Pro Kontra: MOS SMA Dihapus!

MOS (Masa Orientasi Siswa), tuh, sebenarnya perlu nggak, sih?

Terus terang, saya sendiri masih mendua, antara setuju-nggak setuju dengan penghapusan MOS oleh OSIS, serta diberlakukannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no.18 tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah.

Youthmual pun sempat melempar pertanyaan di LINE, “Masih perlu nggak sih, MOS di SMA?”, dengan respon 86 jawaban.

A. Nggak perlu, nggak ada gunanya! Cuma jadi ajang pamer senioritas dan bully terselubung =  11 jawaban
B. Perlu banget! Biar pada disiplin = 22
jawaban
C. Perlu, tapi bagian yang fun aja, biar berkesan = 34 jawaban
D. Netral. Ada atau nggak ada MOS, selow aja = 9 34 jawaban
E. ..... (lainnya, isi sendiri) = 10
jawaban. FYI, yang memilih E kebanyakan berpendapat MOS atau pengenalan sekolah perlu dilakukan, tetapi harus sesuai aturan dan nggak pakai kekerasan.

Dari pengamatan dan juga pandangan saya, inilah plus dan minus dihapuskannya MOS.

PLUS:

1. Nggak ada lagi keribetan dan ketegangan “ekstra” di awal masuk sekolah

Awal masuk sekolah pasti penuh dengan segala macam persiapan, kebutuhan, rasa deg-degan. Yup, rada dag-dig-dug juga transisi jadi anak SMA dan masuk lingkungan baru. Nggak cuma siswanya, ortu pun ikutan tegang. Lemesin aja, Om-Tante!

Jadi tanpa MOS pun, masuk sekolah baru, tuh, memang sudah beban. Gimana kalau ditambah dengan tugas yang aneh-aneh.

Fika Aulia komen begini di polling LINE Youthmanual, “Lebih senang MOS yang cuma ngenalin lingkungan sekolah, daripada mesti pakai atribut aneh-aneh yang susah membuat dan cari bahannya. Ngerepotin.”

2. Mencegah perpeloncoan dan bullying

Alasan pemerintah menyetop MOS adalah karena kegiatan ini sering jadi ajang perpeloncoan yang dikhawatirkan ikutan mendukung tradisi bullying.

Nggak sedikit senior yang menjadikan MOS sebagai sarana “balas dendam” dan semacam berusaha menunjukkan bahwa "kasta" junior adalah untuk disuruh dan dimarah-marahin, sedangkan senior yang paling benar. Kalau sudah begitu, boro-boro deh, mau akrab dan harmonis antara senior-junior.

3. Menghindari kegiatan yang nggak mendidik dan buang-buang waktu

Banyak juga komentar yang memprotes MOS karena kegiatannya nggak efektif untuk mengenal sekolah. Malah, kegiatan MOS seringkali membuat anak baru terlihat “bodoh” dengan tampilan seperti rambut dikuncir tiga, kaos kaki belang-belang, dan topi yang aneh bin ajaib.

Pak Menteri Anies Baswedan sendiri punya pengalaman nggak mengenakkan dengan kegiatan semacam MOS, “Saya pernah mengalami disuruh berbicara dengan spion. Itu ‘kan, merendahkan akal sehat. Sekolah seharusnya menjadi tempat berkembangnya akal sehat.”

anies baswedan

Anies Baswedan melakukan sidak MOS tahun lalu. Beliau menentang banget kegiatan seperti ini.

Iya juga sih, ya. Kadang hukuman dan aturan main saat MOS memang jauh dari pembelajaran, bahkan perlu diakui nggak mendidik. *nunduk malu*

Tapi kadang, itu cuma sekadar untuk lucu-lucuan dan mengetes kreatifitas anak baru, kok *defensif, nih ye*

4. Menyelamatkan siswa baru dari momen malu-maluin.

Anak baru, sih, harusnya lega banget dengan penghapusan MOS begini. Nggak perlu menahan malu karena harus ke sekolah pakai aksesoris yang NGGAK BANGET!

“Alah, gitu aja cengeng!” kata oknum X.

Well, mungkin situ belum pernah harus naik angkot dengan rambut dikuncir  pakai pita warna, warni, bawa tas karung, plus kaos kaki belang-belang, ya

mos atribut

Tugas yang harus dilakukan saat MOS juga banyak yang bikin malu. Misalnya, harus teriak-teriak di tengah lapangan. Atau disuruh nyanyi supaya dapet tanda tangan senior. Padahal tentunya nggak semua junior bersuara enak kayak Fathia Izzati, gaes!

Kalau melihat faktor-faktor di atas, makin mantap lah ya, mendukung pengapusan MOS.

TA…TA.. TAPIIII….

Ada juga sih, sisi kurang menguntungkan dari penghapusan MOS.

MINUS

1. Nggak ada memori MOS yang berkesan

Walaupun saat dijalani menyebalkan, tapi segala tugas dan atribut MOS itu memang memorable. Saat diingat-ingat dan diceritakan ke adik-adik, seru banget, lho!

Seperti kata Mutiara A. Salsabila, “Kalau ada galak-galak dikit mah, nggak usah jadi takut atau apa. Menurutku, justru rasa deg-degan dan serem [saat MOS] bikin asik. Memacu adrenalin,” komentarnya di LINE.

atribut mosSalah satu contoh atribut MOS. Nyebelin atau jadi kenangan berkesan?

2. Terancam garing

Format kegiatan penggantis MOSyaitu Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS)sepertinya memang ideal banget. Dilaksanakan oleh guru, nggak pakai senioritas, kental dengan unsur pendidikan, dan memuat materi baru yang bermanfaat, seperti kampanye anti korupsi, dan lainnya.

Dengan kata lain... garing.

Bukan berarti kegiatannya sudah pasti membosankan, sih. Cuma PLS bakal susah dibuat jadi seru, karena suasananya serba formal.

Lagipula kalau yang menjalankan anak muda (baca: OSIS), biasanya suka ada kreasi dan ide kegiatan yang lebih menarik (ketimbang kalau hanya dijalankan guru). Soalnya 'kan acara dari anak muda, untuk anak muda.

Kabar baiknya, sebenarnya OSIS masih bisa dilibatkan dalam PLS, kok. Asalkan dikoordinir dan diawasi guru.

3. Kegiatan terancam cenderung “berantakan”

Menurut saya, salah satu keuntungan adanya seksi kedisiplinan di kegiatan semacam MOS adalah untuk acara bakal jadi berlangsung lancar.

Dengan adanya senior yang rada “streng”yang sering mengingatkan junior supaya nggak berisik, konsentrasi, dan nggak lambatkegiatan pun jadi tertib. Junior jadi nggak pada ngobrol, dan jadi sigap kalau disuruh baris, masuk kelas, dan lainnya. Jadwal acara pun jadi nggak molor.

Sementara kalau kedisiplinannya kendor, takutnya banyak junior yang mengikuti PLS dengan terlalu santai. Nggak memperhatikan pembicara lah, banyak ngobrol lah, dan jadi serba lambat lah.

demo osis mos

Aksi kelompok pelajar dari Aliansi Solidaritas OSIS/MPK se-Jabodetabek di Car Free Day, Minggu lalu (17/7). Mereka meminta Mendikbud mengembalikan peran OSIS/MPK dalam pelaksanaan masa Pengenalan Lingkungan Sekolah.

4. Mental lembek dan nggak hormat sama senior

Poin ini banyak dikemukakan sama teman-teman yang kontra terhadap penghapusan MOS. Menurut mereka, diberi tugas yang ribet, malu-maluin, serta harus berhadapan dengan senior galak malah bisa melatih mental supaya nggak gampang down dan melempem.

Selain itu, katanya MOS juga bisa bikin junior menghormati para seniornya.

Tapi maaf, nih. Sebenarnya jadi menghormati, atau malah takut plus kzl, nih?

“MOS perlu, biar siswa baru bisa respect ke kakak kelas. Tapi, tetep wajib dipantau guru dan kepala sekolah. Biarkan interaksi selama MOS membuat satu sama lain bisa saling menghargai. Sekolah gua bisa, kok, [menjalankan MOS] tanpa kekerasan or bullying,” kata Novel, yang juga ikutan komen di polling Youthmanual.

***

Alhasil, untuk urusan MOS, saya galau.

Nggak bisa dipungkiri kalau ada sisi seru dan bermanfaat dari MOS. Sayangnya, dari pelaksanaan selama ini, memang banyak juga hal negatifnya.

Makanya dibuatlah peraturan untuk menghapus MOS. Peraturan ini mau nggak mau harus dijalankan gaes. Hanya saja, bisa nggak sekolah dan siswa berkreaasi untuk bikin kegiatan yang sesuai aturan sekaligus seru? Trus, bisa nggak menjawab tantangan untuk menerapkan cara-cara yang mendidik, namun tetap tertib?

Jawabannya: susah, sih! Tapi bisa diusahakan.

Sampai ketemu di MOS, eh PLS, tahun depan, ya!

(sumber gambar: depdikbud.co.id, Facebook Anies Baswedan, papasemar.com, sophiamega.com, aktual.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 20 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 1 bulan yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1