5 Hal yang Harus Kamu Tahu Sebelum Siap Menjadi Mahasiswa Jurusan Keperawatan

Gaes, ada yang berminat untuk mengambil studi Keperawatan setelah lulus SMA nanti?

Jurusan satu ini merupakan salah satu jurusan bidang kesehatan yang cukup populer. Selain prospek kerjanya yang sangat menjanjikan mengingat Indonesia masih sangat kekurangan tenaga kesehatan profesional, yang ngambil jurusan ini juga dicap sebagai “calon istri idaman” karena sifat perawat yang kudu lemah lembut dan mengayomi. Ihiy.

…Calon istri idaman? Jadi, cowok nggak bisa jadi perawat, dong?

Nah, daripada kamu kebanyakan denger informasi yang bikin salah kaprah, lebih baik kamu pahami dulu hal-hal yang harus kamu ketahui mengenai jurusan Keperawatan berikut ini sebelum kamu siap melanjutkan studi yang lebih tinggi.

1. Jadi perawat itu lebih dari sekadar gantiin infus pasien

1

Banyak banget yang menyepelekan profesi perawat karena embel-embel pekerjaannya sebagai “pembantu” dokter. Karena kerjaannya cuma “bantu-bantu”, jadi ya belajarnya paling nggak susah-susah amat, lah. Paling mentok sehari-hari tugasnya juga gantiin infus pasien. Atau paling nganterin pasien yang mau pindah ruang perawatan.

Padahal, ini salah besar!

Jadi seorang perawat itu jauh lebih sulit dan ribet dari yang kamu bayangin, lho. Ketika masih mahasiswa, calon perawat harus kuat pelajarin materi kuliah yang nyerempet dengan materi perkuliahan Ilmu Kedokteran. Pas lagi praktik lapangan alias dinas, harus kuat begadang ketika shift malam ataupun kerja lembur. Belum lagi nyusun laporan Askep (Asuhan Keperawatan) yang berlembar-lembar yang harus dikerjakan serapih mungkin dalam deadline yang ketat.

Kalau proses belajarnya seribet itu, pasti kebayang, ‘kan, apa aja yang bisa dilakukan perawat dalam menangani pasien? Jadi, semua itu dilakukan demi cita-cita menjadi perawat yang nggak tugasnya cuma gantiin infus pasien aja!

2. Mampu menyeimbangkan antara empati dan pengetahuan

Jadi orang yang peduli dengan sesama aja nggak cukup menjadi modal calon mahasiswa Keperawatan aja, lho. Selain soft skill, kamu juga nggak boleh melupakan penggunaan hard skill alias pengetahuan yang mumpuni untuk bisa menjadi perawat yang jempolan.

Perawat itu nggak bisa mengandalkan salah satu jenis skill aja untuk bisa menjalankan tugasnya. Selain membekali diri dengan ilmu-ilmu medis—mulai dari hafalan anatomi sampai praktik insersi alat-alat kesehatan, perawat harus memiliki rasa empati dan kepedulian untuk melayani pasien. Bayangin kalau seorang perawat cuma menguasai salah satunya. Bisa-bisa pasiennya nggak cepet pulih gara-gara salah penanganan atau nggak betah dirawat sama perawatnya. Duh!

Kalau kata Aryan Nugroho, mahasiswa Keperawatan Universitas Indonesia, belajar keperawatan itu memperkaya pengetahuan sains dan sosial sekaligus. “Di Keperawatan, gue belajar cara merawat diri sendiri, keluarga, dan orang lain baik sehat maupun sakit dan bagaimana cara bersikap dengan orang lain. Intinya, di Keperawatan, lo akan belajar menjadi orang yang lebih baik.”

3. Nggak bisa lepas dari kegiatan belajar kelompok

3

Serius, deh, gaes. Materi kuliah anak keperawatan itu banyak banget. Kalau belajarnya nggak dicicil, bisa-bisa susah survive di tiap semesternya.

Nah, inilah yang bikin mahasiswa keperawatan identik dengan kegiatan belajar kelompoknya yang legendaris. Saking banyaknya materi yang harus dipelajari, para calon perawat sering membagi-bagi bahan ajar ke porsi yang lebih kecil untuk dipelajari satu per satu secara berkelompok agar waktu belajar lebih efektif.

Pas zaman kuliah dulu, kebetulan kosan saya posisinya deket sama salah satu akademi keperawatan. Nah, pas menjelang akhir semester, mahasiswa-mahasiswa semester awal sering banget nyewa beberapa kamar di kosan yang saya huni cuma untuk belajar bareng selama beberapa hari untuk ngebahas seminar kasus. Totalitas banget, ya!

4. Personal hygiene adalah prioritas utama

Siapa bilang cuma mahasiswa jurusan “gaul” seperti Hukum dan Ekonomi aja yang bisa tampil kinclong dan perlente? Mahasiswa jurusan Keperawatan juga penampilannya juga dikenal dengan kekecean penampilan mereka, lho.

Nggak percaya? Mahasiswa Keperawatan kudu pakai seragam berwarna putih yang bikin mereka nggak boleh asal makan atau ngemper. Kalau mau praktek, nggak boleh sekonyong-konyong masuk ruangan sebelum mensterilkan tangan atau peralatan. Ini nggak lebay, kok. Emangnya kamu mau ditangani sama perawat yang urakan dan nggak bisa menjaga kebersihan?

Makanya, personal hygiene atau kebersihan diri harus mejadi prioritas utama kamu-kamu yang berminat mendalami ilmu Keperawatan. Apalagi ketika kamu sudah praktik di lapangan dan nanganin pasien dengan kondisi fisik dan yang beragam akibat penyakit yang diderita. Kalau kamu ngga bisa menjaga kebersihan dalam lingkungan kerja kamu yang steril, jangan harap kamu bisa lolos sertifikasi buat jadi perawat, deh.

5. Nggak harus cewek!

5

Ini, nih, stereotipe yang mesti dimusnahkan dari pikiran masyarakat yang masih awam dengan dunia keperawatan. Ciri khas keperawatan berupa empati dan rasa peduli yang seringkali diasosiasikan dengan sifat bawaan perempuan bikin jurusan satu ini dipandang “lucu” oleh jenis kelamin yang berlainan—apalagi jika sampai ada yang berminat untuk mendalaminya.

Lho, emang selama ini cowok-cowok nggak boleh peduli dan punya rasa empati?

Berdasarkan survei WHO di berbagai belahan dunia, perbandingan jumlah perawat berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan memiliki gap yang sangat besar, yaitu 9:1. Bahkan, di negara berpenduduk padat seperti Cina, jumlah perawat berjenis kelamin laki-laki hanya sekitar 100% dari populasi yang ada.

Padahal, hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa demand untuk perawat laki-laki semakin meningkat, terutama untuk diposisikan di Instalasi Gawat Darurat (IGD). Hal ini juga direspon positif bagi dunia medis dengan adanya representasi gender dalam ranah keperawatan. Trus, rate gaji perawat laki-laki juga lebih tinggi dari perawat perempuan, lho!

(sumber gambar: hrlegalist.com, telegraph.co.uk, nurse.com, rd.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 15 jam yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1