Kenapa Kita Harus Skeptis Kepada Media Online?
- Dec 24, 2015
- Dian Ismarani
Hari gini, arus informasi di media online, tuh, udah kayak air sungai Ciliwung di musim hujan, sob. Deraaaas! Nggak perlu mantengin media konvensional kayak koran atau TV, deh. Dengan ngintip media online di henfon aja, kita jadi bisa tahu kehebohan apa yang sedang terjadi di dunia. Today, media is very digital.
Menurut data terbaru dari We Are Social, pengguna internet aktif di seluruh dunia kini mencapai angka 3,17 miliar orang. Setiap tahun, jumlah pengguna internet ini tumbuh hingga 7,6 persen orang. Menurut laporan yang sama, pengguna media sosial aktif kini mencapai 2,2 miliar orang, sedangkan pengguna mobile Internet mencapai 3,7 miliar orang.
Tapi emangnya semua informasi yang kita baca di media online itu bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya? Bukan hoax? Jujur aja, nggak semua berita yang kita baca di media—terutama media online—itu akurat. Itulah kenapa, kita harus selalu SKEPTIS.
Skeptis, tuh, apaan sih? Skeptis adalah sikap nggak gampang percaya, ragu-ragu, atau nggak menerima segala informasi begitu aja.
Menurut Mas Wisnu Nugroho—editor Harian Kompas yang juga salah seorang pembicara Indonesia Youth Conference 2015 bulan lalu—skeptis adalah sikap yang pentiiiing banget untuk dimiliki semua orang, baik para konsumen maupun produsen media. Mas Wisnu yang sudah bekerja di bidang media selama 15 tahun ini bilang, beliau selalu skeptis saat liputan lapangan dan menulis berita di Harian Kompas. Dan menurut Mas Wisnu, sikap skeptisnya bikin beliau jadi jurnalis yang kredibel di era banjir informasi ini.
Bahkan sikap skeptisnya ini lah yang membuat Mas Wisnu dinilai sebagai wartawan paling kritis di kalangan istana pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Waktu itu, beliau banyak mengkritisi sikap dan pernyataan para pejabat pemerintahan kepada media. Karena Mas Wisnu rajin cross-check itulah, berita yang ditawarkannya menjadi sangat detail dan akurat.
Mas Wisnu menyarankan kita untuk selalu memeriksa ulang apapun yang kita baca. Misalnya, cross-check lewat Google. Pokoknya kita harus kritis! Karena kalau kita nggak kritis, kita akan menjadi “saluran ketidakbenaran informasi yang mengalir di negeri ini”, begitu kata Mas Wisnu. Dengan kata lain, kita bisa jadi ikutan nyebarin berita yang nggak akurat. Malu banget nggak, sih, kalau kita posting sesuatu, tapi ternyata datanya nggak benar? Itulah kenapa “think before you post” menjadi salah satu jargon feimes abad ini.
Padahal ya, sob, media bisa menjadi katalisator untuk pemerintah mengubah sistem-sistem bobrok yang belum sesuai dengan harapan masyarakat. Jadi sebetulnya, kita punya kekuatan untuk menciptakan atau menerima informasi yang bermanfaat bagi hidup.
Sikap skeptis harus kita miliki sejak muda, supaya kita terbiasa melatihnya. Apalagi kalau kita adalah mahasiswa komunikasi atau bercita-cita jadi wartawan. Nggak usah jauh-jauh, deh. Sebagai konsumen media online kayak sekarang aja, kita juga harus skeptis. Kenapa? Karena sikap skeptis penting banget untuk “menyelamatkan” kita dari derasnya arus informasi media online yang keakuratannya kadang meragukan.
Media online ‘kan nggak seperti media cetak ya, sob. Media cetak perlu proses akuntabilitas yang panjang sebelum ia dicetak dan diterbitkan, sedangkan media online lebih gampang diedit. Jadi kalau ada salah, tinggal diedit aja. Maka sebagai konsumen, kita perlu berhati-hati dalam memilih media online untuk dibaca-baca, apalagi untuk dipercaya.
Bayangkan kalau kita melihat gambar ini tanpa sikap skeptis:
Sikap skeptis juga bisa diterapkan di semua aspek kehidupan dan disiplin ilmu, lho. Artinya, meskipun kita bukan mahasiswa komunikasi, kita juga perlu banget punya sikap ini. Apalagi sebentar lagi kita bakal menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga arus informasi bakal semakin terbuka lebar. Jangan sampai kita naif dan menelan bulat-bulat semua hal, ah, sob!
(Sumber foto: Reuters, turner, monsite, gizmodo)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus