Dunia Kuliah
Panduan ini akan mengajak kamu untuk menyelami dunia kuliah mulai dari berkenalan dengan berbagai istilah yang ada di dalam dunia perkuliahan, serba-serbi merantau dan kost, kegiatan dan organisasi kemahasiswaan, hingga panduan lengkap akademik perkuliahan.
Di dunia sekolah, kamu mungkin familiar banget dengan istilah Masa Orientasi Siswa (MOS) yang sekarang sudah dihapus dan diganti menjadi kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah. Kalau di dunia kuliah, ada juga kegiatan serupa yang ditujukan untuk mahasiswa baru bernama Ospek—yang menrupakan singkatan dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus.
Eniwei, apa sih, yang kamu tahu dari Ospek? Identik dengan perploncoan? Sarat dengan senioritas? Buang tenaga dan buang duit? Hal yang kalau nggak diikuti dengan baik dan benar bakal bikin perkuliahanmu terancam?
Jangan keburu ciut ketika mendengar hal-hal yang terasosiasi dengan Ospek seperti di atas, ya, gaes. In some ways, hal itu memang ada benarnya. Kamu juga harus tahu kalau Ospek zaman old tidaklah sama dengan Ospek zaman now. Makanya, yuk cari tahu seputar Ospek mulai dari penting atau nggaknya, plus dan minusnya, sampai trik-trik cantik dalam menghindari senior jahil ketika Ospek berlangsung (jika ada). Psst, nggak cuma itu, ada juga tips berfaedah untuk dapat beradaptasi dengan cepat di kampus baru agar kamu nggak dijuluki “mahasiswa baru bau bawang” terus!
Ospek: Penting Nggak, Sih?
Selayaknya manusia, Ospek itu ada berbagai macam jenisnya. Beragam banget dari kampus ke kampus. Ada yang seharian cuma duduk manis dengerin seminar, ada yang seminggu penuh ngejar-ngejar senior untuk modus nanya anu-itu seputar perkuliahan, ada juga yang kudu ngampus tiap wiken untuk ikutan kegiatan pengembangan diri selama satu semester penuh.
Dari dulu, yang namanya Ospek selalu identik dengan bullying alias perploncoan oleh senior terhadap mahasiswa baru. Dengan membawa embel-embel “mengubah mentalitas”, Ospek dijadikan ajang seru-seruan oleh senior untuk menyuruh mahasiswa baru melakukan berbagai kegiatan yang bisa saja membahayakan jiwa. Nggak heran, deh, kalau kamu tanya ke mahasiswa zaman old soal penting atau nggaknya mengikuti Ospek, pasti jawabannya bakal sama: Nggak.
Yang namanya Ospek zaman now udah nggak ada lagi perploncoan ataupun senioritas, kok. Ospek zaman now bisa dibilang lebih memfokuskan kegiatan-kegiatan pengenalan dunia kampus dan pengembangan diri untuk mahasiswa baru, jadi bisa dibilang Ospek zaman now punya lebih banyak manfaat dibanding Ospek zaman old yang cuma jadi ajang balas dendam senior ke junior karena dulunya pernah dikerjain juga ketika masih maba. Tujuan utama (sebenernya) pengadaan Ospek hanya untuk itu tadi, seru-seruan. Nggak ada niat luhur mau mengubah mentalitas mahasiswa baru. Asyem.
Balik lagi: itu sih dulu, ya. Menurut Youthmanual, dengan kebijakan Ospek yang ada sekarang, akan lebih baik jika kamu mengikuti kegiatan Ospek dibanding kamu memutuskan untuk nggak mengikutinya. Meskipun hukumnya nggak wajib, Ospek adalah kegiatan yang penting dan esensial untuk diikuti semua mahasiswa baru. Karena terlepas dari senior “galak” dan tugas-tugas aneh, Ospek tetap punya manfaat!
Dalam setiap Ospek, pasti ada sesi pengenalan program studi, dimana seniormu akan cuap-cuap apa pun tentang program studi kuliahmu. Nah, hal ini pastinya penting banget untuk kamu tahu, ‘kan?
Sebenarnya sebelum kamu mulai kuliah, pasti kamu sudah cari info tentang jurusanmu. Tetapi info yang kamu dapatkan paling hanya info-info formal. Bagaimana dengan info informalnya? Apakah kamu tahu, bagaimana cara lulus di kelasnya Pak X yang terkenal pelit nilai? Atau apakah kamu tahu lokasi persis warteg sekitar kampus yang paling enak tapi murah meriah? Nah, hal-hal kecil tapi penting yang kayak gini, nih, yang bakal kamu dapat saat Ospek.
Ikutan Ospek juga membuat kamu lebih kenal budaya kampusmu lewat kakak-kakak senior. Soalnya, gimanapun juga, Ospek tiap kampus itu berbeda-beda, sesuai dengan budaya tiap kampus. Jadi setelah Ospek, diharapkan kamu bisa cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan budaya kampus.
Salah satu masa kelam saat kuliah adalah hari-hari awal jadi maba. Semua terasa membingungkan dan overwhelming. Apalagi kalau kampus kamu besar dan padat dengan manusia. Ospek akan memberikan kamu sense of direction dengan lebih cepat, sehingga ketika perkuliahan udah berjalan, kamu nggak buang waktu untuk bingang-bingung di kampus, kayak anak ayam kehilangan induknya. The sooner your campus feels like home, the better.
Oya, tugas-tugas selama Ospek itu biasanya nggak hanya banyak, tetapi juga aneh-aneh, dengan deadline yang super mepet. Nyebelin, sih, tetapi sebetulnya, itulah cerminan dunia perkuliahan yang akan kamu alami selama bertahun-tahun.
Lagipula, kamu nggak usah takut nggak bisa keep up, gaes. Selama Ospek, kakak-kakak senior bakal mendampingi kamu dalam kegiatan-kegiatan (baca: tugas) aktif dalam kampus, kok. Jadi, kamu nggak perlu cemas kalau ada hal yang belum kamu pahami betul, karena kakak senior yang bisa kamu “ganggu” untuk memecahkan masalahmu. Yang artinya…
Dekat dengan senior itu berharga, lho. Ada banyak banget “ilmu informal” yang bisa ditransfer dari senior, misalnya, cara menguasai mata kuliah tertentu, cara ngadepin dosen galak, info kos-kosan dan tempat makan enak, info lowongan magang dan sebagainya. Mereka juga bisa bantu-bantu kamu, misalnya, dengan minjemin buku teks wajib yang harganya bisa buat traktirin satu keluarga besar kamu makan di kaefci… tiga kali.
Nggak cuma senior, Ospek juga terbukti efektif bikin hubungan kamu dan teman-teman seangkatan jadi makin dekat Dengan mengarungi berbagai cobaan demi cobaan yang bertubi-tubi dari senior bersama-sama (halah), ini akan menumpuk rasa solidaritas. Percaya, deh, nggak ada hal yang lebih menyenangkan di kampus selain akrab sama anak-anak seangkatan yang bisa diajak susah dan senang bareng.
Terutama buat kamu yang mahasiswa rantau, Ospek bisa sangat membantu kamu cepat dapat teman baru. Ketika Ospek, biasanya kamu akan tergabung dalam kelompok, dan kamu harus mengerjakan tugas dan melakukan aktivitas Ospek bareng anak-anak kelompokmu ini. Walau baru satu atau dua hari di kampus, kamu pasti bakal seneng, deh, karena bisa dapat kenalan baru. Sedih, lho, kalau jadi mahasiswa yang apa-apa harus sendirian. Lonli banget, sik?
Apa pun jenis kegiatan Ospek yang diselenggarakan oleh kampusmu, yang jelas Ospek zaman now akan selalu dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan seru yang bisa kamu jadikan sebagai ajang pengembangan diri.
Misalnya, kalau di Ospek kampusmu ada seminar dan workshop, di sini kamu bisa mengasah berpikir kritis dan juga kreativitas. Kalau senior minta bikinin paper dan dipresentasikan dalam grup, kamu sudah bisa mengasah kemampuan bekerjasama dengan tim. Atau, sesimpel disuruh ngejer-ngejer senior untuk wawancara singkat aja, hal itu udah bisa meningkatkan kemampuan kamu dalam ber-networking.
Trik-Trik Cantik Menghindari Tugas Aneh dan Senior Usil Selama Ospek
Biarpun katanya “bebas perploncoan dan senioritas”, dalam praktiknya masih ada, lho, kegiatan sejenis yang dibalut aktivitas legal dalam payung Ospek. Nah, kamu mesti pintar-pintar memilah, mana aja kegiatan yang berfaedah dan penting untuk kamu sebagai mahasiswa baru dan mana aja yang merupakan wujud keisengan senior.
Saat kamu dan teman-teman seangkatan mahasiswa baru diberikan tanggung jawab untuk menggelar suatu acara, itu merupakan contoh kegiatan berfaedah. Tapi kalau ada “sesi-sesi khusus” yang isinya maba dibentak-bentak dan diwajibkan melakukan kegiatan fisik (push up 100 kali, misalnya), maka bisa termasuk perpeloncoan.
Akibatnya, ibarat judul lagu Raisa: serba salah. Kalau menentang secara terang-terangan bisa dianggap nyolot, nggak kompak, dan hubungan sama senior renggang kayak gigi yang belum dibehelin. Sedangnkan kalau nurut-nurut aja, lelah fisik dan lelah hati.
Jika situasinya demikian, ada 7 hal yang bisa kalian lakukan, wahai maba!
- Kerjakan tugas resmi yang berfaedah dengan sebaik mungkin. Ajak juga teman-teman kamu melakukannya. Kenapa? Sebab “senioritas” dan “perpeloncoan” biasanya dilakukan dengan alasan untuk membuat maba bersungguh-sungguh, kompak, dan taat aturan. Nah, jika kalian sudah melakukan yang terbaik, nggak ada alasan bagi senior buat marah-marah.
- Bangun koneksi dengan senior berpengaruh dan bijak. Jangan salah artikan dengan modusin senior, lho, ya. Maksudnya bijak di sini adalah dia nggak pro Ospek yang penuh kegiatan ngerjain junior. Nah, senior kayak begini bisa membantu kamu menghindari kegiatan ospek yang nggak berfaedah.
- Ciptakan angkatan yang solid. Misalnya, jika ada yang memiliki masalah bisa sharing ke yang lain. Soalnya, suka ada “Ospek” nggak resmi yang ditujukan ke beberapa maba, yang jatuhnya mirip kayak gencet-gencetan (bullying). Kalau angkatan kamu kompak dan saling dukung, kalian bisa saling dukung dan hal-hal kayak begini pun bisa dihindari.
- Kalau emang nggak ada kegiatan penting di kampus, mending pulang. Kalau kamu luntang-lantung dan doyan nongkrong nggak jelas, kamu bisa jadi sasaran empuk senior usil. Lain halnya jika kamu memiliki kesibukan di kampus atau langsung cus pulang kalau emang udah nggak ada kerjaan. Senior juga bakal males gangguin kamu, tuh.
- Mangkir dari kegiatan yang sekiranya nggak berfaedah. Misalnya, kamu yakin banget kalau acara A nggak jelas, trus bakal diisi dengan Ospek dan nggak ada faedahnya. Maka kamu bisa menghindarinya dengan izin nggak ikutan acara tersebut. Izinnya bisa dengan alasan pulang kampung (ke luar kota atau luar negeri), kakak nikah, kontrol dokter (padahal cuma kontrol jerawat di dokter kulit. Hihihi), dan lain sebagainya.
- Usul ide acara menyenangkan. Biasanya, ospek terjadi karena kehabisan ide kegiatan. Nah, rencanakan acara seru yang bisa bikin angkatan kalian menyatu dengan angkatan lain. Pastikan kegiatan tersebut menarik dan seru bagi senior, sehingga mereka merasa nggak perlu bikin acara lain. Lebih seru lagi kalau kamu usulnya kompakan!
- Atau… gunakan alasan kesehatan. Sesungguhnya ini adalah jalan pintas paling klasik yang dilakukan banyak maba. Biasanya dengan izin sakit/masalah kesehatan, mahasiswa bisa mangkir dari kegiatan Ospek, atau setidaknya dapat hukuman/kerjaan yang ringan. Tapi, kalau emang nggak butuh-butuh banget, sebaiknya jangan dilakukan ya, gaes. Bisa-bisa malah senjata makan tuan. Hiii.
Semoga kamu terhindarkan dari senior usil dan segala Ospek-Ospekan yang nggak penting, ya!
Tips Cepat Beradaptasi di Kampus Baru
Menjadi mahasiswa baru bisa jadi sangat menyenangkan… sekaligus menakutkan!
Kenapa? Karena gimanapun juga, kuliah adalah dunia baru yang bisa memberikan banyak pengalaman. Masalahnya, dunia baru nggak sama dengan Dunia Lain with capital D and L. Kalau kamu nggak kuat, kamu nggak bisa lambaikan tangan ke kamera! Dengan kata lain, kalau sudah jadi mahasiswa, kamu nggak boleh nyerah, apalagi pura-pura pingsan. Aih.
Trus, gimana, dong, cara untuk cepat beradaptasi, agar kita bisa enjoy memulai masa perkuliahan?
Perkara bingung pake baju apa ke kampus
Bisa pakai bebas ke kampus? Senang, sih, tapi… takut saltum!
Di awal-awal perkuliahan, mendingan kamu pakai dresscode yang ‘aman’. Gimana, tuh, maksudnya dresscode yang aman? Baik cewek atau cowok, kamu bisa pakai atasan berkerah dan celana bahan—atau celana jeans juga masih oke, dan sepatu tertutup. Hindari pakai kaus belel dan celana yang udah rombeng! Kalau masih nggak yakin, kamu bisa nanya ke kakak atau teman kamu yang sudah duluan kuliah di kampus baru kamu.
Eniwei, ketika masuk kelas dan bertemu dosen, jangan lupa tanyakan ke beliau mengenai dresscode seperti apa yang diperbolehkan ketika mengikuti kelasnya, ya. Soalnya, bisa jadi beda dosen, beda juga juga aturannya.
Perkara nyari temen baru
Tenang, gaes, zaman sekarang nyari teman baru nggak sesulit nyari pacar baru, kok. Yang sulit itu kalau dia menganggap kamu teman, sementara kamu menganggap dia pacar. #ea
Biasanya, mahasiswa baru mencari teman saat Ospek, berhubung di ajang tersebut, mereka ‘kan susah-senang bersama. Nah, kalau kamu nggak ikut Ospek, sebagai “gantinya”, kamu bisa tanya-tanya temanmu yang punya Nomor Induk Mahasiswa (NIM) yang berdekatan dengan kamu. Atau, pakai cara klasik, ajak ngobrol dulu aja orang yang ada di sebelah kamu. Mana aja boleh!
Perkara ngadepin senior ribet
In real life, senior yang ngeselin dan niatan gangguin kamu di hari-hari pertama kuliah itu jumlahnya mendekati nol, kok. Kalaupun ada, sebaiknya jangan bikin mereka punya alasan untuk nge-bully kamu. Bersikap biasa aja, dan jangan bergaya berlebihan kalau ke kampus.
Di sisi lain, jangan juga jadi junior yang kelihatan lemah. Kalau para senior cuma sebatas cuek dan nggak ramah, ya biarin aja. Toh emang mereka juga nggak ada urusan sama kamu. Tapi kalau mereka sampai nge-bully—misalnya, main fisik, memfitnah, atau malakin duit jajan—jangan ragu untuk cerita masalah ini ke orang tua atau dosen, ya.
Perkara bingung soal mau makan siang di mana
Rata-rata, kantin di setiap kampus punya “penguasa”nya masing-masing. Misalnya, kantin A dipenuhi oleh mahasiswa tahun ke-3 ke atas, kantin B dipenuhi oleh mahasiswa yang nggak lulus-lulus (hihihi), dan seterusnya. Tapi, sebagai mahasiswa baru, bukan berarti kamu nggak boleh nongkrong di situ. Misalnya, di Universitas Indonesia, kantin masing-masing fakultas malah banyak didatangi oleh mahasiswa fakultas lain. Don’t be afraid to join the crowd!
Tapi kalau kantin kampus kamu lagi penuh banget, coba cari tempat makan lain bareng teman-teman. Kamu juga bisa tetap jajan di kantin, tapi makannya di spot lain. Sesekali bawa bekal sendiri pun oke. Kenyang iya, hemat pun iya. Asedap.
Perkara sistem belajar yang berbeda dengan zaman SMA dan mata kuliah yang susah
Banyak hal baru yang harus kamu kenal saat kuliah, seperti SKS, IP, IPK, KRS, semester pendek, mata kuliah wajib, mata kuliah pilihan, dan lain sebagainya. Sistem belajarnya juga sangat berbeda dengan zaman SMA. Sebagai mahasiswa, kamu harus proaktif, karena sistem perkuliahan sangat mementingkan inisiatif mahasiswanya sendiri.
Jangan khawatir, gaes. Beberapa kampus menyediakan buku panduan pendidikan S1 yang untuk para mahasiswa baru, kok. Tapi kalau kamu masih bingung, jangan ragu untuk konsultasi dengan dosen wali atau senior yang kamu kenal. Jangan lupa, curi start alias rajin membaca sebelum memulai perkuliahan juga bakal membantu kamu menghadapi mata kuliah susah yang bikin kamu kepengen goleran di bangku paling belakang aja rasanya!
Perkara nunggu jadwal kelas berikutnya
Jadwal kuliah, tuh, berbeda dengan jadwal sekolah. Jarak jadwal antar kelas bisa panjaaaang banget. Misal, kelas pertama bisa dimulai jam 8 pagi, eh kelas keduanya baru ada lagi jam 3 siang. Itu juga kalau dosennya tepat waktu.
Selama jeda, ngapain, dong? Paling enak, sih, bawa laptop trus wi-fi-an di kampus. Kalau bosan, kamu bisa main ke kosan atau rumah teman yang deket kampus. Atau nongkrong aja sama temen-temen di seangkatan biar makin solid. Bisa nambah networking dan wawasan juga, tuh!
Perkara ngadepin dosen killer
Nggak semua dosen itu galak. Tapi terkadang, kadang memang ada dosen yang galak. Galaknya pun galak banget, pula.
Agar dosen mendapat kesan pertama yang baik tentang kamu, sebisa mungkin jangan pernah telat masuk kelas. Trus, tunjukkan sikap proaktif dan penuh inisiatif selama kelas berlangsung. Selain itu, selesaikan semua tugas dari sang dosen dengan maksimal. Jangan takut melakukan hal yang salah, selama kamu emang nggak tahu sama sekali tentang hal tersebut. Yang penting kerjain aja dulu, gitu.
Last but not least, coba ajak beliau ngobrol di luar kelas. Kamu bisa ajak beliau ngobrol tentang mata kuliahnya, atau tentang hal-hal umum, seperti pengalaman beliau sewaktu masih jadi mahasiswa. Kadang dosen killer malah senang, lho, bercerita tentang dirinya sendiri.
Perkara bingung menyelesaikan tugas kuliah yang bejibun
Meskipun nggak semua mahasiswa baru merasakannya, tapi pasti ada kasus dimana para dosen berbondong-bondong memberikan tugas ke mahasiswa meskipun itu masih minggu-minggu awal perkuliahan. Amsyong!
But no worries, kehidupan mahasiswa zaman now tidaklah sesulit kehidupan mahasiswa zaman pra-internet dan laptop, kok. Hari gini, akses internet semakin gampang, sehingga mendapatkan materi untuk bahan makalah jauh lebih mudah. Jangan lupauntuk hindari plagirisme, ya.
Trus, jangan ragu untuk kerja berkelompok bareng teman-teman yang kamu rasa cocok dan bisa diajak kerjasama. Atur pembagian tugas dengan jelas, lalu review tugas kalian bersama-sama sebelum dikumpulkan. Tugas yang tadinya numpuk bakalan jauh lebih ringan dan cepat terselesaikan kalau dikerjakan bersama-sama, no?