Mahasiswa Menyebalkan di Mata Dosen

Mahasiswa curhat tentang dosen yang menyebalkan? Standaaar. Gimana kalau kita ajak dosen curhat tentang mahasiswa yang menyebalkan? Eye opening banget, lho! Cocok banget disimak oleh kamu-kamu, supaya nggak ikutan jadi mahasiswa yang nyebelin.

Maka pada suatu siang yang cerah, Youthmanual duduk bersama empat orang dosen muda (eh, umur 30 tahun masih muda ‘kan?), Nina*, Mia*, Yessi*, dan Mela*—kebetulan memang perempuan semua—dari sebuah universitas negeri ternama di Jakarta. Youthmanual pun bertanya kepada mereka: contoh-contoh mahasiswa yang “mengetes kesabaran dosen” tuh kayak apa, sih?

Nina: Jujur aja, menurut saya, mahasiswa baru sekarang manja-manja banget! Mungkin karena mahasiswa-mahasiswa saya adalah freshman alias mahasiswa yang baru aja lulus SMA, jadi masih anak bawang banget. Tapi tetap aja, sikap manja mereka ngerepotin.

Kebetulan saya mengajar Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) Bahasa Inggris. Nah, misalnya saat lagi ujian atau mengerjakan kuis di kelas, ada mahasiswa yang bisa-bisanya nanya, “Bu, bahasa Inggrisnya blablabla tuh apa, sih?”

Halah! Emangnya nggak bisa Google atau buka kamus sendiri? Usaha apa kek, gitu.

Mereka juga suka ngasih pertanyaan simpel yang bikin geregetan, seperti, “Bu, aku nggak punya kertas buat nulis. Gimana, dong?”

Mia: Saya paling sebal kalau ada mahasiswa yang tiba-tiba minta ujian duluan dengan alasan mereka udah keburu tiket liburan dan tanggal berangkatnya bentrok dengan ujian. Ya, itu masalah lo kali? Harusnya dia bisa ngecek dulu, dong, periode UTS atau UAS kira-kira sampai tanggal berapa.

Untuk memberikan ujian terpisah, dosen ‘kan harus menyiapkan soal ujian alternatif. Trus, saat si mahasiswa ujian duluan, siapa yang mau ngawasin? ‘Kan belum tentu dosennya bisa. Intinya, ujian duluan itu ngerepotin!

Nina: Mahasiswa sekarang berani, ya, minta special treatments gitu. Nggak ada takutnya, lho.

Mia: Saya juga sebal sama kebiasaan jelek klasik mahasiswa, yaitu nggak ngerjain tugas.

Di kelas, saya sering menugaskan mahasiswa untuk baca buku kuliah bab sekian, untuk dibahas saat pertemuan berikutnya. Kalau mereka nggak melakukan tugas baca tersebut, diskusi kelas berikutnya ‘kan jadi nggak jalan. Apalagi kalau yang nggak baca banyak.

Nina: Trus, misalnya saya ngasih tugas dan nyuruh mahasiswa saya mengumpulkannya hari Kamis. Ada aja, lho, pertanyaan seperti, “Kalau saya ngumpulinnya setelah hari Kamis bisa ‘kan? Nggak apa-apa ‘kan?” Saya mau jawab apa coba?!

Yessi: Mahasiswa yang kebanyakan ikut kegiatan non-akademis juga kadang nyebelin, tuh. Mereka adalah tipe mahasiswa yang ikut banyak kegiatan non-kampus sampai harus mengorbankan kuliahnya, trus minta kita mengerti.

Saya punya mahasiswa yang seperti ini, dan dia pernah absen kuliah sampai lebih dari tiga kali. Padahal peraturan saya, kalau ada mahasiswa yang absen kelas sampai tiga kali, dia nggak boleh ikut ujian.

Jadi saya bilang ke mahasiswa itu, “Kamu nggak bisa ikut ujian, ya.” Eh, trus dia berargumen, “Tapi ‘kan saya tiga kali absen itu karena saya harus pergi mewakili nama universitas blablabla…” Ih, bodo amat! Harusnya dia bisa mengatur waktunya dengan lebih baik, dong. Yang disayangkan kalau mahasiswa yang banyak absen begitu adalah mahasiswa pintar yang nilai sehari-harinya bagus.

Mia: Kadang mahasiswa yang sibuk begitu bisa mencatut nama dosen lain, lho. Misalnya, dia bilang ke Yessi, “Ah, kata Bu XXX, saya boleh absen pergi, kok!” Padahal nggak benar. Kita perlu banget mengkroscek dengan dosen yang namanya dicatut.

Yessi: Zaman saya masih jadi mahasiswa, sih, nggak mungkin berani, deh, bohong-bohong gitu. Takut ketahuan. Tapi mahasiswa zaman sekarang cuek banget.

Mela: Mau cerita juga, nih. Sebagai wakil dekan dan dosen, suami saya ‘kan memang terbuka untuk ditelpon mahasiswanya buat konsultasi. Tapi nelponnya harus pake aturan juga, kaleee. Lah, mahasiswa suami saya ada aja yang nelpon minta konsultasi malam-malam buta!

Misalnya, suami saya ngasih deadline pengumpulan tugas hari Selasa jam 10 pagi. Trus, pas Senin malam, bisa-bisanya, tuh, ada mahasiswa krang-kring-krang-kring nelpon untuk bilang, “Pak, maaf, besok pagi saya belum bisa ngumpulin tugas karena blablabla…” Nelponnya jam sembilan malam, lho! Dan kalau telponnya nggak diangkat, dia bisa nelpoooon terus. Padahal menurut suami saya, untuk urusan begini, sih, mahasiswa bisa SMS aja, kok. Masalah suami saya mau bales kek, enggak kek, ya terserah dia, dong.

Kata suami saya, mahasiswa sekarang cenderung nggak punya sopan santun.

Zaman saya kuliah dulu, mana berani saya nelpon dosen jam sembilan malam? Masuk ke ruangan dosen aja segan.

Mia: Yang ngeselin juga kalau mahasiswa sibuk main hape di kelas, tapi pas ditanya dosen, nggak bisa jawab. Kalau mahasiswa sibuk main hape tapi masih ngedengerin penjelasan dosen dan bisa jawab pertanyaan, sih, masih mending. 

Harus dikasih hape begini kali, yaaa...

Nina: Oh, ada cerita lucu, nih. Saya ‘kan ngajar MPK Bahasa Inggris, dan pernah ada satu mahasiswa saya, anak FISIP, yang mengaku nggak bisa bahasa Inggris sama sekali. Dari awal dia udah bilang ke saya, dia udah usah les segala macem dari SMA, tapi nggak tahu kenapa, nilai bahasa Inggrisnya selalu jeblok.

Sekali waktu, pas ujian, dia nggak jawab soal sama sekali, tetapi malah curhat di kertas ujian. Nulis-nulis seperti, “Saya sudah berusaha Bu, semoga saya lulus. Tapi kalo nggak lulus nggak apa-apa… Tapi semoga bisa lulus.” Hahaha, muter-muter aja!

Yang bikin saya sebal, dia nggak berusaha menjawab pertanyaan ujiannya. Padahal saya udah bilang, jawabannya nggak grammatically accurate nggak apa-apa. Menyelipkan 1-2 kata dalam bahasa Indonesia pun nggak apa-apa, asalkan ada usaha. Jangan cuma nulis doa dan harapan, hahaha…

Lah, ini nggak ada usaha. Mungkin dia merasa “curhat” itu adalah usahanya, ya, padahal bagi saya, sih, bukan.

Mela: Dilulusin nggak?

Nina: Ya, nggak, lah.

Mela: Masih banyak mahasiswa yang suka plagiat untuk tugas paper, esai, atau makalah nggak, sih?

Mia: Masih. Ketahuannya nggak susah, kok, karena gaya tulisan plagiarismenya bakal beda banget dengan tulisan mereka sehari-hari.

Saya pernah memeriksa sebuah jurnal karya mahasiswa saya. Saya tahu, anak ini biasanya tulisannya memang lemah. Tapi, kok, di jurnal ini, tiba-tiba ada satu bagian yang bagus banget. Menonjol sendiri dan berbeda dengan gaya tulisan dia yang biasanya.

Dan ketika saya ketik beberapa kalimat tulisan mahasiswa ini di Google, langsung keluar artikel yang dia plagiat. Jadi dia bahkan nggak me-rephrase materi yang dia contek sama sekali. Nyonteknya sampai lima paragraf, lho. Nggak pinter banget deh plagiatnya! Padahal jurnal ini adalah syarat kelulusan dia.

Trus, kalau kata seorang dosen mata kuliah Sastra, mahasiswa zaman sekarang banyak yang malas baca novel. Jadi mereka hanya cari bocoran sinopsis dan ulasan orang lain di Internet

Mela: Ketahuannya nggak bacanya gimana?

Mia: Mereka nggak bisa elaborate atau menjelaskan dengan detail tentang novel yang seharusnya mereka baca.

Makanya, di kelas-kelas Kesusastraan sekarang suka ada kuis yang isinya pertanyaan-pertanyaan detail tentang bahan bacaan yang wajib dibaca mahasiswa. Dan kalau mahasiswa nggak baca sendiri, mereka pasti nggak bisa jawab soal kuisnya.

***

Lihat benang merahnya nggak, sob? Ternyata, mahasiswa yang pualing menyebalkan adalah mahasiswa yang nggak menghargai dosennya—menghargai aturan mereka, privasi mereka, sampai deadline yang mereka berikan. You don’t have to be super smart, sob. Cukup jadi mahasiswa yang menghargai kepada dosen, dan mereka pun akan menghargai kamu.

*bukan nama sebenarnya

(sumber foto: filmfork-cdn, coloribus.com, youtube.com, graphics.chicagotribune.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 16 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 26 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1