Jangan Mendukung Teroris, Hai Anak Muda Indonesia!
- Jan 15, 2016
- Fatimah Ibtisam
Yakin, deh, anak muda Indonesia nggak ada yang mau mendukung teroris. Justru saya percaya, kamu pasti mengecam segala bentuk aksi teror dan ingin menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Ya ‘kan?
Sayang, di zaman Internet begini, tindakan dan reaksi kita malah kadang turut menebar teror, termasuk saat terjadi aksi teror seperti pengeboman di negara kita.
Supaya nggak kejadian begitu, perhatikan tindakan yang PANTANG kamu lakukan berikut ini, ya gaes!
1. Menyebar info yang belum jelas dan bikin panik
“Pemboman terjadi di titik A, B, C dan kota D.”
“Penembak dengan motor berkeliaran dan menembaki kota.”
“Hati-hati, jangan keluar rumah minggu-minggu ini karena akan ada serangan E, F, G. Copas dari grup sebelah, nih!”
Info-info seperti di atas nggak perlu kamu sebar, lah, sob. Kenapa? Karena dua alasan utama:
a. Kebenarannya nggak jelas, dan malah banyak yang hoax.
b. Berpotensi menciptakan teror baru dengan bikin orang-orang panik.
“Maksudnya ‘kan, untuk berjaga-jaga dan biar pada waspada, Kak!”
Niatnya, sih, bagus. Tapi cara, isi, dan penyebaran infonya perlu diperhatiin, sob! Cek dan klarifikasi dulu infonya. Trus, daripada cuma nafsu menyebar info bombastis, lebih baik fokus ke cara supaya teman-teman dan keluarga kamu beneran aman saat terjadi aksi teror.
Misalnya, cek keadaan teman dan keluarga. Apakah mereka berada di tempat yang aman? Trus, berikan mereka informasi tentang akses jalan atau kendaraan yang bisa digunakan.
Kalau kamu mengirim info yang simpang siur, kamu justru bikin keadaan makin nggak aman.
2. Menyebar foto dan video yang provokatif dan nggak etis
Dalam setiap tragedi, jangan pernah menyebar foto serta video siapapun—bahkan foto atau video pelaku sekalipun—yang sedang terluka parah, melakukan atau terkena tindakan sadis, atau sedang nggak memakai busana yang proper.
Kenapa, sih?
Pertama, karena yang gambar yang kamu sebar bisa aja dilihat anak di bawah umur, orang yang sangat sensitif dengan foto kekerasan, atau malah kerabat atau keluarga korban.
Kedua, karena tindakan tersebut melanggar etika penyebaran foto dan video.
“Tapi ‘kan media massa juga banyak yang nyebarin?”
Iya, tapi kalau media massa berlaku nggak etis, bukan berarti kamu boleh ikut-ikutan. Jangan bikin foto atau video tersebut tambah viral, gaes!
Ketiga, karena foto atau video tersebut nggak ada manfaatnya. Cuma bikin orang tambah panik! Kalau kata Pak Ustad, tindakan ini lebih banyak mudarotnya, gaes, dibanding kebaikannya.
Keempat, karena semakin viral foto atau video tersebut, teroris akan semakin bangga terhadap “prestasi”-nya. Jangan sampe, deh, kamu ngasih angin untuk para teroris!
Kelima, karena foto atau video yang kamu sebar belum tentu akurat sesuai berita sebenarnya. Bisa aja foto atau video itu ternyata fake, berasal dari kejadian lain, bahkan berasal dari film! Udah meresahkan, menyesatkan pula!
3. Bikin jokes
Nggak perlu, ah, membuat dan menyebarkan jokes yang berkaitan dengan kejadian tragis atau teror. Mungkin niatnya untuk meredakan ketegangan, tapi nggak semua orang bisa menerima candaan tersebut. Apalagi isunya sensitif dan menjatuhkan korban. Masa nyawa orang dijadikan jokes?
4. Menuduh dan menyangka. Kamu bukan polisi, sob!
“Ini dia, nih, pelakunya!” *send picture to all* Eh, taunya foto yang kamu sebar itu foto polisi! Tetot!.
“Pasti pelakunya si Z!”
“Bukan! Ini konspirasi X!”
Duuh, tuding-menuding atau tuduh-menuduh, tuh, nggak perlu banget, deh. Lagian kamu juga nggak punya data yang cukup banyak atau cukup valid untuk dibuat kesimpulan sendiri. Kebanyakan orang yang hobi bikin kesimpulan itu cuma karena dengar sekilas info kanan-kiri. Infonya sepotong-sepotong dan subjektif pula!
Kalau kamu memang punya bukti yang bisa membantu polisi menemukan pelakunya, ya silakan diserahkan ke pihak yang berwajib. Kalau nggak, segala teori dan tuduhan kamu—maaf-maaf aja, nih—nggak guna! Hati-hati malah menimbulkan fitnah. Ingat, lebih baik fitness daripada fitnah!
Aparat kepolisian menumpas ancaman teror. Ayo, kita dukung dengan nggak menyebar info yang simpang siur!
5. Menciptakan perang baru
Kzl sama orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan di atas (menyebar foto sadis, membuat tuduhan, bikin jokes, dsb), trus kamu komen atau marah-marah di medsos? Selamat! Berarti kamu sudah ikut mendukung aksi teror.
Tujuan dari aksi teror memanglah memecah belah, bikin rusuh, dan bikin suasana nggak kondusif, Dengan berdebat kusir atau perang komen di medsos, kamu malah bikin teroris makin happy.
Kalau memang ada posting-an atau pesan yang bikin kamu nggak nyaman, bilang baik-baik ke orang yang mengirimnya. Bilangnya secara private aja ya, gaes, jangan secara publik di medsos atau chat group. Prinsipnya, saling mengingatkan dan membantu aja, deh. Jangan saling nge-judge dan ngejatuhin.
6. Share semua berita
Zaman sekarang, berita dan informasi, tuh, ada banyaaaaak banget! Kamu harus pintar-pintar memilah mana berita yang penting untuk kamu baca dan share. Prinsipnya, “saring before sharing”. Selain yang akurat, kamu juga harus memilih informasi yang nggak menebar kebencian, prasangka, atau lebay.
Mungkin kelihatannya gampang, ya, tapi nggak juga, lho, mengingat sekarang ini ada banyak media besar yang sembarangan dalam bikin berita. Misalnya, dengan memasang judul bombastis dan provokatif hanya demi memancing pembaca. Bikin situasi makin keruh, deh!
Kamu harus cerdas, bijaksana dan punya niat baik buat menentukan mana berita yang patut disebar dan yang mana yang nggak.
7. Posting dukungan dan hashtag
Ini dia, nih, yang bikin galau. Menyangkut aksi teror, ada yang bilang jangan posting tagar alias hashtag tertentu, seperti #kamitidaktakut karena bisa bikin negara keliatan lemah dan rupiah anjlok. Jadi bingung, lah ya!
Menurut saya, nasehat “jika nggak bisa mengatakan sesuatu yang bermanfaat, lebih baik diam” itu ada benarnya.
Kalau kamu berpotensi melakukan enam hal di atas saat posting sesuatu, mendingan nggak usah posting atau komen sekalian.
Tapi kalau mau komen atau bikin hashtag, bikin yang bermanfaat atau bikin masyarakat kompak dan kuat. Menurut saya, kata-kata atau hashtag seperti “Indonesia Bersatu”, “Menolak Aksi Teror” lebih bermanfaat daripada “Indonesia dalam Teror”. Yekan?
8. Menyebarkan posting yang sama berulang-ulang
Kalau sudah ada 1,311 pesan dan info yang sama tersebar di grup chat atau medsos kamu, nggak perlu kamu sebarkan juga, lah! Bisa penuuuh timeline dan conversation di handphone kamu. Trus handphone-nya nge-hang. Zzzzz!
***
Kalau kamu pernah melakukan hal-hal di atas—terutama menyebarkan info yang nggak benar atau nggak etis—jangan ragu untuk meralat, klarifikasi dan minta maaf, sob. Trus, move on dan nggak mengulanginya.
Stay smart and stay safe, friends!
(sumber gambar: cdn.skim.gs, www.liputan6.com, www.republika.co.id, antara/M Agung Rajasa, www.themostimportantnews.com, www.snopes.com)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus