Pro-Kontra: Program Akselerasi di SMA Dihapus? Saya Nggak Setuju!

Apakah saudara, teman, atau malah kamu sendiri tertarik masuk kelas akselerasi? Itu, lho, program kelas percepatan yang bikin durasi sekolah jadi lebih cepat. Misalnya, SMA yang biasanya harus ditempuh selama tiga tahun, bisa diselesaikan dalam dua tahun saja. Wih, enak banget!

Sayangnya, mulai tahun ajaran 2015-2016 lalu, kelas aksel resmi dihapus. Yiaaaaaah…

Walaupun ada kabar bahwa kesempatan untuk menempuh sekolah dengan lebih cepat masih terbuka, yaitu dengan dengan sistem SKS, saya sebenarya nggak setuju dengan penghapusan program akselerasi di SMA.

Ih, kenapa? Pasti situ dulu anak aksel, ya, jadi ngebelain? Bukan, kok! Menurut saya, memang nggak semua siswa cocok menempuh program akselerasi. Siswa yang bisa ikut program ini hanya mereka yang MAU dan MAMPU, baik secara akademik, fisik, maupun psikologis, Syedaaap!

Berdasarkan hasil pengamatan dan ngobrol-ngobrol dengan para alumni kelas akselerasi, menurut saya, program akselerasi punya beberapa sisi minus, tapi tentu ada sisi plusnya juga, yaitu:

Minus

* Siswanya rentan jadi “eksklusif”. Salah satu kehawatiran terbesar terhadap para siswa kelas aksel adalah mereka jadi cenderung eksklusif dan kurang gaul. 

Bayangin aja, angkatan kelas aksel ‘kan nggak jelas, Masuknya bisa bareng angkatan 2016, tapi lulusnya bareng kakak kelas angkatan 2015. Alhasil, anak-anak aksel jadi seperti punya “angkatan sendiri”.

Apalagi, karena super sibuk belajar, mereka jadi semakin “terisolir” dari murid-murid lain yang pastinya punya lebih banyak waktu untuk ikut ekskul, komunitas ini-itu, atau sekedar nongkrong. Selain itu, karena isi kelas aksel adalah murid-murid pintar sesekilahan, kelas aksel bisa jadi terkesan superior.

Tapi hal ini dibantah oleh para alumni kelas aksel. Mereka mengakui, sih, bahwa mereka memang sangat dekat dengan teman-teman sekelas sendiri, lantaran kesibukan mereka sama terus. Tapi anak-anak kelas aksel tetap bergaul dengan para siswa lain, kok, seperti saat mereka ikut kegiatan ekskul atau OSIS.

Jadi, mereka ogah dibilang eksklusif.

* Bisa memicu stres. Saya yang nggak masuk kelas aksel aja merasa segala pelajaran dan tugas pas SMA bisa bikin stress. Kebayang nggak, gimana pusingnya anak-anak aksel yang harus menguasai semua pelajaran di SMA, menempuh UN, dan ujian universitas dalam dua tahun aja? * pingsan*

“Pas lagi belajar di kelas aksel, kadang merasa capek, sih, karena ujiannya lebih sering,” curhat Anggis Dinda, alumni kelas akselerasi SMAN 70 Jakarta yang kini kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan 2013.

anggis dinda siswi akselerasi

Anggis, alumni kelas akselerasi.

Hal ini tentunya bisa memicu stres para siswa aksel. Apalagi anak-anak aksel juga punya “beban lebih” untuk terus berprestasi. Lebih gawat lagi kalau ada anak aksel yang sebenernya nggak pengen masuk kelas aksel. Waduh!

* Jadi kurang menikmati masa SMA. Kekurangan lain dari kelas aksel adalah, siswa-siswanya jadi cuma merasakan bangku SMA selama 2 tahun. They will be missing LOADS of fun!

Hal ini memang banyak dipertanyakan—apakah dua tahun adalah waktu yang cukup untuk menyiapkan pikiran dan mental seorang anak SMA, sebelum dia melangkah ke perguruan tinggi?

Seperti kata Sania, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, “Gue setuju program aksel SMA dihapuskan. Soalnya kebanyakan alumni program aksel yang gue temui di kampus kayak belum siap kuliah, dari segi mental maupun pengetahuan. Sepertinya, mereka kurang meresapi masa-masa di SMA. Tapi ada, sih, satu orang anak aksel yang hebat. Di usia 22 tahun, dia udah nikah, punya anak, dan berstatus dokter,”

* Harus seangkatan dengan yang berbeda umur. Anggis Dinda cerita, teman-teman dari kelas akselnya banyak yang merasa awkward saat kuliah, karena jadi seangkatan dengan orang-orang yang lebih tua.

“Ada beberapa [alumni program aksel] yang merasa kesulitaan menyesuaikan diri dengan [teman-teman kuliah] yang pada lebih tua, karena sudah merasa nyaman dengan yang seumuran,”  jelas Anggis. “Tapi Alhamdulillah, aku nggak seperti itu, hehehe,” tambahnya.

Plus

* Membuat pelajarnya jadi tough. Yes, kelas aksel memang berat. Materi pelajaran dan tugasnya sebejibun, ujian nggak berhenti-berhenti, saingannya seketat legging gemes pula.

Tapi “beban-beban” ini justru membuat para siswa aksel jadi terbiasa bekerja keras dan menghadapi tantangan. Sehingga ujung-ujungnya, mereka jadi lebih tough. Hal ini bisa jadi modal penting saat kuliah dan kerja nanti. Seperti pengalaman Anggis Dinda, “[Di kelas akselerasi], jarak dari satu ujian ke ujian berikutnya lebih cepat daripada kelas normal. Sebenarnya [ngejalaninnya] berat, tapi somehow, [tantangan ini] juga jadi bikin otak lebih terlatih.”

Selain itu, siswa aksel juga jadi belajar cara mengatur waktu dan menghadapi tekanan. Ilmu ini bakal berguna banget seumur hidup, lho.

* Merupakan sebuah prestasi tersendiri. Berhasil masuk dan lulus dari kelas akselerasi juga merupakan prestasi tersendiri. “Bisa jadi poin plus kita dalam banyak hal, misalnya saat melamar kerja atau saat ikutan lomba,” ujar Anggis Dinda yang merupakan pemenang pertama kompetisi GADIS Sampul 2012.

Mau nggak mau, anak aksel harus bisa menguasai pelajaran dengan cepat.

* Membuka wawasan. Dengan ikutan program akselerasi di SMA, pelajar jadi mulai kuliah lebih cepat, dan otomatis jadi bergaul dengan teman-teman yang usianya lebih dewasa. Bagi beberapa alumni aksel, hal ini mungkin akan terasa canggung. Namun di sisi lain, hal ini bisa membuka wawasan, karena mereka nggak cuma main dengan teman-teman sepantaran.

“Aku masuk kuliah umur 16 tahun, tapi teman-teman seangkatanku malah nggak ada yang ngeh kalau aku lebih muda dari mereka,” kata Anggis Dinda yang bercita-cita jadi notaris dan penyiar ini. 

* Lebih cepat, lebih baik. Siswa aksel punya kesempatan untuk masuk kuliah di saat belum punya KTP dan lulus kuliah di usia yang sangat muda. Ada, lho, teman saya yang alumni kelas aksel, trus lulus kuliah di umur 19 tahun!

Memang, salah satu keunggulan utama program aksel adalah bisa one step ahead. Artinya, mereka punya ilmu dan pendidikan yang melampaui umurnya, trus bisa lebih cepat bekerja atau memulai usaha. Asyik-asyik-capek, deh!

Bagi saya, program akselerasi layak dipertahankan, meskipun bukan untuk semua pelajar. Dan yang harus diingat, kelas akselerasi merupakan jalur percepatan, bukan jalur instan.

(sumber gambar: amazonews.com, dok.pribadi, pinterest/funders and founders)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 9 jam yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1