernah mengalami hal-hal berikut ini:
Dijodoh-jodohin
“Anak siapa, nih?”, “Umurnya berapa?” “FB-nya apa?” (((FB, niyeee…)))
Di keluarga Arab, kalau ada tante nanya hal-hal di atas, motifnya cuma 1) mau ngejodohin, atau 2) lagi ngumpulin database anak muda lajang untuk dijodohin, hihihi.
Semangat emak-emak keturunan Arab untuk jadi mak comblang emang cukup tinggi. Nggak hanya ngejodohin anak atau keponakannya aja, tetapi bahkan anak teman sampai anak tetangga. Katanya, sih, jodohin orang itu pahalanya gede. Mungkin karena bisa menghindarkan sang target perjodohan dari kejombloan akut atau sindrom pacaran mulu tapi nggak kawin-kawin kali, ya.
Harim = perempuan. Eaaaak!
Nah, nggak tau kenapa, semangat menjodohkan anak muda ini jadi menular ke teman-teman atau kenalan non-keturunan Arab. Eh, apa?!
Yup, teman, dosen, bos, atau bahkan orang yang baru kenal kadang suka ikutan semangat ngejodoh-jodohin temen atau kenalannya yang keturunan Arab. Biasanya mereka bakal bilang, “Gue punya temen cakep, masih jomblo, Arab juga. Gue jodohin sama lo, ah!”
Kenapa, ya, banyak amat yang usaha pengen jodohin kita-kita yang Arab gini? Padahal sesama Arab ‘kan belum tentu pasti cocok. Cieh. Apakah karena muka kearab-araban itu terlihat haus kasih sayang?!
Ditanya, “Arab nikahnya cuma sama Arab, ya?”
Percaya atau nggak, dari SD udah ada yang nanya begini ke saya. Astaghfirulloh!
Pertanyaan serupa tapi tak sama namun juga sering ditanyakan adalah, “Keturunan Arab selalu dijodohin, ya?” atau “Elo pasti dijodohoin, deh!” Ih, sotoy.
Awalnya, sih, saya sensi mendapat pertanyaan dan komen kayak begitu. Sekolah aja belum kelar, ngelirik cowok aja nggak dilirik balik (curcol!), udah ditanya urusan nikah. Tetapi semakin dewasa, saya semakin bijak dan lebih diplomatis dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan kepo kayak begini.
Jawaban andalan saya, “Ada yang gitu, ada yang nggak. Tergantung orangnya.” Eaaaa, kagak ada jawaban yang lebih kreatif ya? Atau bisa juga dijawab gini, “Iya, sih. Bukannya apa-apa, soalnya selera do’i bukan yang tampang kayak gue, sih.” #eaaa
Tapi meskipun STD bingit, jawaban saya memang apa adanya. Maksudnya, urusan jodoh tergantung masing-masing orang.
Emang, sih, bagi keturunan Arab, keluarga biasanya memegang peranan super penting dalam urusan jodoh. Nggak afdol memilih pasangan tanpa persetujuan keluarga. Begitu juga sebaliknya. Kalau keluarga setuju sama calonnya, tapi anaknya ogah… ih, emangnya jaman Siti Nurbaya versi Arabian?
Zzzzz...
Trus, kenapa, dong, banyak keturunan Arab nikahnya sama keturunan Arab juga? Ya, itu tadi, karena nikah dianggap menyatukan dua keluarga—bukan cuma aylafyu-aylafyu-an—sehingga latar belakang keluarga calon menjadi penting. Wajar kalau akhirnya banyak keturunan Arab menikah dengan sesama keturunan Arab, lantaran kedua pihak keluarga udah punya latar belakang yang serupa.
Eh, tapi ada juga, lho, pasangan yang nggak disetujui keluarga meski sama-sama keturunan Arab. Mungkin karena keluarga udah merasa tau sama tau. Tau kalau nggak nyambung!
Ditanya, “Nggak pulang kampung?” tiap musim haji
Walaupun wajah Timur Tengah, tapi sebenernya kita orang Bekasi Timur sama Bekasi Tengah, kak! Yup, banyak miskonsepsi bahwa orang keturunan Arab adalah orang Arab asli. Padahal nenek moyang kami tinggal di Indonesia, ikut berperang melawan penjajah, dan hobi ngemil singkong-ubi (pake korma, teteuup!).
Tapi ada kalanya saya ngayal-ngayal upik abu kalau dikira punya kampung halaman di Arab. Gimana, ya, kalau saya beneran punya apartemen di Dubai, vila di Yordania, atau mansion di Maroko?
(Diharapkan) kece
Katanya, orang berwajah kearab-araban itu cakep—hidung mancung, tulang pipi tinggi, kulit terang, alis tebal, ditambah lagi berbadan besar dan berewokan untuk yang cowok. Cucok, lah, buat jadi presenter TV atau paling nggak jadi figuran FTV.
Keturunan Arab memang ada yang cantik dan ganteng, tapi ada juga yang biasa aja. Nggak semua kece kayak Najwa Shihab atau Aron Ashab. Yang paling ngeselin kalau ada yang bilang, “Eh, kamu, kok, keturunan Arab, tapi nggak kece ya?” Ih, pengen di%#$%%#!!!
Yang jelas, salah satu tren yang “menguntungkan” buat cewek-cewek keturunan Arab adalah tren alis tebal a la Sinchan yang belakangan ini nge-hits, hihihi… Soalnya, kebanyakan orang keturunan Arab alisnya lebat. Secara pribadi, saya pun berharap tren alis ulet bulu ini nggak akan berakhir!
Sementara bagi cowok-cowok keturunan Arab, nggak perlu repot pake minyak Firdaus untuk numbuhin berewok. Udah lebat!
Selalu tampil kinclong (kalau lagi kondangan)
Nah, kalau mau liat keturunan Arab kinclong bin kece, datang aja ke kawinan. Biasanya mereka-mereka pada maksimal banget, tuh, kalau datang ke acara resepsi.
Pokoknya di situ kamu akan menemukan kloningannya Nabila Syakieb, Shireen Sungkar dan Riza Shahab. Ejiyeee!
Jadi Cinderlella saat kondangan! Bet = rumah. Hadam = pelayan. Hurem = wanita cantik golongan kelas tinggi.
Mungkin karena perkawinan merupakan momen yang dianggap penting bagi keturunan Arab dan umumnya resepsinya diselenggarakan secara meriah, maka tamu-tamu Arabnya pada tampil “meriah” juga, deh.
Dianggap bersaudara dengan semua orang yang bermuka Arab
Yang saya rasakan, semangat kekeluargaan di kalangan keturunan Arab itu sangat terasa. Di generasi ke-5 aja, anggota keluarganya masih akrab dan sering silaturahmi, entah di arisan keluarga, halal bihalal, kawinan, atau sekedar kumpul-kumpul.
A big, BIG happy family. Zuadan = kawinan. Franji = bule. Jamaah = keturunan Arab.
Trus, karena banyak keturunan Arab yang nikah dengan sesama keturunan Arab, semakin banyak, lah, yang jadi sodaraan.
Itulah kenapa keturunan Arab punya banyak saudara. Tapi bukan berarti semua orang berwajah Arab di seantero nusantara saling kenal dan punya hubungan keluarga. Dunia nggak selebar daun kelor, sob!
***
NB: Istilah-istilah dalam meme di atas adalah beberapa slank yang sering dipakai keturunan Arab. Beberapa di antaranya plesetan atau adaptasi dari bahasa Arab, atau gabungan antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia/bahasa daerah.
(sumber foto: BPPlus Movie Blog, Instagram/@amidolah, Instagram/@aronashab, Instagram/@d_kadoor, Palais Namaskar)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus