Ngobrol Bareng Jevin dan Rinni 'Soundwave' Tentang Passion, Kerja Keras, dan Gemes-Gemesan!

Soundwave memang nggak ada matinya!

Duet musik Jevin Julian (25) dan Rinni Wulandari (26) memang bukan pemenang kompetisi musik The Remix 2015—waktu itu, pemenangnya adalah Monostereo—tetapi mereka sukses memenangkan hati para penggemar.

Buktinya, setelah mengikuti program The Remix, Soundwave semakin jadi idola. Apalagi mereka rajin memproduksi video musik dan keseharian mereka lewat daily vlog. Fans pun makin gemes dan penasaran, misalnya, dengan status Jevin dan Rinni. Sebenarnya pacaran nggak, sih? :)

Beberapa waktu lalu, Youthmanual sempat ngobrol banyak dengan Jevina dan Nini—panggilan sayang masing-masing, ehem—soal musik, konsistensi dalam passion, dan berbagai kesalahpahaman tentang mereka (psst, Rinni sama sekali nggak sombong atau jaim, kok! Plis, deh).

Jangan ngaku sebagai fans Soundwave, kalau belum baca yang ini!

Menurut kalian, kenapa, sih, kalian jadi tambah sukses di karier musiknya setelah saling berpasangan gini?

Jevin: Menurut gue pribadi, sih, karena karena musik seorang Jevin Julian dan vokalnya Rinni memang cocok dan blending banget.

Kami nggak pernah ngerasa kesulitan dalam bermusik bareng sebagai duo, karena musik gue dan vokalnya Rini sangat gampang dibuat jadi satu kesatuan yang oke dan siap disajikan untuk para pendengar.

Alhamdulillah, pendengar juga suka sama yang karya kami.

Trus, dengan genre EDM (Electronic Dance Music) kami ini, kami nggak sekedar bikin musik yang hype, yang berisik, yang jedag-jedug. Kami juga mikirin, gimana cara bikin harmonisasi yang oke, bisa dinikmati banyak orang, dan enak didengar setiap hari.

Soundwave nggak mau bikin musik yang segmented, sehingga hanya bisa dinikmati penggemar genre EDM aja, tapi juga orang-orang lain, karena musiknya nggak terlalu keras.

Didengerin siang-siang nggak bikin gerah lah, ya…

Jevin: Betuuul, hehehe.

Selain itu, hal yang kayaknya membuat Soundwave banyak digemari adalah karena sebagai pasangan, mungkin kami bisa “digemesin”.

Soalnya di program The Remix, satu-satunya tim yang umur anggotanya nggak jauh beda cuma gue dan Rinni. Tim yang lain, umur anggotanya jauh beda.

Dan karena gue dan Rinni sama-sama masih muda, mungkin bagi para fans, kami “ngegemesin” gitu, lah!

Harus diakui, itulah salah satu keunggulan Soundwave. Saat tampil depan umum, kami jadi bisa bikin aksi gimmick mesra, gimmick gemes-gemesan, sementara tim lain di The Remix nggak bisa.

[wah, berarti mesranya Jevin dan Rinni cuma gimmick, nih? Hihihi...]

Dan ternyata memang banyak banget orang yang komen, dari awal grup Soundwave, nih, ngegemesin banget. Chemistry antara kami berdua ada banget, dan memang klop.

Kunci sukses kalian apa, sih? Apa, sih, hal-hal yang kalian lakukan, yang nggak dilakukan orang lain?

Rinni: Menurutku, kunci sukses adalah berusaha dan berkarya sesuai dengan keinginan kita dengan konsisten. Setelah itu, kita tinggal lihat aja hasilnya gimana. Biasanya, sih, usaha nggak akan bohong.

Sebelum ikutan di The Remix, aku dan Jevin sama-sama konsisten bermusik sejak lama, dan sudah melalui proses bermusik yang panjang,. Tapi memang momen “pecah”nya, tuh, di acara The Remix. Ibaratnya, “bom atom” kesuksesan kami berdua adalah program The Remix.

Nah, walaupun aku dan Jevin dipertemukan di program The Remix dan akhirnya sukses, ini semua bukan kebetulan. Sebenarnya ini adalah hasil dari konsistensi dan usaha kami selama ini. Pokoknya sukses itu nggak bisa instan, tapi harus melalui proses.

Kalau ada orang yang bisa sukses dengan instan, berarti dia beruntung. Walaupun kita nggak tahu juga, ya, keberuntungan bisa bertahan berapa lama.

Sementara kalau aku dan Jevin, sih, sama-sama melalui proses yang gila banget.

Jevin: Rinni memulai karir nyanyinya di tahun 2007 lewat Indonesian Idol, sementara gue memulai karier musik gue dari beatbox. Gue mulai belajar musik dari SD, sampai akhirnya gue memasuki dunia entertainment di tahun 2008. Waktu itu, gue mulai memasuki komunitas indobeatbox.

Jadi panjang ‘kan, tuh, prosesnya sampai akhirnya kami sama-sama “nyampe” di The Remix tahun lalu?

Rinni: Iyaaa, panjang banget.

Jevin: Tetapi bagi orang-orang yang baru tahu kami lewat Soundwave dan The Remix mungkin mengira kami langsung beken instan. Terutama gue, ya. Kalau Rinni ‘kan sudah lebih dikenal sejak Indonesian Idol.

Padahal nggak juga, lho. Gue—bareng Soundwave—bisa sampai jauh ke tahap akhir The Remix karena apa? Karena gue konsisten belajar musik udah dari lama.

Pokoknya usaha nggak akan bohong, ya.

Rinni: Faktor keberuntungan juga pasti ada, sih, tapi kita harus tetap konsisten melakukan hal-hal yang kita cintai.

Contohnya, ‘kan ada tuh penyanyi-penyanyi baru yang ditemukan oleh label rekaman lewat media sosial. Mungkin orang melihatnya, mereka beruntung karena bisa “ditemukan” begitu, tetapi mereka bisa ditemukan karena apa? Karena mereka konsisten meng-upload materi mereka di di media sosial. Misalnya, konsisten meng-upload nyanyian mereka di Youtube atau Soundcloud. Kalau mereka cuma sekali-kali aja upload di media sosial, kesempatan mereka untuk ditemukan juga jadi kecil.

Nah, dari konsistensi ini, faktor keberuntungan baru akan muncul.

Rinni ‘kan dulu alumni Universitas Paramadina jurusan Hubungan Masyarakat, dan sebenarnya nggak berhubungan langsung dengan musik.

Tapi apa, sih, hal-hal yang dipelajari di luar bangku sekolah, yang bermanfaat buat karier sekarang?

Pengalaman.

Lewat pengalaman, kita jadi bisa introspeksi ketika membuat satu karya ke karya lainnya. Kalau kita gagal dalam membuat satu proyek, kita jadi mendapat pengalaman, gimana caranya supaya kegagalan itu nggak terulang di proyek berikutnya. Minimal, kalau memang gagal lagi, gagalnya jangan di aspek yang sama, deh.

Jadi, pengalaman dan jam terbang memang guru paling berharga. Pengalaman bikin karier dan kepribadian aku selalu mengalami peningkatan.

Apa, sih, kesalahpahaman atau miskonsepsi terbesar tentang masing-masing Jevin dan Rinni?

Jevin: Jadi pas di The Remix, banyak banget orang—sampai para fans—yang ngira gue orangnya galak. Rinni juga sih, nih, nambah-nambahin kesan gue galak!

Rinni: Eeeh, tapi kalo lagi kerja, emang iya [galak] tau! Kalo kamu lagi produce music, kamu, tuh galak… *menirukan mimik wajah Jevin yang serius*

Maksudnya, tegas kali?

Rinni: Iyaaa, lebih ke tegas, sih.

Jevin: Nah, galak sama tegas beda, dong.

Rinni: Tapi aku orangnya nggak bisa digalakin atau ditegasin gitu, lho. Aku nggak dibentak Jevin, sih. Tapi kalau lagi becanda-becandaaku gue nggak bisa tau-tau ditegor Jevin, “Nggak gitu dong, Rinni!” Whoa whoa, chill!

Jadi Jevin itu galak… versi aku!

Padahal nggak galak, ya, sebenernya?

Jevin: Padahal gue nggak galak, kok. Gue orangnya nggak bisa marah!

Rini: Bisa, bisa!

Jevin: Sama angkot, iya, bisa marah.

Rinni: Kamu suka “Woy, woy!” gitu kalo ke angkot…

Jevin: Tapi kalo ke teman gitu, susah banget buat marah. Bahkan kalau gue marah sama angkot, bahkan kalau sampai supir angkornya udah tatap-tatapan sama gue gitu, gue bisa yang, “Ah udah, deh. Let go aja…” gitu.

Rinni: Enggaak, waktu itu pernah di Jalan Ampera, kamu sampe mau turun dari mobil.

Oke, jadi Jevin sering dikira galak padahal enggak, ya. Cuma tegas, deh, hehehe.

Kalau miskonsepsi tentang Rinni?

Rinni: Apa, ya? Dulu banget, sih, banyak yang bilang aku sombong, tapi sekarang udah nggak, sih. Kayaknya sekarang lebih banyak orang mengira aku jaim, meskipun kalau mereka lihat Snapchat gue, mereka jadi tahu bahwa sebenarnya aku nggak jaim, kok.

Jevin: Kalo menurut gue, banyak banget orang mengira Rinni itu suka seksi-seksian dan “murah”, cuma gara-gara ada foto cover majalah Rinni yang bajunya memang agak seksi--

Rinni: Oya benar, tuh! Pernah dikira begitu.

Jevin: Padahal aslinya, tuh, Rinni taat banget sama agama. Sholatnya oke banget. Malah dia sering mengingatkan gue untuk sholat. Biasalah, orang ‘kan memang biasanya langsung menilai dari penampilan luarnya aja…

Rinni: Iya, orang suka nge-judge dari penampilan doang.

Jevin: Padahal penampilan nggak selalu mencerminkan perilaku dan sikap, ‘kan.

Apalagi sekarang ada ada banyak platform media sosial, jadi sebenarnya orang-orang bisa lihat aslinya Rinni dan Jevin juga ‘kan.

Nah, kalau bisa balik ke masa SMA, what would you do differently?

Jevin: Nggak ada, kayaknya.

Rinni: Nggak ada. No regrets!

Jevin: Gue sangat bersyukur sama hal-hal yang pernah gue alami dulu, karena gue jadi bisa belajar hikmahnya.

Pop questions! Favorite new song?

Rinni: Into You – Ariana Grande
Javin: Up and Up – Coldplay

Snapchat atau Instagram?

Jevin: Instagram
Rinni: Arrghh, susah! Instagram

Kalau lagi diwawancara, paling sebel dapat pertanyaan apa?

Rinni: Oh, sebel kalau ada yang menyebut “DJ Jevin Julian”

Jevin: Itu ‘kan sebutan yang nyebelin, bukan pertanyaan. Tapi “DJ Jevin Julian” memang sebutan yang menyebalkan sih. Nggak usah pake “DJ”, lah!

Rinni: Trus, sebel juga sama pertanyaan, “Gimana, nih, Jevin dan Soundwave?” Hah, maksudnya gimana? Jevin ya bagian dari Soundwave! Pertanyaan begitu sering ada, lho.

Jevin: Yah, intinya sebel sama sebutan aja, sih. Misalnya “DJ Jevin Julian”, atau “Jevin dengan Soundwave”, sehingga seakan-akan gue bukan bagian dari Soundwave, tetapi hanya bintang tamu.

Gue juga males ditanyain soal masa lalu

Rinni: Iya, bener. Ditanya soal love life masa lalu, tuh, males banget.

Obrolan ini memang nggak menjawab apakah Jevin dan Rinni benar berpacaran, but does it matter actually? Sharing Jevin dan Rinni tentang passion dan kerja keras mereka jauh lebih berharga, dan patut untuk dicontoh.

Lagi-lagi, Soundwave memang nggak matinya!

(sumber foto: dontsad.com, detik.com, youtube.com, zetizen.com, kapanlagi.com, klikharry.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 9 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 19 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1