5 Bentuk Pelanggaran HAM yang Sering Terjadi di Keluarga

Gaes, kamu tahu nggak, sih? Kalau pada tanggal 10 Desember kemarin, diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia. Peringatan HAM berasal dari rasa tak puas sejumlah pihak akibat perampasan hak dan kebebasan manusia karena kepentingan tertentu—terutama di negara-negara besar. Akhirnya, pada 10 November 1948, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencetuskan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia di Paris, Perancis. Berasal dari gebrakan tersebut, barulah pada tahun 1950 mulai diperingati secara rutin setiap tahunnya sebagai Hari HAM.

Dilansir dari situs Persatuan Bangsa Bangsa, HAM sendiri adalah hak yang melekat pada semua manusia, tanpa memandang ras, jenis kelamin, kebangsaan, etnis, bahasa, agama, atau status lainnya. Hak ini bersifat mengikat kepada setiap manusia untuk saling menghargai dan menghormati hak asasi manusia lainnya.

Kalau bicara soal HAM, kamu pasti bakal mikir gini, deh. “Ngapain, sih, anak muda mesti ngomongin HAM. Kita, ‘kan, bukan mahasiswa hukum.”

Well, HAM bukan hanya jadi urusan para mahasiswa hukum, aktivis kemanusiaan, atau pejabat pemerintahan saja, gaes. HAM sudah menjadi urusan kita semua. Soalnya, pelanggaran HAM bisa menimpa dan dilakukan oleh siapapun, termasuk di lingkungan keluarga kita sendiri.

Nah, di bawah berikut ini adalah bentuk pelanggaran HAM di keluarga yang masih jarang disadari oleh kita semua. Penasaran apa saja? Cekidot!

1. Orang tua yang bersikap otoriter

Bentuk pelanggaran HAM pertama dalam keluarga yang masih jarang disadari oleh kita semua adalah orang tua yang bersikap otoriter. Memangnya sikap otoriter itu gimana, sih?

Ciri-ciri orang tua yang otoriter adalah bersikap dingin dan nggak menunjukkan sikap hangat terhadap anak, banyak menuntut tanpa adanya kompromi, banyak menerapkan hukuman jika anak melakukan kesalahan (tanpa mau mendengarkan penjelasan terlebih dahulu), serta terlalu mengontrol anak karena ekspetasi mereka yang terlalu tinggi.

Nah, dari ciri-ciri tersebut, kamu sudah tahu, ‘kan, kenapa sikap otoriter orang tua dalam mengasuh anak termasuk bentuk pelanggaran HAM. Yap, bener banget! Sebab, HAM itu melekat pada diri setiap manusia sejak dia dilahirkan dan salah satu bentuknya adalah hak untuk hidup bebas.

Jadi, bisa dikatakan anak usia berapa pun sudah memiliki hak untuk hidup bebas. Selama yang dia lakukan nggak membahayakan atau merugikan diri sendiri dan orang di sekitarnya, orang tua nggak berhak untuk selalu mengatur anak agar sesuai keinginan mereka.

2. Orang tua yang selalu memaksakan keinginannya

“Kamu harus jadi polisi. Lihat itu! Kakek, om, pakdhe, mas-mas mu jadi polisi semua. Mau ditaruh mana muka bapak kalau kamu cuma jadi karyawan startup.”

“Aku sebenarnya masuk program studi keguruan karena disuruh ibu. Ibu dulu pengin jadi guru, tapi nggak ada biaya buat kuliah. Padahal aku pingin kuliahnya di program studi ekonomi.”

Sering menemukan kejadian seperti di atas? Atau malah justru kamu sedang mengalaminya sendiri?

Yap! Saya yakin sekali, orang tua yang selalu memaksakan keinginannya kepada anaknya masih sering terjadi. Orang tua kadang selalu memaksa anaknya buat sekolah di SMA/SMK, masuk kelas bahasa/IPA/IPS, harus kuliah di universitas mana, mengambil program studi apa, dipaksa untuk bekerja di perusahaan mana dan profesi apa, bahkan memaksa dalam perihal jodoh.

To be honest, orang tua yang selalu memaksakan keinginannya juga termasuk dalam kategori orang tua yang otoriter. Dan tindakan ini harusnya dihindari. Soalnya, seorang anak berhak untuk menuntut ilmu dan membekali dirinya dengan berbagai keterampilan yang mereka miliki serta melalui jenjang pendidikan yang benar-benar sesuai. Selain itu, ilmu pengethauan dan keterampilan juga sangat penting bagi kehidupan sang anak karena pendidikan yang tepat akan mempengaruhi pola pikir, ketahanan mental, dan ekonomi mereka di masa depan.

3. Larangan berpendapat

Saat orang tua mu menuntut ini itu, kamu pernah nggak, sih, mengungkapkan pendapat atau keinginanmu? Trus, gimana reaksi orang tua mu? Apakah mereka mau menerima pendapatmu atau justru kamu disuruh diam dan nggak boleh berpendapat lagi?

Well, kalau iya, itu sudah termasuk bentuk pelanggaran HAM, lho, gaes. Sebab, salah satu hakmu sebagai manusia adalah bebas berpendapat.

Trus, kalau ada anak yang takut bersuara itu apa penyebabnya?  Di dalam kehidupan berkeluarga, biasanya seorang anak merasa terancam dan takut mengemukakan pendapat karena pernah dibentak, dihakimi, disindir, dilarang, dan lain sebagainya.

4. Diskriminasi pada anggota keluarga

Pernah nggak kamu merasa dibeda-bedakan dengan saudaramu di dalam keluarga? Misalnya, orang tuamu lebih banyak memperhatikan dan menuruti segala keinginan kakak atau adikmu karena mereka lebih pintar. Tapi, kalau ke kamu, sikap mereka bisa berbeda 180 derajat—kamu lebih sering dimarahin dan disalah-salahkan, padahal kamu cuma melakukan kesalahan kecil. dan minim berinteraksi denganmu.

Well, tindakan membeda-bedakan atau diskiriminasi ini juga termasuk pelanggaran HAM. Soalnya, dampak dari diskriminasi juga cukup fatal. Seseorang yang sering dibeda-bedakan akan merasa diperlakukan nggak adil dan melukai kebebasan hidupnya. Bahkan nggak jarang orang yang sering mendapatkan perlakuan diskriminasi dari orang lain, akan merasa stres hingga menyebabkan bunuh diri.

5. Kekerasan dalam rumah tangga a.k.a KDRT

Kamu sering dipukuli oleh ayahmu saat melakukan kesalahan? Well, kalau yang satu itu sudah sangat jelas, ayahmu sudah melakukan kekerasan dalam rumah tangga alias KDRT. Dan KDRT adalah bentuk pelanggaran HAM yang cukup berat dalam kehidupan berkeluarga.

Nggak cuma kekerasan fisik, as you know, KDRT juga bisa berbentuk kekerasan verbal dan tindakan lain yang melukai perasaan. Selain itu, KDRT bisa saja dilakukan oleh ayah, ibu, kakak maupun adik.

***

Jadi, gimana, gaes? Sadarkah kamu kalau 5 hal di atas masih banyak terjadi di sekitar kita? Kalau kamu melihat pelanggaran-pelanggaran tersebut atau justru sedang mengalaminya sendiri. Jangan sungkan untuk meminta bantuan dari pihak ketiga, ya. Pihak ketiga ini bisa berasal dari siapa saja. Mulai dari keluarga terdekat, teman, guru, tetangga, psikolog, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Yuk, ikut aktif memberantas pelanggaran HAM dari bentuk yang paling sederhana mulai dari sekarang.

 

Baca juga:

 

(Sumber gambar: psychologenie.com, steemit.com, creativereview.co.uk)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 17 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 28 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1