Fenomena “Mafia Akun Hater” di Media Sosial—Gara-Gara Benci Atau Gara-Gara Uang, Sih?

Gaes, per hari ini, ada banyak sekali hate accounts alias akun hater di media sosial. Mulai dari akun hater untuk selebgram, sampai untuk selebritis seperti Ayu TingTing, Mulan Jameela, Farhat Abbas, sampai Bella Shofie.

Di Indonesia, jumlah akun hater sangatlah banyak. Jumlahnya puluhan. Malah jangan-jangan ratusan.

Kenapa, ya? Apa orang Indonesia sebegitu penuh dengan kebencian?

Sebenarnya nggak semua. Sebagian akun tersebut dibuat bukan karena kebencian, tetapi karena uang.

Wait, maksudnya gimana?

1. Sebuah akun hater bisa aja sengaja dibuat sendiri oleh seleb yang bersangkutan. Tujuannya? Supaya dia makin beken, dong. People love drama! Tengok penjelasan Agung Hapsah berikut ini:

2. Sebuah akun hater juga bisa dibuat untuk cari uang. Hate accounts di media sosial banyak yang dibisniskan, lho, dan hal ini sebenarnya sudah jadi rahasia umum.

Kita ambil contoh dari Instagram.

Di Instagram, siapa saja bisa membuat akun hater. Dia tinggal memilih targetnya—biasanya selebriti atau selebgram yang memang sudah kontroversial—lalu membuat akun yang bernama provokatif, misalnya “BellaShofie__Hater” atau “AyuTingTing_Jablay” (ini misalnya, ya). Profilnya juga nggak boleh kalah provokatif dong, ya, supaya mengundang rasa penasaran.

Setelah itu, dia tinggal mem-post foto-foto yang menjelek-jelekan targetnya, lengkap dengan caption yang penuh fitnah dan nggak berbasis.

Fotonya bisa berupa foto-foto “jelek” si target, foto-foto yang mengundang gosip, foto-foto chatting antara si admin dengan berbagai “narasumber” (“Eh Min, kemarin aku baru lihat si A selingkuh sama si B, lho. Lagi ciuman di bioskop X…”), dan sebagainya.

Foto-fotonya bisa saja asli (dikumpulkan dari berbagai sumber), atau hasil rekayasa alias editan. Fitnah banget, dong? Yup! Yang pasti mereka bakal berusaha menggiring opini publik.

Nah, akun-akun hater begini biasanya akan mendapatkan follower yang sangat banyak dengan sangat cepat. Kenapa? Karena pada dasarnya, manusia memang suka dengan hal-hal yang kontroversial.

Sehingga belum tentu followers hate accounts tersebut benar-benar benci dengan target akun tersebut.

Misalnya, nggak semua followers akun hater-nya Awkarin benar-benar benci dengan Karin Novilda. Ada yang biasa-biasa aja. Ada yang nggak kenal sama sekali. Orang-orang yang begitu cuma ingin nonton kontroversi dan perang komen di akun hater tersebut.

Nah, ketika akun hater tersebut sudah punya follower yang sangat banyak, maka akunnya akan… dijual.

Jadi, akun tersebut dikosongkan dulu (postingannya dihapus semua), lalu namanya diganti. Followers-nya? Tetap “dipelihara”, dong.

Akunnya dijual ke siapa? Siapapun yang ingin punya akun dengan follower banyak. Pemilik online shop kek, jasa jual follower kek. Harga jualnya juga variatif.

Bahkan ada sekelompok orang yang bertindak semacam “agency”. Kerjaan mereka adalah memantau, siapa aja selebritis atau selebgram yang sedang heboh, lalu mereka akan buat akun hater-nya (lalu ujung-ujungnya akun tersebut atau followers-nya dijual).

Mereka juga bisa membuat banyaaaak sekali akun palsu atau akun bodong, untuk berbagai kepentingan.

3. Nggak semua akun hater dibuat dengan tujuan “bisnis”. Ada akun hater yang awalnya dibuat karena adminnya memang nggak suka dengan seleb/orang yang bersangkutan.

Bahkan ada admin-admin akun hater yang konsisten menjaga loyalitas follower-nya—atau konsisten menebar kebencian?—dengan cara rutin bagi-bagi pulsa untuk para follower-nya. Dengan syarat, si follower harus sering-sering meninggalkan hate comment di akun seleb/orang yang bersangkutan.

Wow!

Selain bisnis jual-beli akun, ada juga pihak-pihak yang benar-benar menjual jasa menyebarkan kebencian, seperti ini.

***

Jadi akar permasalahan dari cyber-bullying, tuh, kebencian atau uang, sih? Jangan-jangan memang karena uang, ya.

Yang pasti cyber-bullying sudah jadi “penyakit” yang dianggap serius, sampai-sampai Rabu, 3 Agustus kemarin, Mabes Polri menggelar rapat koordinasi di Bareskrim, dengan perwakilan Twitter, Facebook, Google, pihak Kemeninfo, Kasubdit Cyber Crime, dan seluruh penyidik Cyber Crime.

Pertemuan ini dipimpin Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Polisi Agung Setya.

Kata Pak Agung, agenda rapat ini adalah membahas soal penyebaran fitnah, kebencian, provokasi, dan pornografi di medsos. Pak Agung juga menghimbau para perwakilan medsos ini untuk aktif memelihara ketertiban di dunia maya.

Menurut Pak Agung, hal ini penting dilakukan, karena belakangan ini medsos makin banjir dengan hate speech.

Kesimpulannya, akan dibuat suatu forum atau komunitas yang akan menyebarkan pesan damai sehingga dapat mencegah isu-isu negatif yang menjadi viral di media sosial.

Sayangnya, maksud dari “menyebarkan pesan damai” ini nggak dijabarkan dengan jelas. Apakah komunitas ini tiba-tiba akan muncul di akun medsosnya Bella Shofie trus bilang “Damaaai, damaaai!” di antara ribuan hate comments tersebut? Kayaknya nggak mungkin, ya.

Akan dibuat juga MoU antara Bareskrim Polri dengan penyelenggara media sosial untuk mengeliminasi akun-akun penyebar isu negatif, sekaligus membantu membuka data identitas pelaku terkait.

Nanti medsos juga akan menyediakan “channel khusus” untuk pemerintah, “Sehingga penegak hukum dapat menerima informasi terkait siapa pemilik/yang menggunakan akun tersebut,” tegas Pak Agung.

Dengan kata lain, kalau ada akun-akun yang provokatif di medsos, Bareskrim Polri bakal diberi akses untuk membuka identitas adminnya.

"… pelaku penyebar isu negatif dapat diancam dengan sanksi pidana 6 tahun dan denda satu miliar rupiah, sebagaimana yang diatur dalam UU Informasi dan Transaksi Elektronik," kata Pak Agung. Nah, lho!

***

Sebenarnya, sebelum pertemuan kemarin ini, sudah banyak pihak yang melaporkan hate comments atau hate accounts ke polisi, karena mereka sudah merasa “gerah”.

Contohnya, bulan April lalu, Menpora Imam Nahrawi melaporkan Bayu Purnomo alias @Bayu26061995, karena telah menghina-hina, bahkan mengeluarkan kalimat ancaman pembunuhan kepada Pak Imam lewat Twitter. Nggak tanggung-tanggung, Bayu yang masih bersekolah ini sempat digerebek dan ditangkap polisi di rumahnya di Samarinda.

Karena Bayu dan ibunya membuat pernyataan maaf langsung, Pak Imam pun mencabut laporannya. Makanya, gimanapun juga, “kebebasan berbicara” ‘kan ada aturan dan etikanya.

Banyak juga selebriti yang melaporkan tindakan akun hater seperti Deddy Corbuzier, Mulan Jameela, sampai Karin Novilda (yang katanya bakal memenjarakan haters-nya, meski sampai sekarang belum ada update-nya).

Jadi dari dulu pun, polisi gampang, kok, membuka identitas admin akun-akun hater. Dan kalau ancamannya nyata, admin akun-akun tersebut juga bisa “digrebek”.

Cuma dengan adanya pertemuan antara Bareskrim dengan pihak-pihak medsos kemarin ini, akses untuk membongkar akun haters bakal lebih gampang, deh.

***

Saya ingat banget saat zaman purba dulu kala, saat Instagram baru muncul. Ketika online shop pertama muncul di Instagram, banyak orang marah-marah, "Ngapain, sih, jualan di medsos?!" begitu kata kita.

Nggak nyangka, di 2016 ini, menghasilkan uang di media sosial sampai perlu menjatuhkan orang lain begini.

Nggak hanya di Instagram, di media sosial lain seperti Twitter dan LINE pun sekarang sudah gampang banget beli followers.

Saya ngerti, kok, mem-follow akun-akun gosip dan kontroversial memang seru. Tapi buat apa juga lah, sob? Selain karena beritanya seringkali rekayasa, suatu hari nanti—apalagi kalau identitas adminnya mulai terbongkar—akunnya juga akan dijual, kok.

Si admin dapat duit, kamu cuma dapat dosa ngegosip!

(sumber gambar: technewstoday.com, detik.com, instagram.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 10 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 21 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1