Infografik: Perjalanan Panjang Seorang Dokter
- Nov 05, 2017
- Fildza Hasna
Siapa yang mau jadi dokter?
Nggak bisa dipungkiri, pekerjaan yang satu ini menjadi pekerjaan paling laris di kalangan siswa-siswi untuk dijadikan sebagai cita-cita. Sebagai bukti, setiap tahunnya jurusan pendidikan dokter selalu jadi jurusan dengan peminat tertinggi di beragam universitas. Contohnya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, fakultas kedokteran yang digadang-gadang sebagai FK terbaik se-Indonesia ini pada tahun 2017 hanya menerima 126 mahasiswa baru, sementara peminatnya nyaris mencapai 3.000 orang.
Nggak mengherankan sih, secara dokter itu merupakan salahsatu pekerjaan paling mulia dan tentu saja punya prospek yang nggak bakalan meredup. Dokter akan selalu ada selama masih ada manusia.
Nah, tapi seperti yang sudah kita semua ketahui, perjalanan untuk menjadi dokter itu nggak sebentar, gaes! Para calon dokter nggak cuma butuh otak yang encer dan ketekunan dalam belajar aja, mereka juga harus memiliki niat yang kuat serta dedikasi yang tinggi untuk pekerjaannya. Karena, nggak kayak kita yang setelah lulus kuliah bisa langsung kerja, seorang dokter harus melalui serangkaian tahap yang rumit dan panjang untuk bisa mengenakan jas putih kebanggaan profesinya.
Pengen tau nggak apa aja sih tahapan yang harus dilalui seorang mahasiswa kedokteran hingga ia bisa menyandang gelar “dr.” di depan namanya? Cekidot, gaes!
Tahap 1: Pra-klinik
Ini tahap pertama yang harus kamu lalui dalam sebuah perjalan panjang untuk menjadi seorang dokter. Setelah berhasil melalui serentetan ujian masuk universitas, tahap inilah yang akan kamu jalani sebagai langkah pertama untuk menjadi seorang dokter.
Sederhananya, tahap pra-klinik ini adalah masa-masa kamu menjadi seorang mahasiswa kedokteran. Selayaknya mahasiswa pada umumnya, di tahap ini kamu akan mempelajari segala teori dan praktek yang berhubungan dengan bidang medis. Meski begitu, tetap ada yang beda nih antara kuliah kedokteran dengan kuliah di fakultas/jurusan lain.
Kuliah kedokteran menggunakan sistem blok yang dibagi berdasarkan modul/materinya. Misal, blok kardiovaskular, blok neurologi, blok reproduksi, dan lain sebagainya. Untuk lulus sebagai sarjana kedokteran, seorang mahasiswa kedokteran harus menempuh kurang lebih 21 blok (bisa berbeda, tergantung universitas), dengan durasi per bloknya mencapai 6-7 minggu tergantung materi yang tengah dipelajari.
Di akhir masa pembelajaran tiap blok, biasanya akan diadakan evaluasi atau ujian. Nah, ini juga yang membuat kuliah kedokteran berbeda dengan kuliah jurusan lain. Kalau anak jurusan lain ujiannya hanya 2 kali per semester yaitu UAS dan UTS, anak kedokteran harus melalui ujian sesuai dengan jumlah blok yang ada di semester itu. Jadi misalkan di semester itu ada 3 blok, berarti mereka harus mengikuti 3 kali ujian dalam satu semester.
Terus, kalau udah selesai kuliah kedokteran, apa bisa langsung jadi dokter?
Eits, nggak. Ketika seorang mahasiswa kedokteran sudah menyelesaikan masa pra-kliniknya, maka ia akan diwisuda dan mendapatkan gelar S.Ked alias sarjana kedokteran. Tapi gelar ini belum bisa digunakan untuk langsung bekerja sebagai dokter, gaes. Mereka masih harus melalui tahapan selanjutnya yaitu...
Tahap 2: Klinik
Gelar sarjana kedokteran sudah di tangan, sekarang saatnya kamu untuk “naik level” menjadi seorang koas.
Yup, di tahap klinik ini kamu kembali harus menuntut ilmu sebagai seorang koas atau asisten dokter. Bedanya, kalau di tahap pre-klinik kamu mempelajari semua materinya di kelas dan laboratorium, di tahap klinik ini kamu akan terjun langsung ke Rumah Sakit untuk mempraktikkan langsung beragam materi yang udah kamu dapatkan di kampus ke pasien asli—tentunya dengan supervisi dan bimbingan dari dokter yang udah senior.
Di tahap klinik ini, para koas atau yang sering juga disebut dengan “dokter muda” akan dirotasi sesuai dengan bagian-bagian yang harus dipelajari. Rotasi ini biasanya disebut dengan istilah ‘stase’, misal stase anestesi, stase bedah, stase THT, dan lain sebagainya.
Di sini para koas nggak hanya mempelajari cara memerksa pasien dari awal sampai akhir aja lho. Mereka juga belajar skill-skill kedokteran lainnya seperti menyuntik pasien, mengambil darah, menjahit luka, jadi asisten operasi, hingga memasang kateter. Mereka pun juga ditugaskan untuk meresepkan obat pada pasien, namun obat yang diresepkan tersebut nggak langsung dikasih begitu aja, melainkan harus melalui tahap pengecekan oleh dokter seniornya.
Setelah menyelesaikan tahap ini, para calon dokter harus mengikuti sebuah ujian berstandar nasional yang bernama Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Kedokteran (UKMPPD) yang terdiri dari ujian tulis dan ujian praktek. Kalau sudah lulus ujian ini, baru deh mereka bisa mengikuti Sumpah Dokter dan pergi internship.
Tahap 3: Internship
Wait, wait. Dokter ada internship juga?
Ada dong!
Meski sudah menyandang gelar “dr.” di depan nama, para dokter yang sudah lulus ujian dan tersumpah tetap harus menjalani masa magang di RS ataupun puskesmas dengan durasi waktu 1 tahun. Tapi, meski namanya masih magang, dokter-dokter ini sudah memiliki jam kerja selayaknya dokter sungguhan lho gaes. Mereka juga sudah lebih dilepas dan nggak diawasi seketat koas, walaupun begitu para dokter magang ini posisinya masih berada di bawah bimbingan supervisor aka dokter senior in case terjadi hal-hal yang nggak diinginkan.
Kalau sudah menyelesaikan internship, dokter-dokter ini sudah boleh bekerja di rumah sakit, puskesmas, atau langsung membuka praktek pribadi.
Tahap 4: Sekolah Spesialis
Begitu seorang dokter menyelesaikan masa internship, status dia adalah seorang dokter umum. Kalau ia ingin memperdalam lagi ilmunya di bidang tertentu, seperti bedah, syaraf atau anak, maka ia harus menempuh pendidikan lagi sebagai dokter spesialis.
Pendidikan dokter spesialis ini biasanya belangsung selama 4-6 tahun tergantung bidang apa yang hendak digeluti. Setelah selesai, dokter-dokter ini akan menyandang gelar tambahan di belakang namanya yaitu Sp.(Bidang Spesialis)—misal, Sp.KK untuk spesialis Kulit dan Kelamin, Sp.A untuk spesialis Anak, Sp.OG untuk spesialis Kandungan, dan masih banyak lagi.
Jika ditotal, seorang dokter harus menempuh masa pendidikan selama 10-12 tahun untuk bisa menjadi dokter dengan izin praktik dan keahlian spesialis.
So... are you ready to embark on this journey, dear future doctors?
Baca juga:
- Biaya Kuliah 2017/2018 Program Studi Kedokteran dan Kedokteran Gigi di Perguruan Tinggi
- Tips Survive Jadi Anak Kedokteran A la Shabrina dan Aliyah
- Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia, dengan kampus Berakreditasi A dan Memiliki Program Spesialis
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus