Generasi Milenial—Generasi Konsumtif, Gila Internet, Tapi Juga Inovatif!

“Anak sekarang sibuk main gadget melulu, deh! Ngapain, sih, kamu tiap detik kerjaannya cuma ngecek chat sama media sosial?"

Yakin, deh, kamu pasti udah jutaan kali mendengar keluhan seperti itu dari kakek-nenek, ortu, atau kakak kamu.

Nggak bisa dipungkiri, Generasi Milenial dianggap terlalu aktif (baca: buang waktu) di Internet, tapi malah bersikap antisosial saat bertatap muka di dunia nyata.

Generasi Milenial juga dianggap sebagai generasi narsis, yang bisa meng-upload puluhan selfie, foto makanan, dan lokasi liburan eksotis di sosmed mereka setiap minggu. Hayo, merasa gitu nggak?

Anyway, bagi generasi milenial yang sering dikritik seperti di atas—ansos, terlalu tergantung kepada Internet, terlalu narsis, nggak bisa ke terjun di dunia nyata—sabar, ya. Memang sudah kodratnya generasi yang lebih tua, kok, untuk “sinis” dan “skeptis” ke generasi yang lebih muda. Everyone think their generation is better (or even the best). Nggak percaya? Coba tanya kakek-nenek kamu tentang generasi orang tua kamu. Kritiknya pasti panjang!

Jadi jangan baper kalau orang tua atau kakak kamu juga banyak ngeluh tentang generasi kamu. Kalau nanti kamu punya generasi “junior”, kamu juga pasti mengkritik mereka, kok.

Balik lagi ke generasi milenial, beberapa waktu lalu saya menerima email pers dari agensi Leo Burnett, tentang fenomena dan perilaku Generasi Milenial. Isinya cukup menarik, sehingga mau saya share di sini. Hitung-hitung supaya kamu lebih paham dengan karakter generasi kamu sendiri, deh. Here goes!

***

Ada banyak definisi tentang karakter Generasi Milenial, tetapi yang dipakai dalam tulisan ini adalah definisi versi Strauss dan Howe (2004).

Menurut definisi Strauss dan Howe, Generasi Milenial adalah mereka yang lahir tahun 1982-2004, sehingga menjadi remaja dan dewasa di era 2000-an. Termasuk kamu dong, ya?

Di Indonesia, pada tahun 2030, populasi Generasi Milenial diperkirakan bakal mencapai 90 juta orang, atau lebih dari sepertiga total jumlah penduduk Indonesia sekarang. Internet adalah bagian nggak terpisahkan dari generasi milenial, dan media sosial merupakan wadah utama mereka untuk mengekspresikan diri.

Pada tahun 2014, lembaga Crowd DNA mengadakan survei online terhadap 1,000 anak muda usia 13-24 tahun di Indonesia. As you can probably guess, hasil survei tersebut menunjukkan bahwa teknologi benar-benar merevolusi cara anak muda saling terhubung. 90% dari anak muda yang disurvei tersebut mengaku menggunakan teknologi untuk terhubung dengan teman-temannya, dan 78% mengaku menggunakan media sosial tiap hari. Well, nggak kaget lagi lah, ya.

Anak-anak muda Indonesia terbukti memakai smartphone seharian, dan 84% dari mereka mengaku nggak bisa keluar rumah tanpanya. Malahan, rata-rata mereka menggunakan minimal lima buah gadget sehari-hari, termasuk smartphone, tablet, dekstop/laptop, game console dan TV.

Anak-anak muda Indonesia juga jauuuh lebih suka “nongkrong” di dunia maya (55%) daripada di mal (47%) atau kafe (42%), dan mereka punya rasa Fear of Missing Out (FOMO), alias takut nggak update atau ketinggalan informasi kalau nggak terhubung dengan internet. Trus, apa, sih, yang sebenarnya diinginkan para Milenial?

Dari Desember 2015 sampai Januari 2016, lembaga penelitian berbasis media sosial Provetic memantau media sosial Generasi Milenial, dan mereka menemukan bahwa cita-cita utama Generasi Milenial sesungguhnya klasik—kepengen punya rumah sendiri. Awwww… benar begitu nggak, sih, gaes?

Hasil pantauan Provetic tersebut juga menyatakan bahwa cita-cita utama Generasi Milenial adalah berwirausaha dan punya bisnis sendiri. Selain itu, Generasi Milenial juga memasukkan smartphone, tiket transportasi (untuk travelling), konser, serta bioskop ke dalam wishlist mereka.

Tapiii, meski kepengen punya rumah, smartphone, travelling, berwirausaha, anu itu, ternyata Generasi Milenial… masih anak mama banget! Soalnya, 38% dari 7,757 perbincangan dengan anak muda yang disurvei menunjukkan bahwa mereka masih memakai uang ibu untuk berbelanja. Wakwakw! Malu ah, gaes! Apa nggak pengen lebih mandiri? Usaha-usaha sendiri apa gitu, buat nambah-nambahin uang jajan?

Trus, menurut survei tersebut, metode pembayaran favorit Generasi Milenial adalah kartu debit (38%). Pokoknya kartu debit menjadi pilihan utama, dibandingkan e-banking (5%), mobile banking (7%), ataupun uang elektronik (4%).

Dari sisi sikap, survei Crowd DNA juga menunjukkan bahwa Generasi Milenial adalah anak muda yang optimis. 92% dari anak muda yang disurvei merasa mereka bisa melihat sisi positif dalam setiap situasi, dan 86% yakin generasinya akan mengubah dunia. Mereka pun peduli kepada isu global, dan kepengen belajar tentang budaya dan negara lain. Nyaris semua berniat bekerja keras untuk mencapai tujuan hidupnya (96%), merencanakan masa depan (62%), dan berencana menabung untuk masa depan (79%). Well, asal nggak cuma sebatas niat dan rencana ya, gaes!

Nah, kalau secara makro, apa, sih, bedanya Generasi Milenial dengan generasi sebelumnya, alias Generasi X yang pada lahir antara tahun 1965-1980-an?

Andiyasari dan Pitaloka (2010) menjelaskan, anak muda Generasi Milenial mengalami desentralisasi pemerintahan, bisa menikmati demokrasi dan kebebasan pers, serta terbiasa dengan protes sosial terbuka. In other words, Generasi Milenial terbiasa mengutarakan pendapatnya di publik dengan bebas, entah itu pendapat positif, negatif, mendukung, ataupun menyerang. Pantesan komen di Instagram artis rame banget yah, gaes. Generasi Milenial memang nggak ragu untuk memuji, mencela, dan jualan di publik, hihihi.

Sedangkan Generasi X tumbuh di masa Orde Baru, ketika pemerintahan sangat terpusat dan otoriter, pers (serta  kebebasan berpendapat di publik) dibatasi banget, dan keuangan negara lagi mengalami krisis, sehingga mungkin generasi X cenderung lebih menjaga sikap dan omongan.

Nah, apa jadinya kalau koneksi Internet terus-terusan, keinginan duniawi, optimisme, dan kepedulian Generasi Milenial berpadu? Hasilnya adalah inovasi-inovasi seperti…

… aplikasi Go-Jek, yang memudahkan urusan transportasi serta pengantaran barang para penduduk kota padat, dan pastinya juga membantu menambah penghasilan supir ojek…

… pusat perbelanjaan online seperti BukaLapak.com dan Tokopedia.com, yang memungkinkan pengusaha kecil dan menengah menjangkau lebih banyak konsumen dengan biaya minimal…

platform crowdfunding seperti KitaBisa, yang sukses mengumpulkan dana masyarakat untuk proyek sosial, seperti pembangunan kembali mesjid di Tolikara, pembiayaan program HIV dan AIDS, serta pelatihan hak asasi manusia LBH Jakarta…

… situs Kawal Pemilu, yang memudahkan masyarakat memantau hasil pemilihan presiden tahun 2014 lalu. “Adik” dari situs ini, kawalpilkada.id, menggunakan cara serupa untuk mengawal pemilihan kepala daerah…

… situs Indorelawan, yang menghubungkan komunitas bermisi sosial dengan para sukarelawan.

Jadi, nggak ada salahnya ‘kan Generasi Milenial berkutat dengan Internet dan media sosial? Karena potensi Generasi Milenial memang bisa berkembang pesat di sana. Hobi surfing di dunia maya juga nggak bikin Generasi Milenial kehilangan "akar" di dunia nyata, kok.

Kalau orang tua atau kakak-kakak kamu pada jengah dengan post kamu yang memenuhi timeline medsos setiap hari, kasih tahu aja mereka untuk klik unfollow, atau matiin notifikasi! Ya, nggak?

Cumaaa… kepercayaan yang amat tinggi terhadap tingkat keamanan bertransaksi di dunia maya—plus menjamurnya online shop—memang jadi bikin Generasi Milenial lebih konsumtif. Kadang-kadang, konsumtif BANGET. Nah, hal ini lah yang harus kamu rem. Kalau bisa, belokkin, deh, sikap konsumtif kamu menjadi sikap produktif.

Setuju?

(sumber gambar: michelerosenthal.com, time.com, goldmansachs.com, develare.com, someecards.com, m.tempo.co)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 17 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 27 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1