Makin Gerah di Media Sosial Gara-Gara 3 Hal Ini!

Akhir-akhir ini saya rada alergi sama yang namanya media sosial. Setiap buka medsos, rasanya kayak Harry Potter pas dicium dementor. Menyerap kebahagiaan amat, cuy!

Bukan masalah salah atau benar, bukan masalah berbeda pendapat. Tapi kok, zaman sekarang orang kita ternyata kasar-kasar amat?

Jangankan untuk isu besar dan kontroversial, buat hal sepele aja, kayak salah spelling atau beda selera aja, bisa bikin orang ngamuk-ngamuk.

Ada lagi sebagian orang yang bikin "panas" bukan karena sensitif atau menebar hate comments. Tapi karena omongan kasar dan vulgar udah jadi ekspresi sehari-hari yang "biasa aja". Dan hal ini dilakukan sama orang-orang yang punya banyak followers abege di medsos. Waduh!

Apakah tipe yang kasar, vulgar, nyinyir abis-abisan, dan ngamuk-ngamuk adalah ekspresi yang paling pas mewakili perasaan sekaligus yang paling diminati?

Dulie, sis, kayak situ yang paling bener dan suci tanpa dosah aja, deh!

Hihihi…

Memang benar banget, belum tentu kita, eh saya, lebih baik daripada orang yang posting dengan nada kasar. Tapi tetap aja, saya pribadi merasa terganggu kalau lihat mayoritas medsos yang isinya “PANAS”.

Setidaknya saya melihat 3 hal yang cukup panas di media sosial dan ranah online.

1. Menuangkan opini dan meluapkan kekesalan di hati.   

Bisa karena nggak puas sama keadaan, terpancing sama komen orang lain yang menyebalkan, merasakan ketidakadilan, protes sosial, sampai pelampiasan atas masalah pribadi.

Atau bisa juga semuanya; Abis diputusin pacar, di-PHP-in dosen pembimbing, dengar berita yang aneh-aneh, ditambah lagi ada posting-an temen yang memancing emosi. Semua langsung diluapkan di status atau komen medsos.

Hasilnya: syerem!

online medsos emosi

Medsos pun sudah jadi semacam diary tempat menumpahkan segala unek-unek. Bedanya, bisa dibaca sama seluruh umat manusia—atau setidaknya teman di medsos kamu.

Saking semangat dan emosinya, kadang sampai lupa kalau:

1. Nggak semua orang sependapat dengan kamu.

2. Nggak semua hal yang kamu rasakan, pikirkan dan tuangkan dalam tulisan adalah yang paling benar.

3. Walaupun esensinya benar,  tapi kalau  penyampaiannya kasar dan galak abis, juga bisa bikin orang lain terganggu.

4. Nggak semua hal perlu kamu curhatin dan luapkan.

5. Kalau berdebat jangan pakai logical fallacy, seperti menyerang hal pribadi dari orang yang kita debat.

6. Kadang debat justru nggak ada gunanya, apalagi yang panjang lebar nggak karuan. Memenuhi timeline aja.

2. Putus “silaturahmi” di medsos.

Teman saya sempat protes keras sama orang-orang yang menghapus temannya di medsos (unfriend) karena nggak sepaham mengenai hal tertentu.

Sebaliknya, memang ada orang yang nggak tahan dengan segala perdebatan dan opini yang mengalir di ranah online, sehingga memilih untuk unfriend orang-orang dengan komen yang (menurutnya) bikin bête.

Nggak hanya di Indonesia, fenomena saling unfriend juga terjadi di luar negeri seperti di Amerika Serikat pada pilpres kemarin. Nah, dalam situs bigthink.com dikemukakan alasan kenapa kita JANGAN menghapus/unfriend orang yang beda padangan dengan kita.

unfriend

Begini pendapat si penulis, Natalie Shoemaker, “Unfriending someone just because they have a differing political view may be locking us into an ideological bubble and deprive ourselves from another point of view.” Yup, wawasan kamu bakal berkurang, dan kamu jadi menutup diri dengan pandangan yang berbeda denganmu.

Lagipula, masa iya sih, pertemanan berakhir hanya karena masalah perselisihan atau perbedaan pendapat di medsos?

3. Kasar & vulgar = bahasa sehari-hari

“Hey, ini ‘kan diri gue apa adanya!” Begitu alasannya. Ada juga yang membela, “Omongan kasar begitu memang biasa di kalangan anak muda.”

kata-kata kasar

Saya nggak pernah bikin penelitian. Tapi menurut saya, nggak semua anak muda sehari-harinya berbahasa kasar dan vulgar. Malah, yang bicaranya  kasar seperti itu nggak terlalu banyak, tapi mereka “mendominasi”. Maksudnya, lebih sering posting, lebih “kencang” suaranya, lebih cari perhatian, dan kerap menimbulkan kontroversi. Makanya, lebih terdengar.

Masa’ sih, ekspresi dan kreativitas anak muda bakalan nggak maksimal kalau “puasa” ngomong kasar? Buktinya nih, lirik lagu Good (parodi lagu Bad) yang merevisi kata-kata kasar pada lirik aslinya, bisa seru dan diminati, 'kan?

Balik lagi ke soal medsos dan ranah online. Kata-kata yang kasar (dan jorok! Ew!), walaupun niatnya bercanda, menurut saya bisa menambah aura nggak mengenakkan dan negatif.

Itu menurut saya, gimana dengan kamu? Apa yang bisa bikin kamu gerah di medsos dan ranah online?

(sumber gambar: cnn.com, localsearchmarket.com, esthergood.com, redbubble.com

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 24 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 1 bulan yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1