Alasan Kenapa Hubungan Sosial Zaman Sekarang Sering Dibilang Rapuh dan Cara Memperbaikinya

Salah satu perubahan signifikan yang terjadi pada generasi milenial dan generasi Z adalah soal hubungan antar manusia. Hubungan sosial ini bisa antara anggota keluarga, teman, atau orang yang baru dikenal. Menurut situs Huffington Post, hubungan manusia zaman sekarang rapuh banget. Meskipun punya banyak kenalan, tapi hubungan ini cenderung bersifat seadanya, kurang makna, bahkan palsu. #hiks

Kenapa hal ini bisa terjadi? Psikolog dari American Academy menyampaikan bahwa kecepatan dan kecanggihan teknologi menjadi salah satu penyebabnya. Membangun hubungan menjadi sangat gampang. Saking gampangnya, hal ini bikin kita jadi malas berlama-lama terlibat dalam sebuah percakapan.

Misalnya nih, ya, kita bisa dengan mudah melihat kehidupan seseorang lewat media sosial. Akibatnya, kita nggak pengen tahu atau penasaran lagi sama kabar dan kegiatan orang tersebut.

Selain itu, makna icon loves, likes, atau jempol yang biasa kita berikan dianggap sudah cukup mewakili respon kita terhadap kejadian di sekitar. Padahal, makna percakapan harusnya lebih dalam daripada itu.

Menurut saya, selain hal-hal di atas, yang bikin hubungan antar manusia semakin rapuh adalah karena mereka jadi lebih gampang nge-judge orang lain berdasarkan post semata. Penilaian menjadi searah dan akhirnya kita menganggap bahwa orang tersebut udah “berubah”. Bukan lagi orang yang kita kenal. Atau kita cepat banget menilai orang yang baru kita kenal, padahal baru satu kali ketemu dan belum ngobrol panjang.

Bagaimana cara memperbaiki hubungan rapuh kayak gini?

1. Hapuskan gengsi

Menurut Situs Time, 80 persen dari anak muda di Amerika pernah stalking seseorang lewat internet. Baik itu lewat media sosial, ataupun portal berita. Tapi, cuma sebatas stalking aja! Mereka nggak pernah benar-benar ngajak kenalan, mengapresiasi dengan serius karya orang tersebut atau mencoba menjalin hubungan yang lebih real.

Hal ini terjadi karena kita terlalu gengsi mengungkapkan keinginan untuk berkomunikasi atau mengungkapkan kekaguman. Padahal, menyingkirkan gengsi penting untuk memulai hubungan sosial yang kuat.

2. Bangun komunikasi yang konstan alias terus menerus

Networking yang baik terjadi karena kita membangun komunikasi secara terus menerus. Hubungan sosial yang kuat terjalin karena kamu muncul nggak cuma kalau kamu butuh sesuatu dari orang tersebut. Kita sering mengeluh sama orang yang tiba-tiba nanya kabar kalau ada perlunya aja. Coba instropeksi diri, jangan-jangan kita juga menghubungi seseorang kalau butuh sesuatu doang!

3. Jangan takut dengan komitmen

Hal mendasar yang membedakan generasi milenial dengan generasi sebelumnya adalah keinginan mereka untuk berkomitmen. Ini terlihat bukan hanya dari hubungan antar manusia. Generasi milenial juga gampang melepaskan komitmen sama pekerjaan dan sesuatu yang nggak mereka sukai. 

Kalau mereka merasa nggak nyaman sedikit aja sama suatu hal, mereka bakal langsung "cabut" tanpa keinginan untuk memperbaiki. Hubungan sosial antar manusia menjadi lebih rapuh karena kita nggak berusaha cocok sama seseorang. Komitmen menjadi hal yang sulit dibangun.

4. Lupakan gadget kalau lagi berkumpul

Nah, di beberapa negara, hal ini juga bukan hal mudah untuk dihapuskan. Soalnya, kita memang udah overly attached sama gadget. Lah, wong zaman sekarang apa-apa bisa diakses melalui smartphone, kok. Misalnya, pesan jasa transportasi, lihat nilai mata kuliah, bayar sesuatu dan lain sebagainya. Upaya untuk menjauhkan diri dari smartphone-pun udah banyak dilakukan. Masih ingat tantangan makan bersama dan menumpuk ponsel di meja makan? Dia yang mengambil ponsel duluan, harus membayar makanan semua teman-temannya.

Tapi betapapun sulitnya hal ini dilakukan, inilah langkah yang harus diambil kalau kita ingin membangun hubungan sosial yang lebih kuat dengan orang lain. Jangan sampai kita sibuk masing-masing dengan gadget ketika punya kesempatan untuk bertatap muka langsung sama teman-teman. Kalau makna ketemuan cuma buat foto-foto dan post ke media sosial, ya kalian cuma punya banyak foto, dan bukan hubungan pertemanan yang kuat.

5. Tingkatkan rasa empati

Kenapa empati penting? Karena inilah hal mendasar yang harus dimiliki seseorang agar ia bisa membangun hubungan sosial yang baik dengan orang lain. Berempati nggak harus selalu memberikan solusi, lho. Dengan menjadi pendengar yang baik, kamu sedang melatih rasa empati kamu juga.

Menurut Dr. Brené Brown, seorang sarjana dari Amerika, penulis dan seorang public speaker, empati adalah modal yang bikin kita “nyambung” sama seseorang. Kalau kita nggak berusaha "nyambung", gimana kita mau punya hubungan sosial yang kuat sama orang tersebut.

 

(Sumber gambar: girlsbestfriendandcoblog.com, truelovedates.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
voocccie | 2 bulan yang lalu

I recently decided to try something new and came across bitcoin online casinos https://casinohex.jp/online-casinos/bitcoin-casinos/. I've been interested in cryptocurrency for a long time, but I didn't think it would work so well in casinos. Deposits take seconds, and withdrawals are instant.…

Industri Game Makin Menjanjikan, Inilah Pilihan Profesi Untuk Para Pecinta Game
kebidananUnesa | 3 bulan yang lalu

Yuk teman-teman bisa dibaca artikel dibawah ini yang merasa stress saat kuliah https://s1kebidanan.fk.unesa.ac.id/post/tips-kuliah-tanpa-stres-bisa-kok

7 Tips Ampuh Hadapi Tugas Kuliah yang Numpuk Biar Kamu Tak Merasa Stress
Big Head | 4 bulan yang lalu

Wow, this hobby is pretty cool! If you're interested in reading about other fun hobbies, check it out here: https://hobiapaaja01.wordpress.com

10 Hobi yang Mencerminkan Kepribadianmu
Ica Test | 6 bulan yang lalu

Kuliah di luar negeri bukan hanya soal menempuh pendidikan, tapi juga soal membuka cakrawala baru dalam hidup. Ada banyak keuntungan yang bisa dirasakan mahasiswa internasional, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut adalah tujuh keuntungan utama kuliah di luar negeri, beserta pemikiran…

7 Keuntungan Kuliah di Inggris
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2025 PT Manual Muda Indonesia ©