10 Ciri Pemimpin yang Buruk. Kalau Kamu Seorang Ketua Organisasi, Wajib Baca, Nih!

Halo, anak SMA! Sekolah kamu sudah menjalani masa pergantian OSIS di sekolah belum? Atau sedang dalam proses? Mungkin kamu termasuk calon anggota OSIS baru di tahun ajaran ini. Mungkin kamu malah salah satu kandidat ketuanya! Wow, sukses, ya.

Kalau kamu sedang menjalani proses menjadi ketua organisasi—entah itu ketua OSIS, ketua himpunan mahasiswa, atau ketua ekskul—kamu harus tahu bahwa kalau kamu terpilih menjadi ketua, BUKAN berarti kamu sudah sukses jadi pemimpin.

Bisa jadi pemimpin yang sukses, efektif, disegani, namun sekaligus disayang oleh anak-anak buahnya itu susah banget, lho! Jarang ada pemimpin yang sukses begini. Bahkan menurut sebuah survei perusahaan di Amerika, lebih dari 70% karyawan itu sebenarnya merasa nggak “konek”, bahkan nggak suka, terhadap bosnya, alias pemimpin mereka.

Meskipun begitu, kalau di depan si bos, mereka akan bersikap segan. Iya, dong, soalnya mereka takut dipecat. Padahal kalau bekerja sambil memendam perasaan nggak suka, pasti hasil kerjanya nggak bagus.

Nah, sebelum kamu jadi ketua atau pemimpin sebuah kelompok organisasi, kamu harus tahu dulu ciri-ciri pemimpin yang TIDAK baik.

Ciri-ciri ini juga perlu dibaca oleh kamu yang sudah menjabat sebagai seorang ketua. Kalau kira-kira kamu punya 10 ciri ini, wah, berarti kamu harus segera introspeksi, sob!

1. Kamu punya sikap yang kaku. Kamu sering bilang ke anak buahmu, “Cara kerja di sini memang begini! Kalo nggak suka, kamu keluar aja!”

Dengan kata lain, kamu nggak terbuka terhadap masukan dan perubahan. Padahal pemimpin yang hebat harus selalu mau berkembang, berubah, dan beradaptasi. Kalau kamu punya sikap begini, kamu nggak akan bisa mendekati anak buah atau anggota organisasi kamu.

2. Kamu sibuk berbaik hati, dan sibuk menjadi people pleaser.

Pemimpin yang hebat harus selalu ingat tujuan dia dalam berorganisasi, serta alasannya. Dia juga tahu, mana hal-hal yang salah, benar, hal-hal yang harus dikerjakan, dan yang nggak penting untuk dikerjakan.

Menjadi pemimpin itu bukan sebuah kontes popularitas, lho. Dalam artian, pemimpin yang baik BUKAN berarti pemimpin yang populer dan selalu disenangi. Sebagai pemimpin, kadang kamu harus mengambil keputusan yang nggak populer atau nggak disukai oleh anggotamu, karena keputusan tersebut memang benar.

Lihat aja Pak Ahok. Beliau seringkali membuat keputusan yang nggak populer dan nggak disukai warga DKI, tetapi beliau tetap ngotot menjalankannya, karena keputusan tersebut memang benar.

Kalau kamu cuma sibuk berbaik-baik kepada orang-orang supaya kamu disenangi, dan menjadi people pleaser, itu sih namanya bukan memimpin!

3. Kamu suka “micro-managealias mengurusi pekerjaan organisasi kamu dengan terlalu mendetil

Pemimpin yang baik itu bisa berkolaborasi, bukan “micro-managing”, alias mengurusi pekerjaan organisasi dengan terlalu mendetil.

Contoh “micro-managing”, tuh, gimana, sih? Contohnya, organisasi kamu mau mengadakan acara seminar. Nah, kamu sibuk ngurusin semua aspeknya, mulai dari mencari pembicara, mengurus izin, sampai memesan konsumsi. Alasannya, kamu nggak percaya dengan kinerja anggota kamu, sehingga kamu ingin kamu sendiri yang mengurus semua sampai ke detil-detilnya. Lah, nanti anggota kamu kerja apa?

Pemimpin yang oke nggak akan melakukan segala kerjaan sendirian. Pemimpin yang baik bisa mempercayakan anggota timnya dan bisa mendelegasikan tugas dengan baik dan fair.

4. Kamu hanya mikirin prestasi, tapi nggak mikirin anggota-anggota kamu secara pribadi

Pemimpin yang baik bisa menjaga hubungan pribadi dengan anggotanya, dan antar anggotanya, lho. Nggak hanya mikirin angka dan prestasi melulu. Misalnya, kamu ketua ekskul Sains di sekolah. Nah, kamu jangan sampai terlalu fokus agar tim kamu menang segala kompetisi ini-itu, sampai kamu jadi kelewat ambisius dan marah-marah terus sama anggota tim.

Kamu juga harus mikirin kepuasan dan kebahagiaan para anggota. Mereka manusia, lho, bukan robot. Coba rutin dengarkan curhatan mereka. Ingat, karakter utama pemimpin hebat adalah sangat menghargai orang-orang yang mereka pimpin.

5. Kamu nggak suka membangun hubungan dengan orang lain

Pemimpin yang hebat senang terlibat dalam hubungan kerja dengan anak-anak buah mereka. Dia bahkan senang melihat anggotanya berkembang. Kamu nggak bisa jadi pemimpin yang baik, kalau kamu nggak suka membangun relationship dengan orang lain.

6. Kamu senang mencuri perhatian untuk diri kamu sendiri

Pemimpin yang hebat senang memberikan perhatian dan pujian untuk anggotanya. Sebaliknya, pemimpin yang nggak baik senang mencuri perhatian dan pujian untuk dirinya sendiri, bahkan pujian yang bukan jadi haknya.

Misalnya, kamu adalah ketua OSIS, dan seksi Dana Usaha OSIS kamu sukses melakukan fundraising. Ketika guru-guru kamu memuji, kamu bilang bahwa fundraising tersebut adalah hasil ide dan usaha kamu… padahal bukan! Duh, males banget, ya.

7. Kamu nggak punya rasa empati

Pemimpin yang hebat harus punya EQ yang tinggi. Jangan coba jadi pemimpin, deh, kalau kamu nggak paham konsep EQ dan empati.

8. Kamu nggak paham tentang kerpibadian diri kamu sendiri

Pemimpin hebat biasanya terus-terusan belajar tentang dirinya sendiri, karena dia paham bahwa self-knowledge adalah akar dari sikap empati yang tulus.

Intinya, supaya kamu bisa memimpin dengan efektif, kamu harus tahu siapa diri kamu sebenar-benarnya. Misalnya, tahu tentang kelemahan dan kelebihan diri kamu, bakat kamu, passion kamu, kekhawatiran utama kamu, dan sebagainya.

Salah satu cara mengenal diri kamu sendiri adalah dengan ikut tes minat bakat di Youthmanual, dong!

9. Anak buah kamu nggak percaya sama kamu

Pemimpin hebat sangatlah apa adanya. Dalam artian, omongan dan perbuatan dia nggak berbeda. Kalau kamu nggak bisa memegang omongan, kamu bakal sangat susah dipercaya oleh para anggota organisasi.

10. Kamu menutupi / merahasiakan kehidupan pribadi kamu

Pemimpin hebat biasanya bisa bonding dengan anak-anak buahnya. Dia kenal baik dan peduli dengan mereka, dan dia nggak merasa insecure kalau anak-anak buahnya “melihat” kepribadian dia apa adanya. Jadi, jangan terlalu jaim atau menutupi kepribadian kamu di depan anggota organisasi kamu, ya.

Berwibawa oke aja, tapi jangan maksain diri tampak sempurna, kaku, apalagi sampai jadi “sok galak” dan nggak mau bonding dengan anggota yang lain.

Gimana? Kamu merasa punya ciri-ciri di atas nggak?

(sumber gambar: forwardthinking.ashford.edu, huffingtonpost.com, npr.org, hbr.org, ministrymatters.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 1 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1