Ceramah Ibu Sri Mulyani Indrawati Di Kampus UI: Internet Nggak Selalu Membuka Wawasan
- Jul 28, 2016
- Laila Achmad
Di tengah kehebohan reshuffle kabinet menteri hari ini, ada beberapa nama, nih, yang paling diomongin.
Misalnya, rata-rata orang pada sedih karena Pak Anies Baswedan yang inspiring harus meninggalkan jabatannya sebagai Mendikbud. Namun banyak orang yang excited karena Ibu Sri Mulyani Indrawati kembali menjabat sebagai Menteri Perekenomian.
Yaaasss, this genius, fierce, powerful lady is back on the cabinet! Menteri Keuangan di era pemerintahan SBY ini adalah Managing Director dan Chief Operating Bank Dunia lho, gaes, sebelum menerima tawaran Pak Jokowi untuk balik jadi menteri. That is a super big deal.
Semoga perekonomian Indonesia jadi lebih terangkat dibawah Ibu Sri, ya.
Kebetulan hari Selasa (26/7) lalu, Ibu Sri memberikan ceramah kepada para mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok. Tema kuliah umum beliau adalah 'Yang Muda Yang Beraksi: Peranan Pemuda dalam Mensukseskan Pembangunan Berkelanjutan yang Inklusif'.
Ada banyak poin menarik dan fakta penting dalam ceramah beliau (teks lengkapnya bisa kamu baca di sini), tetapi saya mau sharing salah satu poin beliau yang saya suka aja, yaitu tentang pola pikir masyakarat dan integritas seorang pemimpin.
***
Bagi Ibu Sri, Indonesia itu sebenarnya sangat melek Internet. Sekarang ini, ada lebih dari 50 juta pengguna Twitter di Indonesia, dan Jakarta disebut sebagai kota pengguna Twitter teraktif di dunia.
Ironisnya, melimpahnya informasi lewat Internet ini nggak otomatis membuka pikiran dan wawasan orang Indonesia.
Malah, kalau kata Ibu Sri, ada kecenderungan wawasan masyarakat Indonesia makin sempit. Orang-orang pada hobi banget berasumsi, judging dan melakukan stereotype dalam menilai suatu masalah, tanpa menganalisanya lebih dalam. Kamu setuju nggak, sob? Saya, sih, setuju banget *lirik orang-orang yang pada berantem ngotot-ngototan di medsos*
Kalau nggak suka sama suatu informasi, kita juga hobi nyuekkin informasi tersebut. Nggak dibaca atau didengarkan. Dengan kata lain, kita hanya mau membaca informasi yang sesuai dengan pandangan kita. Akibatnya, sekarang ini, diskusi yang seimbang dan obyektif semakin jarang terjadi. Ketika perekenomian SELURUH DUNIA lagi rapuh gini, masyarakat malah jadi cenderung terpecah. Ingat Brexit?
But at least, sekarang ini semakin banyak generasi muda Indonesia yang semangat sekolah di tingkat pasca sarjana alias S2, termasuk di luar negeri.
Tahun lalu, ada sekitar 4.500 mahasiswa sarjana dan pasca sarjana mendapat beasiswa LPDP untuk belajar di luar negeri dan di Indonesia. Ibu Sri senang banget dengan hal ini, karena dengan berkuliah S2 di luar kota atau di luar negeri—dengan beasiswa pula—anak muda nggak hanya bisa mendalami pengetahuan, tetapi juga merasakan lingkungan baru dan masyarakatnya yang asing. Hal ini bakal membuat mereka menghargai perbedaan dan kemajemukan.
Di akhir ceramahnya, Ibu Sri juga memberikan petuah yang nggak kalah golden tentang kepemimpinan.
“… Tidak kalah penting, tunjukkan empati kita. Perhatikan dan jaga perasaan, harga diri dan pikiran orang-orang yang berinteraksi dengan kita, terutama mereka yang tidak sepaham dan sehaluan. Ini terutama penting pada saat kita memiliki misi untuk melakukan perubahan guna mencapai perbaikan…”
Memang, bagi Ibu Sri, integritas—alias sikap jujur dan berprinsip moral kuat—adalah hal yang super duper penting. Menurut beliau, pemimpin yang berintegritas baru bisa akan membuat perubahan yang baik dan hasil yang lebih langgeng.
Pemimpin yang berintegritas bukan pemimpin yang selalu bikin semua pihak senang, lho. Kalau yang begitu, sih, biasanya pemimpin yang nggak punya pendirian!
Jadi pemimpin itu nggak gampang. Kata Ibu Sri, saat harus membuat kebijakan publik, seorang pemimpin sering dihadapkan pada pilihan sulit. Pilihan yang harus ia ambil seringkali nggak populer (alias nggak bisa memuaskan bikin banyak pihak) yang bahkan bukan alternatif terbaik.
Tetapi seorang pemimpin WAJIB membuat keputusan yang hanya untuk kebaikan masyarakat dan nggak mengandung konflik kepentingan, dengan analisa yang cermat dan teliti. Walaupun keputusannya sulit dan nggak disukai banyak masyarakat, kalau memang demi yang terbaik, seorang pemimpin harus menjalankan keputusan tersebut.
Kata Ibu Sri,
“Kadang tidak semua orang akan mengapresiasi keputusan yang kita buat. Bisa jadi ada orang yang salah paham terhadap tindakan kita. Dan bahkan keberhasilan sering datang lama setelah kita meninggalkan jabatan kita.
Jangan putus asa. Tetap bertindak dengan integritas, jujur, adil, rendah hati, dan selalu menghormati martabat orang lain. Sikap itu akan membawa kepada ketentraman abadi.
Di mana pun anda nantinya berkarya, baik di pemerintahan, perusahaan swasta, atau LSM, dan apakah kita berada di tingkat pemula, profesional menengah, atau posisi eksekutif, tidak ada kompromi dalam menjaga integritas dan harga diri kita.”
Welcome back, Ibu Sri Mulyani Indrawati!
Baca juga:
- Gimana sih, Anies Baswedan Zaman Remaja?
- Sepintar Apapun Kamu, Ternyata Kamu Nggak Ada Apa-Apanya Tanpa…
(sumber gambar: youtube.com, reuters.com, pixteller.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus