Tahun Politik 2018-2019, Bagaimana Anak Muda Harus Bersikap?
- Aug 04, 2018
- Fatimah Ibtisam
Tahun 2019, Indonesia bakalan menggelar agenda akbar 5 tahunan: pemilihan umum nasional (legislatif dan DPD) serta pemilihan presiden. Walau masih tahun depan, riuhnya tahun politik udah terasa sejak 2018. Apalagi calon-calon yang berlaga mulai diumumkan. Diperkirakan, peserta pemilu muda (milenial dan gen z) mendominasi. Bahkan sekitar 14 juta di antaranya merupakan pemilih pemula, alias baru ikutan pilpres dan pemilu legislatif di tahun ini. Makanya, partai dan kubu calon yang berlaga pun berlomba-lomba menarik suara generasi muda. Nah, bagaimana seharusnya anak muda menyikapi hiruk-pikuk tahun politik 2018-2019?
DO:
1. Peduli
Sebagai warga negara yang baik, anak muda perlu peduli dengan politik. Apalagi kamu adalah masa depan bangsa. Nggak bisa angkat tangan dan bersikap masa bodoh, gaes. Memang sih, kadang dinamika politik dan perdebatan antarfans politik suka bikin ilfil. Tapi, sebagai warga negara kamu tetap memiliki hak dan kewajiban untuk memilih. Oya, kepedulian terhadap politik nggak mesti diwujudkan dengan gabung atau jadi suporter parpol atau kandidat tertentu, kok. Yang terpenting kamu menjadi pemilih yang baik.
Pemilih yang baik itu yang gimana, sih? Yang sering nraktir? #eaaaaa. Untuk menjadi pemilih yang baik, lakukan poin-poin berikut ini
2. Cari informasi yang valid
Kurangnya pengetahuan dan informasi bisa berakibat fatal, termasuk dalam urusan pemilu dan pilpres. Jangan sampai kamu salah kaprah, apalagi sampai termakan informasi hoax. Kamu perlu banget mencari informasi valid dari sumber yang resmi. Mulai dari aturan atura main sebagai pemilih (ketentuan) hingga jadwal pemilihan.
Berikut ini rangkuman jadwal pemilihan umum 2019
- 26 Maret 2018 - 21 September 2018: Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota serta pencalonan Presiden dan Wakil Presiden.
- 23 September 2018 - 13 April 2019: Kampanye calon anggota DPR, DPD dan DPRD serta pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.
- 14 April 2019 - 16 April 2019: Masa tenang.
- 17 April 2019: Pemungutan suara.
- 18 April - 22 Mei: Rekapitulasi penghitungan suara.
Inilah 14 partai yang mengikuti pemilu 2019 beserta nomor urutnya.
Merasa ada banyak banget partai? Weits, di tahun 1999 ada 48 partai yang jadi peserta pemilu, lho.
3. Pilah-Pilih kandidat dan partainya
Baik kandidat eksekutif (presiden dan wapres) serta kandidat wakil rakyat dan partainya harus kamu pertimbangkan dengan matang. Sebagai bahan pertimbangan, tentu kamu perlu melihat “CV” mereka, termasuk latar belakang, sepak terjang, visi-misi, hingga program yang ditawarkan. Selanjutnya, kamu bisa menilai dari kampanye yang mereka lakukan.
“Jangan pilih partai A!" "Partai X oke banget!”. Kamu harus punya alasan yang jelas untuk pendapat seperti itu. Kami percaya setiap orang punya pertimbangan tersendiri, kok. Pastikan saja kamu melakukan riset alias mencari tahu terlebih dahulu, dan bukan memilih tanpa dasar.
Di sini lah kemampuan berpikir kritis dan literasi sangat diperlukan, terutama pada poin 2 dan 3 ini. Jadi, jika mendapatkan informasi, pastikan kamu mengerti benar info tersebut. Kalau belum mengerti, cari tahu lebih lanjut. Kamu pun harus kritis, jangan “memakan” semua yang dibaca/didengar. Apalagi kalau hanya baca judul. Yaelah! Kritisi informasi yang kamu terima, apakah sudah berimbang, sejauh mana informasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan, apakah memuat bias, dan lain sebagainya. Misalnya, tentu saja, kedudukan postingan pemikiran di media sosial dan kultwit dari netizen berbeda banget dengan riset ilmiah atau informasi formal dari lembaga negara.
4. Hormati pilihan orang lain
Sama seperti kamu, orang lain punya hak buat memilih. Mereka pun punya pertimbangan tersendiri atas pilihannya. Makanya, kamu nggak bisa memaksakan pilihanmu pada orang lain. Nggak perlu juga menyindir dan menyudutkan teman-teman yang berseberangan pilihan denganmu. Wajar dong, kalau beda-beda, judulnya aja “pemilihan”. Kalau mau samaan semua, ya nggak usah menggelar pemilu segala, bikin aja seragam. Yekan?
Berdiskusi atau bertukar pendapat, sah-sah aja. Tapi kalau sampai debat kusir, rasanya nggak bakal ada output yang positif juga untuk dirimu, apalagi buat bangsa dan negara.
DON'T
1. Pesimis dan cuek
“Alaaah, politik nggak ada yang benar!”
“Ngapain juga saya milih, nggak ada pengaruhnya.”
“Nggak tertarik politik. Di hari pemilu kayaknya mau liburan aja.”
Sikap pesimis, malas, ataupun nggak peduli kontraproduktif terhadap demokrasi. Bayangin aja, pemerintah udah menggelontorkan banyak uang rakyat untuk mengadakan pemilihan umum dan pemilihan presiden, tapi kamunya malah mangkir.
Terus terang, saya juga pernah mempertanyakan seberapa berartinya sih, suara saya dibandingkan puluhan juta yang lain. Kayaknya nggak ada pengaruh apa-apa, deh jika saya memilih ataupun tidak. Kalau semua anak muda hanya berpikiran seperti itu, yha kelar!
Memilih merupakan hak sekaligus kewajiban kamu sebagai warga negara. Suara kamu merupakan kontribusi untuk masa depan bangsa. Memang benar, satu suara saja nggak bisa menentukan dan memang benar juga sistem politik serta pelaksanaan pemilu di Indonesia masih belum ideal. Tapi setidaknya, kamu sudah berusaha berbuat sesuatu. Sebaliknya, pesimis, apatis, dan cuek nggak akan membawa kamu ke mana-mana.
2. Musuhan lantaran beda pilihan
Serius, banyaaaak banget orang yang berantem gara-gara beda pilihan politik. Mungkin awalnya hanya sekadar menuangkan pemikiran, trus terjadi perdebatan, perdebatan memanas, social media war, sampai saling menghapus pertemanan baik online maupun online. Kusedyh! Yang kayak begini sudah melenceng banget dari semangat pesta demokrasi. Setuju atau tidak setuju dengan pandangan dan pilihan orang lain boleh saja. Tapi nggak harus jadi berantem, kan?
Terlalu besar harga yang harus dibayar kalau maysarakat jadi terpecah lantaran pemilu. So, harapan ada di anak muda. Tunjukkan kalau kita tetap bisa bersatu, bekerja sama, dan bersaudara meskipun beda pandangan politik. Jangan niru “orang dewasa” yang rela gontok-gontokkan demi membela pilihannya.
3. Memperkeruh suasana.
Kamu punya hak untuk memilih, kamu punya hak untuk mengutarakan pendapat, kamu punya banyak media untuk mengekspresikan pemikiranmu. Nah, gunakan hal-hal tersebut dengan bijak. Nggak usah lah, menebar komen yang provokatif, berita yang belum pasti kebenarannya, kata-kata kasar, serta hobi menjelek-jelekkan calon lawan. Kritik sih, boleh. Tapi kalau terus-terusan mengungkit kekuraangan dan kelemahan lawan orang jadi bertanya-tanya: memangnya calon yang kamu dukung nggak punya kelebihan ya, sampai kamu fokus menyerang lawan? Hehehe…
Saya juga mau menegaskan lagi soal kata-kata kasar yang digunakan dalam dukung-dukungan politik di medsos. Menurut saya, dalam dunia kerja serta bisnis, preferensi politik kamu nggak berpengaruh. Dengan kata lain, bebas aja mendukung A, B, C, dan seterusnya. AKAN TETAPI, cara kamu mengekspresikannya bisa menentukan nasib kariermu. Nggak main-main postingan kasar dan memuat kebencian bisa bikin kamu dicoret dari list kandidat karyawan.
4. Nggak terima saat kalah
Kalah dan menang merupakan bagian dari demokrasi. Kalau kamu nggak terima saat kalah, dan malah menyalahkan pemilih yang menang, ya sama aja kamu nggak demokratis. Walau bukan pilihanmu, siapapun yang menang harus dihormati dan didukung sebagai presiden dan wapres atau wakil rakyat.
Selamat menyambut tahun politik, kawan!
(sumber gambar: ideas.ted.com, kpud-jambiprov.go.id)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus