Pro Kontra: Harga Rokok Naik Rp50,000
- Aug 21, 2016
- Fatimah Ibtisam
Santer kabar beredar bahwa pemerintah Indonesia berencana menaikkan harga rokok, dari sekitar Rp20,000 menjadi Rp50,000-an.
Belum ada pernyataan resmi sih, apakah hal tersebut akan benar-benar terwujud, dan—jika memang benar—kapan diberlakukannya. Namun kenaikan ini sebenarnya lumayan wajar, mengingat Indonesia adalah salah satu negara yang menjual rokok dengan harga termurah.
Di New York dan London, misalnya, harga sebungkus rokok sekitar Rp180,000, lho! Sedangkan warga yang berada di Melbourne perlu merogoh kocek lebih dari Rp250,000 buat beli rokok. Harga rokok di negara tetangga Malaysia aja—yang notabene tergolong murah—mencapai Rp50,000.
Jadi masa, sih, harga rokok di Indonesia hanya 20 ribu perak, bahkan di bawah itu? (perbandingan harga rokok di seluruh dunia bisa kamu cek di sini).
Sejauh ini, kabarnya kenaikan harga tersebut masih dibahas dan dipertimbangkan oleh pemerintah. Sempat disebut-sebut kalau biaya cukai rokok akan dinaikkan 10 persen, sehingga harganya naik ke angka Rp50,000.
Banyak pihak yang mendukung usulan ini, antara lain Ketua DPR, aktivis kesehatan, akademisi, dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Tapi ada juga yang memprotes wacana kenaikan harga rokok. Alasannya antara lain:
1. Kalau harga rokok naik, maka pengusaha rokok akan kesulitan, sehingga karyawan pabrik rokok bisa kena PHK, padahal jumlah mereka nggak sedikit. Belum lagi petani tembakau. Gimana, dong, nasib pengangguran?
2. Kasihan rakyat kecil yang pengeluarannya bakal semakin mahal , karena harga rokok naik.
3. Dikhawatikan akan banyak rokok ilegal yang beredar, berhubung harga rokok yang legal mahal.
4. Lebih parah lagi, bagaimana kalau ganja dan obat terlarang akhirnya jadi alternatif rokok, karena harganya lebih murah?
Sedangkan alasan untuk mendukung rencana kenaikan harga rokok, antara lain:
1. Angka perokok di Indonesia sangat tinggi, salah satunya pemicunya adalah harga rokok yang murmer.
Dari survei yang dilakukan oleh Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia terhadap 1000 perokok, 72% dari mereka mengaku bakalan berhenti merokok jika harga rokok di atas Rp100,000.
2. Murahnya harga rokok juga membuat anak di bawah umur (pelajar) gampang membeli.
3. Faktanya, rokok sangat nggak baik untuk kesehatan, khususnya karena memperbesar risiko penyakit berbahaya, dan menjadi pemicu kematian. Well, ini bukan info baru, apalagi rahasia. Bahkan risiko-risiko merokok terpampang nyata di kemasannya.
4. Pajak ekstra dari rokok bisa dipakai untuk hal yang lebih bermanfaat, seperti fasilitas kesehatan masyarakat, pendidikan, dan lainnya.
***
Pak Misbakun, seorang anggota DPR, nggak mendukung kenaikan harga rokok dengan alasan, “... industri tembakau merupakan industri padat karya yang menyerap jumlah tenaga kerja lebih dari 6,1 juta orang dan menciptakan beberapa mata rantai industri yang dikelola oleh rakyat.”
But wait, sejauh ini yang diuntungkan oleh industri rokok, tuh, rakyat atau pengusaha rokok, nih?
Saya, kok, melihatnya yang diuntungkan hanya pengusaha, ya.
Masih banyak rakyat yang hidupnya pas-pasan, pendidikannya nggak tinggi, plus kesehatannya buruk akibat rokok.
Lagipula, menurut saya, kenaikan harga rokok nggak serta-merta bikin industri rokok kolaps, lah. Apalagi hingga jutaan orang mendadak di-PHK.
Trus, meskipun industri rokok terancam gonjang-ganjing, bahkan bubar, apakah berarti rakyat harus ngalah? Apa nggak sebaiknya cari solusi yang lebih oke? Misalnya, mencoba berlomba-lomba bikin Industri yang lebih sehat dan lebih banyak membawa manfaat untuk menyerap tenaga kerja?
Lagipula, karena ilmu pengetahuan selalu berkembang dan manusia selalu ingin lebih hebat, wajar lah kalau industri lama yang dianggap nggak terlalu baik akan tergeser oleh industri baru yang lebih baik. Apalagi industri yang mengandung racun, seperti industri rokok.
Saatnya buka mata dan pikiran, gaes, untuk nggak lagi menggantungkan ekonomi dan kesejahteraan rakyat kepada rokok. Bisa, kok! *optimis*
Selain itu, seperti yang sudah dituliskan di atas, ada yang menolak kenaikan harga rokok dengan alasan, "Kalau rokok mahal, nanti akan ada banyak rokok ilegal. Atau nanti perokok malah beralih ke ganja dan narkoba,"
Really? Itu yang dijadikan alasan?
Padahal alasan tersebut bisa dibalik lho. Berapa banyak anak muda yang akhirnya mengonsumsi narkoba dan minuman keras, karena awalnya coba-coba merokok?
Walaupun nggak semua orang yang merokok bakal terlibat drugs, seperti yang dikutip Detik Health, penelitian National Center on Addiction and Substance Abuse (CASA) menunjukkan bahwa remaja yang merokok lebih rentan terlibat penyalahgunaan narkoba. Lebih detailnya, risiko kecanduan ganja remaja perokok bakal meningkat 7 kali lipat, kokain 14 kali lipat, dan heroin 16 kali lipat. Nah!
Indonesia bisa, kok, mencontoh negara maju lain yang sukses menerapkan kenaikan harga rokok, sekaligus mengurangi jumlah perokok.
***
Dari polling harian di LINE Youthmanual mengenai usul kenaikan harga rokok, diperoleh sekitar 90 jawaban. Hasilnya, hanya sekitar 7 persen yang menolak kenaikan harga rokok. Sedangkan hampir semuanya menyetujui kenaikan harga rokok.
Sebagian malah menilai kalau harga Rp50,000 terlalu murah, dan harus dinaikan lagi. Trus, ada juga responden yang berpendapat semestinya rokok dilarang di Indonesia dan pabriknya ditutup aja.
Gimana pendapat kamu?
(sumber gambar: gezettereview.com, buenoparalasalud.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus