Kenapa Kita Terobsesi dengan Kasus “Pembunuhan Kopi Sianida”, dan Apakah Hal Tersebut “Sehat”?

Seorang mahasiswa buru-buru pulang dari kampusnya, setelah selesai kuliah. Sesampainya di kosan, dengan nafas terengah, dia langsung masuk kamar, mengunci pintu dan segera menyalakan televisi. “Fiuh!” ujarnya. “Untung belum ketinggalan siaran sidang ‘kopi sianida’!”

Familiar dengan deskripsi tersebut? Atau kamu kurang lebih juga seperti itu?

Sudah beberapa bulan terakhir kasus "pembunuhan kopi sianida" menjadi sorotan. Kasusnya memang tragis, hingga mengakibatkan korban nyawa. Tanpa mengecilkan korban, sebenarnya banyak kasus yang sama tragisnya, bahkan lebih parah karena menyangkut lebih banyak korban. Tapi kenapa fokus masyarakat tertuju ke kasus ini, dibanding kasus lainnya?

Menurut pengamatan saya, ada beberapa hal yang bikin kasus ini menjadi pusat perhatian.

1. Korban (dan juga tersangka) berasal dari kalangan menengah ke atas, berpendidikan, dan hidup di kota besar. Hidup kalangan ini biasanya relatif aman dan nyaman.

2. Kejadian berlangsung di mal, tempat umum yang dikunjungi banyak orang dan dinilai cukup aman.

3. Poin 1 dan 2 sangat dekat dengan masyarakat yang mengikuti berita, yaitu masyarakat kelompok menengah yang sering nongkrong dan berkegiatan di mal. Maka, kasusnya pun terasa lebih real dan dekat.

Berbeda dengan kasus yang terjadi di desa kecil atau pinggiran kota yang merupakan daerah rawan. Trus, tersangkanya, adalah preman atau residivis. Mungkin masyarakat kota nggak merasa terlalu "connect"

Sebaliknya, dalam kasus “pembunuhan kopi sianida”, mungkin aja sewaktu-waktu nanti "kita" lah yang menjadi korban. "Kita" ini maksudnya orang perkotaan biasa, yang sedang ke mal untuk ngopi dan ngumpul dengan teman.

4. Masyarakat semakin attached dengan kasusnya karena terdapat isu pertemanan, lelau teman si korban sendirilah yang menjadi tersangka.

5. Ditambah lagi dengan ekspos dari media yang jor-joran. Dari program berita, infotainment, hingga penayangan sidang secara langsung. Mau nggak mau, masyarakat yang tadinya belum terlalu ngeh, jadi memberi perhatian.

Seperti yang dikutip dari BBC Indonesia, Muhammad Heycheal direktur Romotivipusat studi media dan komunikasi—bilang, perlu dipertanyakan nih, apakah pemberitaan sidang kasus tersebut memberi manfaat untuk masyarakat, atau hanya untuk mengekspos drama aja? Nah!

6. Berita yang berseliweran nggak hanya memaparkan fakta dan update terbaru tentang kasusnya, tetapi juga segala asumsi beserta “bumbu-bumbunya”, sehingga masyarakat makin penasaran.

7. Karena kasus ini belum sepenuhnya terungkap, banyak orang yang penasaran dan gemes ingin ikutan "menyelidiki". Alhasil, banyak yang jadi menebak-nebak sendiri trus mem-posting hasil “penyelidikannya” di medsos.  

Apakah hal ini sehat?

Menurut saya, hal ini nggak sehat. Bahkan saya nggak setuju dengan eksposur dan kehebohan berlebihan terhadap kasus ini. Kenapa? Karena...

1. Menyebabkan orang-orang memiliki opini dan asumsi sendiri. Padahal masyarakat nggak punya pengetahuan cukup untuk menentukan siapa yang salah atau benar.

2. Lebih parah lagi kalau pendapat tersebut disebarkan, diperdebatkan, plus dilengkapi hashtag #teamA #teamB. Ingat broh, sis, kita nggak tau masalah yang sebenarnya, dan ini adalah masalah serius.

Menyebarkan asumsi dan membela salah satu pihak (bahkan sampai bertengkar dengan orang lain) bisa mengganggu bahkan menyakitkan keluarga korban dan pihak-pihak yang namanya terlibat.

Lagian ngapain, sih, harus pakai tim A, tim B segala? Ngana pikir ini Pilkada?

3. Menimbulkan perpecahan. Banyak orang yang jadi berantem karena berada di pihak yang berbeda dalam kasus ini. Hellow!

4. Nggak hanya itu, kasus pembunuhan kopi sianida akhirnya diadaptasi ke dalam aneka jokes dan meme. Tanpa disadari, hal ini bisa bikin kita kehilangan rasa empati. C’mon, nggak ada kreativitas lain, ya?

5. Hal yang juga dikhawatirkan adalah apabila opini publik mempengaruhi, bahkan mengganggu, proses peradilan.

6. Karena perhatian masyarakat dan media terserap di kasus tersebut, maka hal lain yang seharusnya memerlukan perhatian dan berkaitan dengan kepentingan masyarakat jadi terlupakan. Seperti kasus-kasus pencemaran lingkungan, undang-undang kekerasan terhadap perempuan dan anak, hingga berita mengenai sekolah-sekolah yang keadaannya sangat memprihatinkan.

7. Waktu untuk memperluas wawasan juga tersita dengan mengikuti komen-komen drama, gosip (yang nggak jelas kebenarannya), dan perang komentar.

***

Saya berharap kasus ini terungkap dengan sebenar-benarnya dan seadil-adilnya. Saya juga berharap keluarga korban diberi ketabahan dan ketenangan, serta nggak diganggu lagi dengan berbagai pemberitaan yang aneh-aneh.

Mudah-mudahan aja kita semua bisa lebih menahan diri, lebih berpikir sebelum memberikan komentar, dan nggak terjebak dengan segala “drama”. Apalagi kita nggak memiliki kewenangan dan pengetahuan yang cukup untuk memperdebatkan kasus ini.

Perlu diingat, ini adalah kasus yang melibatkan nyawa manusia, melibatkan perasaan keluarga, melibatkan orang lain, lho. Bukan tontonan yang butuh sorak-sorai dukungan atau hujatan!

(sumber gambar: timescolonist.com, hetanews.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 28 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 1 bulan yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1