7 Miskonsepsi Tentang Entrepreneur

Oleh Fella Rossy Widjojo

Walaupun sudah sering disebut dimana-mana, sebenarnya kamu sudah tahu belum, sih, entrepreneurship itu sebenarnya apa? Beda, lho, dengan berdagang! Sederhananya, nih, pedagang hanya menjual produk dengan harga yang lebih tinggi dari harga beli. Sementara entrepreneur, selain berdagang, ia juga harus bisa melihat peluang, berani mengambil resiko, serta mengembangkan sebuah produk yang bisa menjadi solusi dari sebuah permasalahan.

Entrepreneur nggak cuma sekedar jualan, tetapi juga menciptakan inovasi dan memberikan value dalam produknya. Contohnya, Bu Siti membeli tas di pasar, dan menjualnya kembali di toko dengan harga yang lebih mahal. Itu namanya dagang. Lain halnya dengan Steve Jobs yang menciptakan ponsel iPhone dengan berbagai inovasi pada bentuk maupun fungsinya, lalu menjualnya. Nah, Steve Jobs bisa disebut dengan entrepreneur.

“Duh, tapi kayaknya nggak semua orang bisa jadi entrepreneur, deh. Kalau nggak punya modal, mana bisa? Lagian gue nggak ada keturunan entrepreneur. Pasti nggak bakat!” Kalau kamu punya pikiran seperti itu, kamu salah! Siapapun bisa jadi entrepreneur, kok.

Malahan, Youthmanual mau membeberkan 7 miskonsepsi atau mitos kebanyakan orang tentang entrepreneurship, supaya kamu nggak salah paham lagi. Pahami ya, gaes!

Miskonsepsi 1: Kemampuan entrepreneurship itu bawaan gen. Nggak bisa sembarang orang jadi entrepreneur

Entrepreneurship itu bukan datang dari gen! Nggak ada orang yang terlahir sebagai entrepreneur karena turunan keluarga. Untuk menjadi entrepreneur, semua orang harus melalui proses belajar dulu. Harus gagal dulu. Justru dari kegagalan, kamu akan belajar bagaimana caranya untuk sukses.

youthmanual - entrepreneur

Miskonsepsi 2: Hanya orang beruntung yang bisa sukses jadi entrepreneur

Ya enggak, lah. Seorang entrepreneur, tuh, harus menjalani proses yang panjang, lho, dari mulai fase merancang ide sampai mengeksekusi. Dan dimana-mana—bukan hanya di bidang entrepreneurship—nggak ada, tuh, yang namanya sukses karena beruntung. Kesuksesan datang dari usaha keras, sob.

Miskonsepsi 3: Kalau punya ide usaha, sssst… jangan bilang-bilang, supaya nggak dicuri orang!

Takut idemu dicuri orang? Wah, pemikiran yang salah banget, tuh. Kalau kamu punya gagasan, kamu justru harus sering-sering membaginya ke teman-teman, supaya mereka bisa kasih masukan, apakah idemu sudah oke atau belum. Kalau idemu disimpan sendiri, selamanya ide itu nggak akan jadi nyata. Percaya, deh.

Miskonsepsi 4:  Jadi entrepreneur sama aja dengan gambling

Entrepreneur nggak pernah mengambil tindakan spekulatif. Memang, entrepreneur harus berani mengambil resiko, karena seorang entrepreneur pasti akan selalu menghadapi yang namanya ketidak pastian. Tetapi bukan berarti entrepreneur nggak punya rencana sama sekali, ya. Seorang entrepreneur justru selalu punya rencana A, B, C dan seterusnya untuk mengantisipasi berbagai ketidakpastian.

youthmanual - entrepreneur

Miskonsepsi 5:  Kalau jadi entrepreneur, motivasinya pasti supaya jadi kaya raya

Entrepreneurship bukan money-oriented! Memang, entrepreneur pasti punya tujuan mendapat profit, tetapi sebenarnya, tujuan utama entrepreneurship bukanlah uang, melainkan menyampaikan value dari produk inovasinya. Malahan ada juga, lho, yang namanya social entrepreneur, yang sama sekali nggak mencari profit, tetapi hanya mengejar tujuan sosial semata. Yaaah… mirip-mirip Youthmanual, lah, yang bertujuan memberikan kemudahan akses informasi perguruan tinggi untuk kamu, tanpa minta biaya apapun, hehehe.

Miskonsepsi 6: Untuk menjadi entrepreneur, harus punya modal besar

Kamu nggak harus punya banyak uang dulu untuk bisa jadi entrepreneur. Kamu bisa aja, misalnya, pinjam modal awal dulu ke keluarga, teman dan kerabat. Tentunya nanti harus dikembalikan, ya. Selain itu, kamu juga bisa cari investor yang tertarik untuk membiayai bisnis kamu.

Miskonsepsi 7: Entrepreneur itu harus bisa “meramal” tren apa yang bakal booming kedepannya

Entrepreneur nggak bisa memprediksi masa depan. Yang bisa mereka lakukan adalah menciptakan masa depan. Seorang entrepreneur nggak membuat produk yang mengikuti tren. Justru sebaliknya, mereka membuat produk yang pada akhirnya ngetren dan booming.

***

Nah, sekarang sudah tahu ‘kan, entrepreneur itu seperti apa? Jadi ayo, keluarkan idemu, pelajari langkah-langkah untuk mengeksekusinya, lakukan, dan jangan menyerah. Cek juga pilihan kampus jurusan entrepreneurship di sini. Sukses ya, gaes!

(sumber gambar: www.entrepreneur.com, www.businessnewsdaily.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 1 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1