Nomophobia, Gejala yang Banyak Menyerang Generasi Muda Milenial. Jangan-Jangan Kamu Juga!
- Aug 15, 2017
- Dian Ismarani
Zaman sekarang, harus diakui bahwa smartphone bikin hidup kita jauh lebih mudah. Kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja dan di mana saja. Pergi kemana-mana jadi lebih gampang karena bisa pesan transportasi lewat aplikasi. Bisa dengan cepat bayar ini dan itu, juga beli ini dan itu. Bahkan, membersihkan rumah dan kendaraan bisa “dibantu” lewat aplikasi di smartphone.
Makanya, nggak heran kalau banyak dari kita jauh lebih kzl ketinggalan smartphone dibandingkan ketinggalan dompet. Pokoknya, jauh dari smartphone bikin mati gaya!
Tapi sadar nggak, sih, bahwa kecenderungan menggunakan smartphone secara berlebihan bikin kita jadi sangat tergantung sama benda yang satu ini. Akibatnya, kita jadi sangat posesif dan gelisah kalau terlalu lama nggak megang smartphone. Duh, kalau sudah begini, hati-hati terkena Nomophobia, gaes.
Apa, sih, Nomophobia itu?
Nomophobia, atau no mobile phone phobia, adalah sebuah fobia yang dialami seseorang ketika nggak memegang smartphone-nya. Maksudnya, orang tersebut harus selalu dekat dengan smartphone miliknya. Nomophobic, alias penderita Nomophobia, bakal gelisah, panik dan cenderung bad mood ketika berjauhan dengan smartphone.
Kenapa Nomophobia berbahaya?
Nomophobia bisa semakin parah dengan maraknya media sosial di kalangan generasi muda milenial. Seorang Nomophobic jadi terus-terusan pengen cek smartphone dan mantengin media sosial mereka. Tentu aja, ketakutan akan ketinggalan berita dan eksistensi (yang sering juga disebut FOMO, Fear of Missing Out) bikin Nomophobia semakin parah.
Banyak banget kerugian yang bisa dialami dari Nomophobia. Diantaranya:
BOROS
Seorang Nomophobic otomatis jadi lebih konsumtif. Beli pulsa dan paket data udah jadi kebutuhan utama. Bukan cuma itu, Nomophobic juga cenderung pengen smartphone-nya selelau tampil unik. Makanya mereka rajin beli cases atau pernak-pernik smartphone. Belum lagi, Nomophobic selalu punya keinginan untuk ganti smartphone terbaru setiap tahun.
GELISAH
Dalam berkegiatan apapun, seorang Nomophobic akan selalu mikirin smartphone-nya. Keinginan untuk menatap layar smartphone, melihat notifikasi dan memabalas pesan bikin Nomophobic jadi nggak optimal mengerjakan kegiatan lain. Kalau dibiarkan terus menerus, ini bisa bikin aktifitas penting kayak belajar jadi super terganggu.
MALAS
Karena kegiatan Nomophobic cuma seputar megang smartphone aja, otomatis yang bergerak ya cuma jempol aja, gaes. Secara fisik, mereka jadi malas bergerak dan keluar rumah. Sehingga, penderita Nomophobia bisa jadi kurang sehat. Pengguna smartphone yang sudah ketergantungan biasanya akan mengalami gangguan pola tidur. Selain masalah gangguan pola tidur, Nomophobic juga rentan terkena gangguan penglihatan karena radiasi layar smartphone.
ANTI-SOSIAL
Saking sibuknya sama smartphone, Nomophobic jadi nggak “ngeh” sama dunia nyata. Misalnya, mereka bakal cuek sama teman yang ada di dekatnya. Nggak aware sama yang terjadi di sekelilingnya dan pastinya kehilangan kualitas dalam berinteraksi sosial. Menurut situs Go Girl, Nomophobic bisa aja terkenal dan sangat percaya diri ketika di dunia maya. Namun soft skills mereka nggak terlatih ketika harus berhadapan dengan dunia nyata.
Bagaimana ciri-ciri seorang Nomophobic?
- Pengen liat layar smartphone terus.
- Merasa bahwa smartphone adalah benda paling penting di hidup kamu.
- Kalau tidur, smartphone kamu nggak boleh jauh-jauh.
- Panik banget kalau nyari smartphone dan nggak ketemu.
- Membawa smartphone kemanapun, temasuk makan dan ke kamar mandi.
- Langsung bad mood ketika nggak ada signal atau habis baterai.
Apakah Nomophobia bisa disembuhkan? Bagaimana caranya?
Kalau kamu merasa ciri-ciri di atas mirip sama yang kalian rasakan dan lakukan, jangan panik dulu ya, gaes. Nomophobia bisa disembuhkan, kok. Caranya tentu saja dengan terapi mengurangi ketergantungan pada smartphone secara pelan-pelan.
Menurut situs Dr.Axe, berikut lima cara yang bisa kamu lakukan:
1. Matikan smartphone sebelum kamu tidur. Kalau sulit, kamu bisa melakukannya secara bertahap. Misalnya, dalam seminggu, kamu boleh tetap menyalakan smartphone sebelum tidur ketika weekend saja.
2. Jangan buat smartphone sebagai alat bantu lain. Misalnya, jangan gunakan smartphone sebagai alarm atau tempat kamu mencatat segala sesuatu. Belilah jam weker khusus untuk membangunkan kamu dan tetaplah menulis di buku agenda untuk mengatur jadwal sehari-hari.
3. Tentukan waktu untuk mengecek smartphone. Misalnya, kamu hanya boleh mengecek smartphone selama setengah jam sekali sekitar 10-15 menit. Lama kelamaan, coba kurangi intensitasnya menjadi satu hingga dua jam sekali dan seterusnya.
4. Bikin phone-free zones. Seru juga kalau lagi makan bareng keluarga atau teman-teman, kamu bikin zona bebas smartphone. Sehingga, satu sama lain saling mendukung untuk mengurangi ketergantugan sama smartphone.
5. Cobalah berinteraksi sosial lebih sering. Kalau perlu sesuatu sama anggota keluarga di rumah, atau teman di kelas, jangan pake chat, gaes. Langsung samperin orangnya dan ngobrol face to face.
(Sumber gambar: www.selfhelpdaily.com, hubstatic.com, gadgetultra.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus