Hal-Hal yang Perlu Kamu Lakukan, Agar Bahasa Indonesia Nggak Terus-Terusan Mengalami Kemunduran

Oleh Ikrimah Fajrul Haq

Kamu tahu nggak, apa arti kata “pranala”? atau “naratama”? Gimana kalau “naratetama”? Waduh, mungkin kamu tambah bingung, padahal sebenarnya kata-kata itu hampir pasti kamu gunakan sehari-hari, lho, gaes.

Sewaktu saya sekitar kelas 3 SD, guru pelajaran Bahasa Indonesia saya bilang kalau bahasa Indonesia itu adalah bahasa yang malas. Soalnya kebanyakan kosakata bahasa Indonesia bersumber dari bahasa asing yang sedikit “diplesetkan”. Contohnya, kata bahasa Inggris “ballpoint” yang menjadi “pulpen” dalam bahasa Indonesia, “pencil” yang menjadi “pensil”, kata bahasa Prancis “cadeaux” yang menjadi “kado”, dan sebagainya. Karena masih SD, waktu itu saya manut-manut saja. Namanya juga masih anak kecil, ya, belum mikirin hal-hal serius. Mikirinnya cuma main bareng teman-teman aja, hehehe.

Tapi lima belas tahun kemudian, saya, kok, makin pesimis dengan eksistensi bahasa Indonesia, ya? Bukan karena bahasa Indonesia mengalami kemunduran dari segi kuantitas, tapi karena masyarakat Indonesia kurang mengapresiasi—atau mungkin kurang memahami—bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kayak guru Bahasa Indonesia saya dulu gitu, deh, hehehe.

Tapi beneran, deh. Saya jelasin penyebab kemunduran tersebut dalam poin-poin berikut ini, ya.

1. Kesalahan penggunaan imbuhan “di—“

imbuhan di-

Saya suka gemes dengan penggunaan imbuhan “di—“ yang nggak pas. Padahal aturannya sebenarnya sederhana, kok: jika menunjukkan tempat, imbuhan “di—“ dipisah (di sana, di rumah, di sini, di antara). Sisanya, imbuhan “di—“ disambung (ditarik, dipukul, disambung). Gampang ‘kan?

2. Fasih berbahasa Inggris, tapi nggak tahu padanan sebagian besar kosakata bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia.

Meski topik artikel ini tentang bahasa Indonesia, bukan serta merta saya mengecilkan peran bahasa Inggris, lho. Bahasa Inggris justru sangat penting, berhubung sudah didapuk sebagai bahasa internasional. Kamu perlu banget memahami, mempelajari dan menggunakan bahasa Inggris (kalau bisa) sehari-hari.

Namun alangkah baiknya kalau kamu nggak hanya jago berbahasa Inggris, tetapi juga tahu padanan kata-kata bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia. Dan bukan sekedar padanan, lho, tetapi padanan yang “cocok”. Di awal artikel ini, saya menyebutkan tiga kata bahasa Indonesia yang mungkin nggak akrab di telinga kamu. Tapi kalau kamu dengar padanan bahasa Inggrisnya, kamu pasti langsung tahu maknanya. Apa hayo?

3. Media malas menggunakan diksi bahasa Indonesia

diksi indonesia

Hayo, kamu pernah tahu kosakata ini nggak?

Beberapa waktu lalu, saya agak kaget ketika salah satu televisi swasta Indonesia menggunakan kata “purwarupa”, bukan padanan bahasa Inggrisnya—yaitu prototype—yang tentunya lebih familiar di telinga masyarakat.

Saya kaget, karena sepengamatan saya, media massa Indonesia biasanya “main aman” dengan lebih sering menggunakan diksi bahasa Inggris (yang lebih familiar), dibandingkan bahasa Indonesia. Contohnya, media lebih sering menggunakan kata “online”, tentunya karena lebih akrab di telinga masyarakat daripada kata “daring”.

Namun saya percaya pepatah, “bisa karena terbiasa”. Walaupun masyarakat lebih terbiasa mendengar kata online, sebaiknya media tetap harus menggunakan kata “daring”, agar lama-lama masyarakat jadi terbiasa mendengar kata “daring” juga. Apalagi salah satu sifat media ‘kan mengedukasi.

4. Malas membaca buku

membaca

Kata sebuah riset, minat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya hanya 1 dari 1,000 orang Indonesia yang benar-benar minat membaca buku. Padahal buku itu nggak cuma menambah wawasan, tetapi juga kadang menyuguhkan kata-kata baru yang nggak pernah kamu gunakan sama sekali.

Hal ini tentu penting untuk mendorong kamu untuk cari tahu lebih banyak tentang bahasa Indonesia, memperbanyak perbendaharaan diksi, dan ujung-ujungnya, membuat kamu lebih “melek” terhadap bahasa Indonesia.

Pelajarilah bahasa Indonesia, dan buanglah jauh-jauh bahwa bahasa Indonesia kalah prestis dengan bahasa asing. Nggak susah, kok, apalagi akses Internet sekarang gampang, sampai ada KBBI daring. Kalau bukan kita yang mempelajari dan melestarikan bahasa Indonesia, siapa lagi?

FYI, ini adalah Ibu Siti Rahmani Rauf, salah satu tokoh pendidikan Indonesia yang mempelopori metode belajar bahasa Indonesia dasar, "Ini ibu Budi". Beliau wafat beberapa hari yang lalu (10/5).

(sumber gambar: kevinsayhello.tumblr.com, nyunyu.com, keepo.me, spiritbeyondthebook.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 19 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 30 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1