Save Yourselves: Jangan Anggap Remeh Kasus Depresi di Kalangan Generasi Muda
- Jul 25, 2017
- Nadia Fernanda
Minggu lalu, dunia musik internasional kembali dirundung duka. Chester Bennington, vokalis band rock kenamaan Linkin Park, dinyatakan meninggal dunia akibat bunuh diri. Beberapa bulan sebelumnya, vokalis Chris Cornell, vokalis Soundgarden yang juga sahabat dekat Chester, meninggal dengan cara yang sama.
It was such a sad, sad day.
Rest in peace you beautiful, inspiring people.
Eniwei, kali ini bukan tentang Chester atau Chris. Ini tentang apa yang menyebabkan mereka mengakhiri hidupnya, yang bisa aja terjadi pada kamu—yaitu depresi.
Depresi itu nggak main-main, gaes. Depresi adalah gangguan mental berat yang bisa mengganggu pola pikir, suasana hati, dan bagaimana kamu beraktivitas sehari-hari. Rasa sedih berkepanjangan yang ditimbulkan oleh depresi yang nggak tertangani lah yang membuat seseorang kehilangan harapan untuk meneruskan hidup.
Berdasarkan hasil statistik dari investigasi surat kabar Guardian, generasi Z alias kamu-kamu yang lahir di rentang tahun 1995-2015 memiliki kecenderungan menderita depresi yang berujung pada tindakan bunuh diri yang lebih tinggi dibanding generasi-generasi sebelumnya. Survei WHO terhadap remaja berusia 15-20 tahun di Inggris pun semakin menguatkan temuan ini dengan kesimpulan berupa kesehatan mental adalah permasalahan utama bagi mereka yang berada dalam rentang usia tersebut.
Kok bisa?
(Un)surprisingly, media sosial memiliki peran yang cukup signifikan dalam fenomena ini. Generasi Z mengekspresikan segala perasaannya tentang edukasi, masa depan, bahkan citra dirinya sendiri dengan jauh lebih leluasa di mana saja dan kapan saja, yang membuat mereka selalu terekspos 24/7 di dunia maya. Belum lagi kalau kontroversial sampai jadi “drama”. That’s a lot of pressure, don’t you think?
Apa yang mereka tampilkan kepada publik akan berpengaruh terhadap opini masyarakat internet, dan hal tersebut dapat berpengaruh pada tingkat self-esteem. Ketika dipuji, mereka akan merasa di atas awan. Namun ketika dikritik, mereka bisa kehilangan kepercayaan diri—bahkan merasa nggak berguna.
Sekuat-kuatnya mental manusia, nggak akan ada yang bisa bertahan jika terus mendapatkan tekanan sekecil apa pun itu. Ditambah jika ia semakin menutup diri dari sekitar karena rasa bersalah dan self-worth yang semakin rendah. Itulah kenapa rasa sedih, kecewa dan kesepian yang berlebihan yang diakibatkan oleh tekanan tersebut semakin menguras rasa bahagia seseorang, sampai akhirnya ia tidak mampu bangkit menjadi dirinya yang semula.
Ketika nggak mampu bangkit dan merasa nggak ada yang bisa mendukungnya… well, nggak heran, ‘kan, kalau banyak penderita depresi yang lebih memilih untuk bunuh diri?
Kamu nggak boleh memandang depresi sebelah mata, karena depresi bukan hal sementara seperti rasa sedih yang bisa kamu hilangkan dengan sekadar nonton film komedi.
Kamu juga nggak boleh menganggap depresi sebagai rasa sedih atau galau yang bakal kamu lupakan setelah hepi-hepi sejenak. Agar kamu nggak sampai terjatuh terlalu dalam, kenali dulu tanda-tanda depresi yang bisa kamu kenali sejak dini.
1. Emosi mudah terpancing.
2. Kerap merendahkan dan menyalahkan diri sendiri.
3. Kehilangan nafsu makan.
4. Mudah cemas dan kelelahan.
5. Sulit tidur di malam hari.
6. Sering merenung dan berprasangka buruk.
7. Lebih memilih untuk menghindari orang-orang.
Apa yang harus kamu lakukan jika kamu mengalami depresi?
You gotta reach out.
Gaes, sesungguhnya masih banyak orang di luar sana yang peduli dengan kamu. Kamu nggak sendirian, karena itulah kamu nggak boleh merasa bahwa kamu nggak berhak untuk meminta bantuan.
You deserve some help. Menceritakan masalahmu kepada orang lain (yang bisa kamu percaya) akan sangat membantu menekan depresi yang mulai membuat kamu berpikir nggak rasional. Mungkin orangtua, kakak dan adik, sahabat, atau bahkan komunitas Into The Light bisa membantu kamu terlepas dari belenggu depresi dan menemukan alasan kenapa kamu masih sangat dibutuhkan di dunia ini.
So, reach out now. Save yourselves, and be a survivor.
***
Jika kamu membutuhkan informasi terkait depresi atau ingin berbicara tentang isu kesehatan mental lainnya, Anda dapat menghubungi hotline bunuh diri yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang dapat dihubungi di 500-454. Kamu juga dapat menghubungi LSM Jangan Bunuh Diri (email: [email protected], telepon: 021 9696 9293)
(sumber gambar: sus.org, wp.com, tumblr.com, imgur.com, giphy.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus