Hari Kesadaran Autisme Sedunia: Stop Bullying Terhadap Teman-Teman Penderita Autis
- Apr 02, 2019
- Fitria Aisyah
Gaes, taukah kalian? Hari ini diperingati sebagai World Autism Awareness Day atau Hari Kesadaran Autisme Sedunia. Hari Kesadaran Autisme Sedunia ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menyadarkan kepada masyarakat pentingnya kepedulian terhadap kaum autis. Sebab teman-teman autis sering dianggap sebagai kaum lemah bagi sebagian orang. Kata autis pun kerap kali dipakai untuk julukan bagi mereka yang memiliki IQ dibawah rata-rata.
That’s why, pada tanggal 18 Desember 2007, PBB menetapkan 2 April setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kesadaran Autisme Sedunia. Melalui Hari Kesadaran Autisme Sedunia inilah, PBB menghimbau agar semua negara anggotanya untuk mengambil langkah yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap autisme di kalangan masyarakat.
Autisme sendiri merupakan gangguan perkembangan pada anak yang mengakibatkan mereka nggak bisa berkomunikasi dan nggak bisa mengekspresikan perasaan serta keinginan mereka sehingga perilaku hubungan dengan orang lain pun terganggu.
Autisme ditandai dengan cara interaksi sosial yang unik. Penyandang autisme nggak memiliki cara belajar seperi layaknya anak-anak pada umumnya. Mereka memiliki ketertarikan mendalam pada objek tertentu, kecenderungan untuk berubah-ubah kebiasaan, dan cara tertentu dalam mengolah sensor informasi.
Lewat situs resmi Yayasan Autisma Indonesia, autisme hingga kini penyebabnya belum ditemukan. Kondisi yang dialami seumur hidup ini juga nggak memandang jenis kelamin, gaes.
By the way, apakah kalian tahu kejadian bullying terhadap mahasiswa autis di salah satu universitas Jakarta yang viral di media sosial? Video itu cukup heboh sampai ada petisinya segala, lho, gaes. Mungkin sebagian dari kalian sudah nonton atau at least baca beritanya.
Honestly, saya tahu video itu udah lumayan lama, tapi saya pilih untuk nggak nonton. Takut kebayang dan takut emosi sendiri. Hehehe.
Kasus bullying di kampus, yang notabennya adalah lembaga pendidikan bukanlah hal baru lagi. Ada begitu banyak anak diseluruh dunia yang merasakan bullying, baik itu anak normal ataupun anak berkebutuhan khusus.
Ditambah lagi saat ini, banyaknya lembaga pendidikan yang memberi kesempatan pada teman-teman autis atau teman-teman berkebutuhan khusus lainnya untuk bergaul dengan teman sebaya. Ironisnya, lembaga-lembaga pendidikan belum siap terhadap ancaman bullying yang dialami teman-teman autis. Jadi, semakin besar lah kemungkinan mereka mendapatkan perlakuan bullying.
Sebuah penelitian bertajuk Interactive Autism Network yang dilansir dari Forbes menunjukkan ada tiga jenis bullying yang seingkali menimpa teman-teman autis. Mulai dari diejek, diabaikan hingga dipanggil dengan sebutan yang buruk.
Nggak cuma verbal dan psikologisnya aja, sepertiga anak dengan autis juga mengalami bullying fisik, seperti didorong, ditampar, dipukul hingga ditendang. Bahkan, lebih dari separuh anak dengan autis diprovokasi untuk melawan. Umumnya pelaku bullying menilai, teman-teman autis terlihat lucu saat mereka marah dan menangis.
Fyi, perlakuan bullying yang dialami teman-teman autis bisa menimbulkan trauma yang besar, lho. Bahkan, dibeberapa kasus bisa menyebabkan bunuh diri. Sehingga, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan trauma healing itu sendiri.
Nah, tindakan bullying terhadap teman-teman autis atau teman-teman difabel lainnya di lembaga pendidikan harusnya bisa dicegah, apabila lembaga pendidikan benar-benar menerapkan perlindungan bagi penyandang disabilitas. Karena kewajiban untuk memenuhi pendidikan mereka sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang teman-teman disabilitas yang mendapat hak-hak—seperti pendidikan, kesehatan, politik hingga pelayanan publik.
Bahkan siapa saja yang menghalangi upaya tersebut akan terkena sanksi pidana 2 tahun atau denda Rp 200 juta. Dalam undang-undang tersebut juga dijelaskan, pemahaman toleransi kepada siswa penyandang disabilitas kepada peserta didik lainnya merupakan kewajiban dari pemerintah daerah dan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Dan biasanya teman-teman autis memiliki tingkat kecerdasan yang mengagumkan, bahkan bisa menjadi seorang genius jika diberikan kesempatan menonjolkan potensi dirinya. Salah satu contoh nyatanya adalah ilmuwan Albert Einstein, lho. Dia didiagnosis memiliki Autism Spectrum Disorder (ASD).
Jadi, mari kita ciptakan dunia yang lebih baik untuk teman-teman Autis, ya, gaes. Karena kita semua adalah SAMA.
Baca juga:
(Sumber gambar: angelsense.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus